25 - Happy Day

2.5K 340 36
                                    

Kai, Joy, dan Yeri tertawa terpingkal-pingkal mendengar candaan yang dibuat Baekhyun. Sementara Suho hanya menggelengkan kepala melihatnya. Suho lalu kembali membilas peralatan makan yang ada di dalam baskomnya.

Makan siang baru saja usai dan sekarang mereka harus mencuci peralatan makan bersama. Kai, Baekhyun, Joy, dan Yeri mencuci peralatan dengan sabun. Sedangkan Sehun, Chanyeol, Suho, dan Irene membilasnya dengan air. Terakhir, Seulgi, Wendy, dan Chen mengeringkannya dengan kain. Sementara Xiumin dan Kyungsoo membantu ahjumma membersihkan meja makan.

Tidak lama, beberapa fotografer dan kameramen datang untuk mengambil gambar dan merekam aktivitas mereka. Baekhyun masih terus mengeluarkan lelucon sampai-sampai membuat Yeri terjatuh dari bangku kecilnya.

Irene memasukan beberapa piring ke dalam baskom Suho dengan senyum manis. "Karena berbagi tugas, pekerjaannya terasa lebih mudah, ya." Ujar Irene pada Suho.

Suho lalu memandangnya bingung. Apakah Irene tidak sengaja membenturkan kepalanya? Atau mungkin dirinya hilang ingatan sehingga bersikap seperti itu pada Suho?

"Ada apa denganmu? Tidak biasanya kau seperti ini." Tanya Suho.

Irene membulatkan matanya sembari menatap Suho. "Mwo haseyo? Ada kamera di samping kita." Bisik Irene.

Suho menyunggingkan senyum kecil. "Tapi kau kan memang membenciku." Jawab Suho tanpa memelankan suaranya.

"Yak!" Bentak Irene, masih berbisik.

"Kalau kau memang baik, bukankah kau seharusnya membantu pekerjaanku? Ini, bilaslah beberapa piringku. Tentu kau mau melakukannya, karena kau orang yang baik." Balas Suho, lalu memindahkan empat piring dari baskomnya ke baskom Irene. Sementara gadis itu hanya bisa menatap Suho kesal dalam diam.

Setelah kameramen itu pergi, Irene kembali membuka suara. "Gomawoyo."

"Untuk piringnya? Ah, tidak masalah." Balas Suho. Irene mendengus kesal, mengingat tujuan awalnya adalah menyindir tingkah Suho.

Irene kembali mengerjakan pekerjaannya. Namun dirinya kembali terkecoh dengan tingkah Seulgi dan Wendy yang sedari tadi tidak berhenti tersenyum dan terkekeh seperti orang bodoh.

"Duri wae ilae?" Tanya Irene lantang.

Seulgi dan Wendy menoleh ke arah Irene lalu tersenyum lebar dan kembali mengeringkan peralatan makan. Kening Irene berkerut melihat Seulgi dan Wendy yang berubah menyeramkan seperti itu.

ㅡ ㅡ ㅡ

"Yak! Berhentilah tertawa seperti itu, kalian membuatku takut." Ujar Irene yang berjalan di belakang Seulgi dan Wendy.

Seolah tuli, keduanya tetap tersenyum mengabaikan Irene.

Irene yang sudah lelah melihat tingkah aneh Seulgi dan Wendy menggelengkan kepala lalu berjalan melewati mereka.

Seulgi menyikut lengan Wendy pelan. "Kenapa kau tersenyum seperti itu?"

"Kau sendiri, kenapa kau tersenyum seperti itu?"

"Haengboghaesseo." Jawab Seulgi sambil tersenyum.

"Nado." Balas Wendy lalu kembali tertawa gembira.

"Memangnya apa yang membuatmu senang?" Tanya Seulgi.

Wendy menatap Seulgi. "Minggu depan kalian harus memasak sendiri."

"Wae?"

"Karena aku akan makan malam di luar."

"Kalau begitu aku akan ikut--" Seulgi menghentikan langkahnya mendadak. Seulgi menatap Wendy dengan mata membulat.

"Yak! Kau akan pergi?" Seulgi berteriak.

Wendy menganggukkan kepalanya membuat Seulgi berteriak kegirangan. "Pelankan suaramu!" Ujar Wendy.

"Apa yang terjadi? Padahal kemarin Chanyeol oppa terlihat seperti putus asa." Seulgi menepuk pundak Wendy pelan.

Wendy menarik napasnya. "Aku akan menceritakannya nanti, Yeri juga harus mendengarnya."

"Yeri tahu tentang hal ini?"

Wendy kembali mengangguk. "Kemarin saat kita kembali dia terus bertanya kenapa aku meninggalkan ruangan, ternyata dia melihat aku berjalan pergi bersama Chanyeol oppa. Jadi aku memberitahunya dengan catatan jika dia menyebarkannya maka seluruh koleksi tasnya menjadi milikku." Terang Wendy.

"Kau sendiri? Apa yang terjadi denganmu?"

Seulgi kembali terkekeh begitu teringat dengan kejadian di bangku teras tadi. "Kau pasti akan terkejut bila mendengarnya."

"Mwonde?" Tanya Wendy, penasaran.

Seulgi mendekatkan dirinya pada Wendy. "Lau tahu Haejun? Anak kecil yang tidak pernah menghabiskan sayurnya itu." Wendy mengangguk.

"Dia bilang padaku kalau Sehun sunbae menyukaiku." Bisik Seulgi.

Wendy terkejut mendengar perkataan Seulgi, matanya membulat dan tangannya menutupi mulutnya. "Kalau begitu, dia sudah membocorkan rahasia Sehun?"

Seulgi kembali mengangguk. "Lalu kau tahu apa yang lebih mengagetkannya lagi?" Tanya Seulgi berbisik

Wendy mendekatkan diri. "Apa?"

"Haejun mengatakannya saat Sehun sunbae sedang duduk di sampingku."

"Wah!" Teriak Wendy, semakin terkejut.

"Kalau begitu apakah sekarang kalian berdua berkencan?"

Seulgi melambaikan tangannya. "Aniya! Memangnya kau pikir akan semudah itu?" Elak Seulgi.

"Lalu? Apa dia bertingkah seolah Haejun tidak berkata apa-apa?"

Seulgi melirik Wendy dan tersenyum simpul. "Dia mengajakku berkencan."

"Kalau begitu pertanyaanku tadi benar, bodoh!"

"Bukan kencan seperti yang kau maksud. Tapi dia mengajakku pergi dengannya."

"Lalu kau menerima ajakannya?" Tanya Wendy, yang dibalas dengan anggukan.

Wendy menepuk pundak Seulgi kencang lalu menjerit senang. "Yak!" Tegur Seulgi, takut ada yang mendengar.

"Kita berhasil Seulgi-ah." Ujar Wendy

"Hari ini adalah hari yang bersejarah Wendy-ah." Balas Seulgi.

ㅡ ㅡ ㅡ

A/N

Selamat malam semuanya~
Sudah dua minggu nggak update,
Maaf yaa 😔
Itu karena minggu lalu aku sempat sakit sebentar dan sibuk juga.
Tapi sekarang sudah sehat kok 💪
Kalian jaga kesehatan terus yaa 😄
Semoga juga suka chapternya.
Terimakasih sudah membaca 💛

Vote = Lanjut

SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang