24 - Indirect Confession

2.7K 382 47
                                    

Matahari kembali bangun dari tidurnya, burung-burung dengan semangat, bekicau meramaikan pagi hari. Mungkin karena badai angin sudah reda, atau karena panti ini berada di pinggir kota, udaranya masih sangat segar, suasananyapun sangat asri.

Sehun membuka matanya lantaran cahaya matahari yang masuk menembus jendela. Sehun bangkit dari tempat tidurnya lalu membuka pintu kamar. Dirinya mendapati Seulgi yang sudah rapih dengan apronnya sedang membersihkan meja dan lukisan dengan kemoceng dan lap basah.

Seulgi membalikan tubuhnya lalu melihat Sehun yang masih dibalut piyama dengan rambut acak-acakan. "Ireonasseoyo?" Tanya Seulgi.

Sehun terperanjat lalu memperhatikan Seulgi dengan kening berkerut, untuk apa Seulgi ada dilorong kamar khusus laki-laki?

Seolah dapat membaca arti dari kerutan di kening Sehun, Seulgi berkata. "Ohaehaji maseyo. Aku ada disini karena ahjumma bilang kalau hari ini adalah hari bersih-bersih." Ujar Seulgi sambil menunjukan kemoceng dan lapnya pada Sehun.

Sehun masih diam tidak merespon perkataan Seulgi. "Sunbae juga sebaiknya bersiap-siap. Yang lain juga sedang membersihkan ruangan di bawah." Ujar Seulgi.

Sehun menutup pintu kamarnya lalu menguncinya. Dirinya lalu melangkah menuju cermin di sudut ruangan.

Sehun menatap bayangannya di cermin selama beberapa waktu. "Apa-apaan kau Oh Sehun. Bertemu dengan Seulgi dengan rambut dan wajah begini?"

Sehun lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi. "Gwencanha, bagaimanapun juga kau tetap tampan." Gumamnya sebelum menutup pintu kamar mandi.

ㅡ ㅡ

Wendy tersentak saat dirinya kembali menjatuhkan gagang sapu dari genggamannya. Wendy segera mengambil sapu itu dan kembali mengerjakan tugasnya.

Irene yang merasa aneh, menyikut lengan Wendy pelan. Tidak biasanya Wendy ceroboh seperti ini saat sedang mengerjakan pekerjaan rumah, ditambah gerakan tangan dan pandangannya tidak selaras karena Wendy terus saja melirik ke arah lain.

Wendy menolehkan wajahnya menatap Irene. "Ada apa denganmu?" Tanya Irene.

"Aku? Memangnya aku kenapa?" Wendy balik bertanya.

Irene mencondongkan kepala, melihat ke arah yang Wendy lihat sebelumnya. Yang dapat di lihatnya hanya Suho dan Chanyeol yang sedang menyapu lantai sambil bercanda dengan anak-anak kecil.

Irene kembali menatap Wendy. "Kenapa kau terus memperhatikannya?"

Wendy mengerjapkan matanya. "Si-siapa yang memperhatikannya? Aku tidak memperhatikannya."

"Yak! Kau pikir aku buta?" Balas Irene.

Wendy menggaruk tenguknya. "Tapi aku belum siap untuk menceritakannya."

"Wae? Memangnya apa yang dia katakan padamu?"

Wendy menghela napas panjang. "Eonnie pasti akan bilang aku bodoh bila mendengarnya."

Irene menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku tidak akan berkata seperti itu."

Wendy kembali melirik Chanyeol dan Irene bergantian. "Tapi berjanjilah untuk tidak mengungkit hal ini di depannya." Ujar Wendy yang Irene jawab dengan anggukan.

Wendy menarik napas dalam-dalam. "Sebenarnya tadi malam--"

Irene bertolak pinggang menghadap Wendy. "Jangan bilang dia menitipkan barang lagi kepadamu!"

Wendy menatap Irene bingung. "Nae?"

Irene mendengus kesal. "Benar-benar! Padahal sudah ku peringatkan, bila Suho menitipkan sesuatu padamu atau yang lain, kalian tolak saja. Berapa kali lagi harus aku ingatkan kalau aku tidak tertarik padanya. Aku tidak mau menyulitkan kalian hanya karena dia." Kata Irene, memotong ucapan Wendy.

SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang