31 - Citron Tea

1.4K 256 46
                                    

Begitu terbangun dari tidurnya, Seulgi langsung mencium aroma harum yang menyebar di sepenjuru apartemen. Tanpa berpikir panjang, Seulgi melangkah keluar dari kamarnya menuju dapur.

Dugaannya salah saat dirinya justru melihat Irene yang sedang membuat sesuatu dengan apron yang melekat di tubuhnya. Seulgi pikir, Wendy sedang memasak sarapan.

"Wanginya harum sekali." Celetuk Seulgi.

"Irene eonnie sedang membuat teh sitrun." Jawab Wendy yang berdiri di samping Irene.

Seulgi berjalan mendekati keduanya. "Kenapa eonnie membuat teh sitrun?"

Seketika Irene menghentikan pekerjaannya begitu mendengar pertanyaan yang dilontarkan Seulgi. Diliriknya Seulgi sekilas dengan tatapan tajam.

"Jangan tanyakan itu padaku." Jawabnya.

Seulgi beralih memandangi Wendy. Bingung dengan apa yang terjadi sampai membuat Irene bersikap seperti itu.

Wendy melirik Irene sekilas. "Irene eonnie membuatnya untuk Suho oppa." Ujar Wendy.

Seulgi membulatkan matanya. "Yang benar saja!" Teriak Seulgi.

"Bukan kah eonnie tidak menyukainya? Bahkan eonnie malas menerima hadiah yang dulu Suho oppa berikan." Lanjut Seulgi.

Irene mengerjapkan matanya, bingung harus menjawab apa. "Ani, dia sudah membantuku kemarin, lalu aku mendengar kalu dia sakit. Jadi aku, aku-" Ucapannya terputus saat matanya bertatapan dengan Seulgi.

"Aku membuatkannya ini." Lanjutnya dengan cepat.

"Tapi bukankah kalau dia sakit itu juga bukan urusanmu?" Tanya Yeri yang entah sejak kapan sudah duduk di meja makan depan mereka.

Irene kembali mengerjapkan matanya, mulutnya terbuka ingin membalas ucapan Yeri namun kembali tertutup.

"Eonnie pasti mengkhawatirkan Suho oppa." Celetuk Seulgi.

"Aniya! Aku membuatkannya hanya karena hubungan sunbae dan hoobae di antara kita." Balas Irene dengan Lantang.

"Sama seperti saat Seulgi memberikan kue untuk Sehun." Lanjut Irene.

Seulgi terlonjak kaget. "Eotteokke arrayo?"

Irene menggeleng-gelengkan kepalanya. "Seulgi-ah, kau pikir rahasia di antara kita semua akan bertahan selama apa?"

Mendengarnya, Seulgi sontak menatap Wendy tajam. Wendy menggaruk kepalanya. "Yeri memulainya terlebih dulu, jadi aku melanjutkan." Ucap Wendy lirih.

Seulgi berganti menatap Yeri yang hanya diam, tidak ada ekspresi bersalah dalam dirinya. "Kau!" Seulgi menunjuk Yeri.

"Sudahlah, memangnya eonnie bisa hidup dengan tenang, bila menyimpan rahasia dari kami?" Yeri bangkit dari duduknya lalu berjalan mengambil susu dari dalam kulkas.

"Lihat Wendy eonnie. Sekarang hidupnya jauh lebih tenang dan nyaman setelah memberitahu kami dia sedang dekat dengan Chanyeol oppa. Sekarang Wendy eonnie tidak perlu bersembunyi lagi saat menelepon Chanyeol oppa." Lanjutnya sambil meneguk susu.

Wendy membulatkan matanya. "Yak! Aku tidak pernah-"

"Sudah, jangan mengelak, suaramu itu terdengar sampai ke kamarku." Celetuk Irene, memotong Wendy.

"Omong-omong, jadi apakah kau berkencan dengan Oh Sehun?" Tanya Irene.

Seulgi menggelengkan kepala. "Tidak. Kemarin kami hanya bertemu saja."

"Tidak ada satu halpun yang terjadi?" Tanya Irene, lagi.

Pikiran Seulgi melayang, mengingat banyak sekali hal yang terjadi. Wajah cemburu Sehun, genggaman tangan dari Sehun, suara tawa mereka, dan masih banyak lagi.

"Tidak ada." Jawab Seulgi pelan.

"Benarkah?" Tanya Joy. Seulgi bahkan tidak menyadari kedatangannya. Sama seperti Yeri, Joy juga sedang meneguk sekotak susu.

"Sejak kapan kau disana?" Tanya Seulgi.

"Jawab saja pertanyaanku. Benar tidak ada yang terjadi kemarin malam?" Joy kembali bertanya.

Seulgi menggaruk kepalanya. Seulgi menatap anggotanya satu persatu, lalu dia menarik napas panjang.

"Kami bergenggaman." Jawab Seulgi dengan suara sekecil mungkin.

"Wah!" Teriak Wendy dan Joy bersamaan.

"Berarti kalian sudah berkencan?" Tanya Joy.

"Tidak, kami tidak berkencan." Seulgi melambaikan tangannya.

"Kenapa jadi membahas ini. Aku kan sedang bertanya pada Irene eonnie. Memangnya apa yang dilakukan Suho oppa sampai eonnie mau membuatkannya teh sitrun?" Seulgi mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Oh, iya. Benar juga." Gumam Wendy.

"Yak! Berhenti bertanya, lebih baik kau membantuku."

"Apa sekarang eonnie menyukainya?" Celetuk Yeri.

"Mana mungkin! Untuk apa aku menyukainya."

"Lalu kenapa eonnie membuatkannya ini?"

Irene kembali mengerjapkan matanya. "Pokoknya ada saja."

"Cukup bertanyanya, cepat bantu aku!" Potong Irene sebelum ada lebih banyak pertanyaan lagi yang datang kepadanya.

Yang lain hanya saling berpandangan, lalu mengangkat bahu. Kalau masalah rahasia, memang Irene yang paling pintar menyembunyikannya. Sampai satu abadpun Irene tidak akan mengatakan apapun kalau dirinya tidak ingin.

ㅡ  ㅡ  ㅡ

A/N

Banyak hal terjadi, tapi aku nggak bisa cerita semuanya disini dan saat ini.
Semoga ceritaku selalu bisa bikin kalian bahagia yaa. 💛
Jangan lupa juga untuk jaga kesehatan.
Semoga hari ini aku bisa update dua kali hehehe.
Dan rasa terima kasih dariku untuk kalian semua nggak akan pernah berkurang, justru semakin bertambah setiap harinya.
Sayang banget sama kalian semua! 💛

Vote = Lanjut

SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang