"Suatu hari nanti kau harus berterima kasih kepadaku. Disaat-saat seperti ini pasti kau selalu memilihku bukannya si Gunhoo gendut itu." Celoteh Siyoon sembari melirik kearah Seulgi dikursi penumpang.
"Tapi Gunhoo oppa adalah manajer Red Velvet dan eonnie adalah manajer pribadiku, jadi memang seharusnya eonnie yang menemaniku." Balas Seulgi.
"Tapi kenapa harus jam 10 malam? Seharusnya saat ini aku sedang meminum sekaleng bir dan memakan tteokbokki atau ayam goreng." Ujar Siyoon.
"Ah, Irene eonnie dan yang lain pasti sedang memanggang daging yang Gunhoo oppa bawakan tadi." Celetuk Seulgi.
"Ah, membayangkannya saja membuatku lapar." Lanjut Siyoon.
Seulgi melepas sabuk pengamannya lalu melihat keluar jendela. "Dimana dia sekarang? Dia bilang jangan sampai terlambat tapi dia sendiri telat."
Siyoon melihat jam tangannya. "Benar juga, sudah 20 menit kita menunggunya datang."
"Oh, bukankah itu mobilnya?" Seulgi menepuk-nepuk lengan Siyoon.
"Mana?" Tanya Siyoon, matanya mengikuti arah telunjuk Seulgi. "Oh, itu dia. Cepat turun, aku akan menunggu disini."
Seulgi menatap Siyoon sejenak. "Aku takut."
"Gwencanha, aku akan memperhatikanmu dari sini." Siyoon mengelus punggung Seulgi, menenangkan.
Seulgi turun lalu berlari kecil menghampiri Sehun saat melihatnya berjalan masuk kedalam kedai kopi.
"Anyyeonghaseyo sunbaenim." Sapa Seulgi lalu membungkukkan tubuhnya dihadapan Sehun. Sehun ikut membungkukkan tubuhnya sedikit dengan kedua tangan di dalam kantung jaket.
"Apakah jalanan padat? Aku dan manajerku sudah menunggu 20 menit disana." Ujar Seulgi mencoba terdengar ramah sambil menunjuk kearah mobilnya parkir.
Sehun melihat mobil Seulgi lalu mengangguk-angguk. "Ya, aku baru keluar dari airport."
Keduanya lalu berjalan memasuki kedai, Sehun berjalan di depan Seulgi lalu duduk disamping tembok yang penuh dengan lukisan. Tidak lama, pelayan datang membawakan buku menu.
"Latte hangatnya satu." Ujar Sehun.
"Air mineral satu." Lanjut Seulgi.
"Ada tambahan? Kue lemon kami yang paling favorit." Pelayan itu menatap Sehun dan Seulgi bergantian. Sehun melempar pandang kepada Seulgi.
"Aniyo, itu saja." Jawab Seulgi lalu melempar senyum kepada pelayan.
Begitu pelayan pergi, Sehun melepaskan maskernya dan Seulgi menaruh topinya diatas meja.
Keduanya terdiam, tidak ada yang membuka suara. Sehun sibuk melihat keluar jendela dan Seulgi terus saja memperhatikan benda-benda di dalam ruangan. Sampai akhirnya pesanan mereka datang.
"Latte hangat satu dan segelas air mineral. Selamat menikmati." Ucap pelayan.
"Bimillo haejuseyo." Ujar Sehun sebelum Pelayan itu pergi.
"Nae?"
"Tolong rahasiakan semua ini." Sehun mengulang perkataannya sembari menatap mata pelayan dengan berani. Pelayan itu mengangguk lalu pergi.
Seulgi meneguk setengah dari gelasnya, dirinya benar-benar gugup saat ini sampai kerongkongannya terus saja terasa kering.
"Mianhaeyo karena terlambat." Sehun membuka pembicaraan.
"Gwencanhayo, aku tidak merasa menunggu lama." Balas Seulgi.
"Kau tahu kan alasan aku memintamu untuk datang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SCANDAL
Fanfiction"Tolong katakan pada stylish-nya, jangan sampai dia mengenakan aksesoris atau benda yang sama lagi denganku." ㅡSeulgi "Sampaikan kepada manajernya, bahwa sebaiknya dia menutup mulut tentang hubungan percintaan saat sedang melakukan siaran." ㅡSehun S...