13. Kehidupan Arjuna

19 3 0
                                    

Di tempat lain, laki-laki dengan mata setajam elang, duduk menghadap sang rembulan malam.

" Hai bro " teriak seseorang mengagetkan lamunan Arjuna

" Eh elo vid, ada apa? " tanya Arjuna

" Gak papa, lihat elo ngelamun gua jadi gak tega. Ngelamunin apa sih bro? Masih tentang dia? " ucap David-yang kini menjadi sahabat Arjuna

" Ya gitu, gak tau kenapa rasanya kangen banget sama dia " lirih Arjuna

" Gua jadi penasaran secantik apasih gadis kecilmu itu, jangan-jangan bohai kayak Chintya ya? Pantesan aja lo nolak Chintya mentah-mentah ternyata udah punya yang bohai hahaha " ucap David kepada Arjuna sambil terbahak. Dan dihadiahi lemparan buku oleh Arjuna

" Ngawur ajah tuh pikiran " jawab Arjuna dengan singkat. Ya sesingkat rasa yang dulu kau berikan kepada ku:v

" Gua gak suka ya, kalo lo ngebayangin 'dia' yang enggak-enggak. Apalagi lo samain sama tuh cabe " sambung Arjuna dengan sangat dingin, membuat siapapun yang mendengar akan merinding

" Santai dong mas bro, sellow. Bercanda tadi. Eh kok lu bisa tau istilah cabe sih Jun? " tanya David dengan polosnya dan hanya di tatap tajam oleh Arjuna. Dan David hanya nyengir gak jelas.

" Tapi serius deh dia itu kek gimana sih? Sampai bikin seorang Arjuna galau kek gini, bahkan gua yang sahabat lu, satu kontrakan nih gak lu kasih tau siapa namanya " tutur David yang nada bicaranya dibuat seakan dia yang tersakiti:v

Arjuna kembali memandang germelapnya malam. Matanya lurus, jauh menerawang

" Dia gadis kecilku. Dengan jilbab yang menutupi rambutnya. Bulu mata yang panjang nan lentik ditambah mata besar hitam legam. Hidungnya yang mancung dengan pipi yang cukup chabby. Kulit yang khas wanita pribumi " ucap Arjuna dengan mata yang masih menerawang, hingga mata itu kembali menjadi sendu-seperti dulu

" Dia yang banyak ngerubah hidup gua, bahkan sebelum gua lahir. Orang tuanya udah berjuang demi masa depan gua. Dan dia jawaban dari semua pertanyaan di hidup gua " lirih Arjuna

David menjadi merasa bersalah kepada Arjuna. Ia tak pernah sekalipun melihat tatapan menusuk Arjuna menjadi sendu sepertu ini . Bahkan hampir mengeluarkan kristal bening.

Arjuna menghelas nafas, begitu pula dengan David. Bedanya, Arjuna rindu kepada gadis-nya sedangkan David merasa bersalah pada Arjuna

" Gua gak tau seperti apa gadis-mu itu Jun. Tapi yang biasa gua tangkep dari cerita singkat lu, gua tau ia amat berharga di hidup lo. Dan gua juga tau lu lakuin ini semua demi dia, siang kuliah dan malamnya bekerja hingga larut. Belum lagi tugas tugas sialan itu. Lu juga berambisi buat lulus kuliah dengan singkat. Gua paham jadi lo. Dan saran gua ya bro, lo cepet selesain ini semua. Sekali lagi, untuk dia. Cepet pulang. Jangan biarkan dia nunggu lo terlalu lama. Kasian anak orang lu gantungin " ucap David sambil menepuk pundak Arjuna

" Yaudah gua kedalem dulu. Lo jangan lama-lama kasian tuh badan " nasehat David sambil berlalu menuju kamar

Arjuna terdiam. Kata kata David tadi cukup membuatnya berfikir. 'Apakah Alisya telah bosan menunggu nya?' Yahh batin Arjuna kembali bergejolak. Antara logika dan perasaan yang sudah mulai tak sinkron.

Ah rasa apa ini. Arjuna tentu paham apa yang ia rasakan sekarang, beda dengan Alisya yang belum juga paham. Namun ia tak mau mengedepankan egonya hingga semua yang telah tersusun rapi hancur tanpa tersisa lagi.

****

Di siang yang cukup terik ini, Arjuna mulai membereskan buku buku di mejanya. Kemudian sesosok wanita cantik dengan rambut sebahu menghampiri Arjuna.

Sastra dan Angka ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang