21. Salah atau Benar?

25 3 0
                                    

Lagi, Arjuna menghela napas dalam.
Ia mengambil keputusan yang sangat berat. Disatu sisi ia tak ingin memberi harapan, namun sisi yang lain pula ia ingin egois, untuk tetap tinggal. Disini, pinggiran Ibu Kota dengan sawah yang masih menghijau,  pepohonan tumbuh dengan suburnya. Sore itu banyak anak anak bermain disana. Sekedar bermain bola atau menikmati sang surya yang sedang tenggelam dalam cakrawala.

" Kenapa sih Jun ?" Tanya  Rahman

" Lagi pusing aja ini " jawab Arjuna

" Kenapa lagi ? " Rahman terus saja menanyai Arjuna

" Ini salah ga sih man? " kini giliran Rahman yang menghela napas

Sudah kesekian kalianya helaan napas tertulis.

" Salah atau enggak nya, kamu juga tau Jun. Bisa jadi salah kalau tindakan selanjutnya kamu salah. Bisa juga menjadi benar. Kemungkinan selalu ada dua bukan? Salah dan benar. Dan sesungguhnya tak ada yang salah, semuanya benar tergantung mata siapa yang memandang. " jawab Rahman sambil menerawang jauh kedepan.

" Semua orang punya titik terendahnya, titik terlemahnya atau bahkan titik terjenuh dalam hidupnya? Segalanya akan semakin runyam, jika kita tidak bisa menganyam dengan baik. Dan semua punya resiko masing masing. Kamu harus berani mengambil resiko ini, jika memang pilihanmu "  sambung Rahman

Arjuna diam, memahami apa yang dikatakan Rahman. Ah benar

" Saat ini, entah mana yang benar atau salah. Sangat sulit untuk dibedakan. Tipis saja. Salah langkah retak segala bangunan "  ucap Arjuna

" Mana baik buruknya, mana halal haramnya " sambung Arjuna

Kemudian Rahman memandang Arjuna dan tersenyum. Sambil menepuk pundak Arjuna

" Kejarlah apa yang kamu impikan dan tepati lah janji yang telah kau ikrarkan. Jikalau kau tak mampu dalam satu waktu, pilih salah satunya, apapun pilihanmu kamu lebih paham kedepannya. " ucap Rahman

Arjuna tersenyum

" Terimakasih "

" Ah kayak sama siapa aja Jun "

" Sekedar mengucapkan terimakasih itu sangat penting bukan ?" Sahut Arjuna

Rahman hanya mengangguk anggukan kepala

" Tapi jujur masih ada sedikit keraguan " sambung Arjuna

Rahman menoleh, mengangkat sebelah alisnya seolah bertanya
' keraguan apa '

Arjuna yang paham pun melanjutkan ucapannya

" Aku takut jika tindakanku salah, bahkan sangat takut. Takut jika aku melukai seseorang, bukan. Tapi banyak orang. Aku yang paling egois "

"  Hanya itu ? " ucap Rahman

" Hanya itu man? iya mungkin sebagian orang menganggap ini sepele, mungkin juga dengan kau. Namun ini sangat sulit bagiku " sahut Arjuna

" Bukan aku bukan menganggap ini sepele, tidak sama sekali Arjuna. Namun, sekarang lihatlah kedepan dengan baik. Coba lihatlah. Apa yang kau lihat " tanya Rahman

" Matahari yang mulai terbenam, senja mereka bilang " jawab Arjuna

" Perhatikan dengan baik, sungguh indah bukan. Setelah melewati terik yang memanaskan, sekarang membuat pemandangan yang menyejukan. Atas kuasa siapa semua ini? Tentu kau sangat tau jawabnya. Lihatlah, jika semua ini bisa diubah dengan begitu hebatnya, lalu sangat mudah untuk mengubah keadaan yang terjadi saat ini bukan? Sangat mudah. Tak ada yang bisa menandingi kekuasaan-Nya. Ayo Arjuna, jangan menyerau kau pasti bisa melewatinya. Buatlah akhir yang begitu manis, seperti saat ini mungkin. Rasa takut mu antara benar dan salahnya memang tak salah. Tapi jangan sampai rasa takutmu mengalahkan segala duniamu. Masih ada yang lebih kuat "  ucap Rahman

Arjuna kembali terdiam. Untuk saat ini ia akan memantapkan pilihannya. Apapun resikonya ia harus menanggungnya. Bertanggung jawab apa yang sudah menjadi pilihannya.

" Sudah ? " tanya Rahman

Arjuna hanya menganggukan kepala dengan yakinnya. Rahman tersenyum. Persahabatan yang sesungguhnya? Entahlah.

Dan tiba tiba ada sebuah bola mengenai kaki Arjuna.

" Kak tolong lempar dong bolanya kesini " ucap salah satu anak kecil itu

Arjuna mengambil bola itu, lalu berpandangan dengan Rahman sambil tersenyum penuh akan makna.

Arjuna berlari dengan Rahman menuju lapangan pinggiran sawah itu dan

" Kakak ikut main ya dek " ujar  Rahman dengan berusaha merebut bola dari kaki Arjuna

Anak kecil disana sesaat terdiam, melihat orang yang 'lebih' dewasa darinya asik bermain bola. Tak sadar umur memang.

Dan kemudian salah satu diantara anak kecil itu berkata

"  Serangggg "

Riuh sudah lapangan sederhana itu.
Bahagia juga sesederhana itu bukan?
Bermain bola plastik, mengingkat masa kecil yang penuh canda tawa yang mungkin belum mengenal apa arti kehidupan sebenarnya. Terlalu menyenangkan memang.

Sore itu, sangat teramat manis. Dipinggiran sawah bermain bola ditemani sang surya yang menjingga. Hanya melihat saja sudah membuat pipi ini berbunga.
Semoga ini bukan akhir segalanya. Semoga saja.

Sastra dan Angka ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang