31. Sakit

11 3 0
                                    

Malam kembali menjelang. Lelah. Itu yang dirasakan sekarang.

Alisya diam,menikmati keheningan malam. Secangkir kopi yang menemani dinginnnya malam ini. Ia ingin bercerita, tapi dengan siapa.

Ah bunda, sudah lama ia tak bertukar kabar. Baru sekali ia pulang. Ia rindu ingin memeluk bundanya.

Alisya memejamkan matanya sejenak. Mencoba mengusir segala kemungkinan buruk yang ada di pikirannya.

Daniel, Shereen. Selesai sudah. Mama dan papa Daniel sudah ihklas. Begitu pula dengan Shereen yang sudah menerima keadaannya. Tetap bersama papanya.

Kini giliran kisahnya sendiri bukan? Entalah sampai kapan ceritanya akan selesai.

" Kamu kemana? Udah lupa ya sama aku " lirih Alisya

" Huhh, mungkin aku saja yang terlalu berharap " sambung nya tertawa getir

" Aku bisa membantu orang lain untuk menyelesaikan masalahnya. Tapi, aku terlalu takut untuk menyelesaikan persoalanku sendiri. Mana Alisya yang selalu semangat, manaaa " lirih Alisya

Ia menangis. Tanpa suara. Hanya air mata yang berbicara.

Ia ingin punya tempat untuk bercerita. Tapi ia paham,teman temannya juga memiliki banyak masalah. Tak mungkin ia menambahi dengan masalahnya.

Memang Alisya sangat tertutup jika menyangkut masalah pribadinya.

" Yaallah, salahkah hambamu ini. Maafkan jika terlalu berharap kepada mahkluk mu " lirih Alisya

Aku tak tahu, mana yang benar
Aku juga tak paham, apa yang ku jalankan
Kemana arah semua ini?
Apa akhir dari tujuan ini?
Begitu banyak tanya di benak ini.
Salahkah?
Namun rasa itu muncul tiba tiba
Tanpa bisa diraba hadirnya
Apa ini yang dimaksud?
Semua jawaban dari pertanyaan?
Tapi jikalaupun benar, ini tetap salah.

Alisya

Alisya menutup diarynya dan bersiap untuk tidur. Ia tak mau bersedih terlalu lama. Karna sesuatu yang berlebihan tidak baik bukan? Bersedih boleh, wajar. Manusiawi. Tapi secukupnya saja.

Pagi kembali menyapa. Sekian waktu dipercepat, Alisya sampai pada kelasnya. Dan Nisa pun mengajak Alisya untuk mengikuti kajian. Tak apalah untuk menenangkan hati. Ia juga butuh mencarger imannya. Itu perlu. Sangat perlu.

Alisya akui ia bimbang saat ini-sangat bimbang. Perlu ada yang menuntunnya memang.

" Alisya " panggi Nisa

" Iya Nis, ada apa ? " tanya Alisya

" Nanti ikut kajian yuk. Dimasjid Agung " ajak Nisa

" Boleh " jawab Alisya

Dan mereka berdua pun menuju masjid untuk mengikuti kajian. Disana juga sudah terdapat cukup banyak orang. Dan yang mengejutkan adalah, tema.

CINTA DALAM DIAM

Seketika Alisya terdiam. Ia gelisah. Mengapa sangat  tepat dengan keadaanya. Mungkin kah ini jawabnya? Entahlah. Segalanya terlalu rumit untuk dipahami.

Atau manusianya saja yang terlalu mempersulit keadaanya.

" Alisya kamu ga papa ? " tanya Nisa dengan khawatir

" Ga papa ko Nis, tenang aja " jawab Alisya tersenyum tipis kearah Nisa

" Kamu kalo ada apa apa bisa cerita sama aku Sya. Aku siap kok dengerinnya. Malah aku seneng kalo ada yang mau berbagi sama aku " ucap Nisa lembut

Sastra dan Angka ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang