36. Haruskah?

7 2 0
                                    


Nama Alisya kini banyak diperbincangan di kalangan muda. Atas presatsinya kini. Karyanya pun banyak yang terbitkan. Dan sangat laris dipasaran. Itu semua tak membuat Alisya besar kepala.

Ia tetap menjadi dirinya. Gadis lemah lembut. Yang masih berusaha menjadi jati dirinya. Yang masih mengejar apa yang ditargetkan. Apakah terlalu ambisius? Tapi targetnya sederhana, sangat sederhana.

Namanya melejit tajam. Media sosialnya pun dibanjiri oleh para followers. Banyak kolom komentar yang dipenuhi oleh netijen. Tapi tetap saja ada unsur kebencian disana.

Besok. Hari dimana Alisya akan diwisuda. Selesai sudah kewajiban yang satu ini. Tidak dengan kewajiban yang lain. Besok keluargana juga akan datang kemari. Bukan bukan besok. Lebih tepatnya hari ini. Dan akan menginap dirumah mamah Daniel, karna memang beliau yang memintanya. Alisya juga tak kuasa untuk menolaknya.

" Sayang, ayo " ucap Tante Lila- mama Daniel yang menjemput Alisya di kosnya.

Hari ini juga ia akan meninggalkan kamarnya itu. Akan menginap semalam dirumah Daniel. Ia pun memgemasi barang barangnya. Dibantu Shereen dan tante Lila tentunya.

Tak terasa ternyata. Sudah 3,5 tahun ia menetap disini. Dengan berbagai banyak rintangan yang dihadapi. Mencoba mandiri, tanpa ingin membebani orang lain.

Alisya menarik napas dalam. Mengeluarkan kopernya dari kamar. Dan mengunci pintu kamarnya.

" Alisya " panggil Vani. Masih ingatkan siapa Vani?

" Aku pamit ya Van " pamit Alisya pada Vani

" Hati hati ya, terimakasih " ucap Vani lalu memeluk Alisya

" Aku yang seharusnya berterimakasih. Kamu mengajarkan banyak hal padaku. Dengan cerita hidupmu yang luar biasa. Tetap perjuangankan apa yang seharusnya kamu dapatkan " sahut Alisya

" Semoga kita dipertemukan kembali Sya. Aku beruntung bertemu orang hebat seperti dirimu " lirih Vani

" Aku bangga bertemu orang yang kuat seperti dirimu " sambung Alisya

" Semoga kita dipertemukan kembali Vani. Assalamualaikum "

" Waalaikumsalam "

Alisya, Shereen dan tante Lila segera turun, karna om Handoko telah menunggu dibawah. Sebelum itu Alisya memberikan kunci kamar kepada teh Ocha dan juga untuk berpamitan.

Ia berjanji pada dirinya sendiri, bahwa suatu saat nanti ia akan kembali. Kembali kesini. Untuk mengenang segala perjuang dikamar itu. Di sudut itu. Digang sempit ini. Warung soto depan yang akan sangat dirindukan. Perbincangan hangat diwaktu lagi.
Entah kapan waktunya, ia akan kembali.

" Sudah semua ?" Tanya Om Handoko

" Sudah pah " jawab tante Lila

" Ini kerumah dulu apa langsung ke bandara Sya ? " tanya tante Lila

" Langsung ke bandara aja mah, kayaknya udah mau sampai " jawab Alisya

" Okee "

" Duh gak sabar deh Sya pengen ketemu sama calon " pekik Shereen dengan senang

" Calon apa? " tanya Alisya heran

" Calon suamiku lah " jawab Shereen dengan senyum yang masih mekar diwajahnya

" Hah calon suami? Shereen udah mau nikah ? "

" Ihh maksdunya tu abang lo Sya, gimana sih "

Sastra dan Angka ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang