29. Kita berbeda

7 1 0
                                    

Keheningan. Kini yang menyelimuti Alisya dan juga Daniel. Setelah pengakuan tadi yang cukup mengejutkan bagi Alisya.

Mobil Daniel berhenti didepan kos Alisya. Ya, Daniel memaksa untuk mengantarkan Alisya.

" Alisya " panggil Daniel lirih

" Ya " jawab Alisya pelan

" Sungguh aku mencintaimu Alisya. Mungkin ini terlalu cepat, tapi aku tidak berbohong. Sejaka saat kamu menabrakku dikantin kampus. Aku sudah tertarik denganmu " sambung Daniel

" Itu ambisi Daniel. Bukan cinta. Cinta yang tidak halal hanyalah kepalsuan belaka " sahut Alisya

" Tapi kau telah mendengarkan ucapanku tadi Alisya. Aku siap berubah, demi kamu " ucap Daniel

Seketika Alisya menatap Daniel dengan tajam.

" Untuk apa kau berubah untukku Daniel? Jika ingin berubah itu bukan  untukku, tapi untuk dirimu sendiri. Tanyakan pada hatimu, apakah pilihanmu benar atau salah. Aku tak mau kau merubah keyakinanmu hanya untuk seorang perempuan. Dan belum tentu akan menjadi jodohmu nantinya " sahut Alisya sedikit emosi

" Tapi Al.. " ucapan Daniel terpotong

" Cukup Niel. Jika memang kau ingin berubah tak masalah, asalkan bukan aku alasanmu untuk berubah. Karna itu salah Daniel. Sekali lagi, tanyakan pada dirimu sendiri "

Alisya mengambil napas sejenak.

" Pikirkan baik baik Niel. Jangan sampai kau menyesal pada akhirnya. Aku pun bahagia jika kau menjadi mualaf, namun sekali lagi jangan jadikan aku sebagai alasanmu. Dan ingat juga tentang keluargamu. Semoga kau medapatkan petunjuk dari-Nya " sambung Alisya

" Terimakasih telah mengantarku " lanjut Alisya dan turun dari mobil Daniel

Setelah Alisya masuk rumah kosnya Daniel tak langsung pulang. Ia mengistirahatkan tubuhnya sejenak. Ia sangat lelah, bukan hanya raganya namun hati dan pikirannya lelah. Belum tuntas kisahnya dengan Shereen yang sedikit masih membekas. Kini kembali luka yang ia dapat, bahkan sebelum pertarungan dimulai.

Tanpa seorang pun yang mengetahui, ia menangis. Tanpa suara. Hanya air mata yang mengalir begitu saja.

Perlahan ia mulai melajukan mobilnya. Meninggalkan kos dimana Alisya tinggal. Dan tanpa Daniel ketahui Alisya memandang mobil Daniel dari jendela kamarnya. Ia menangis. Ia telah membuat seseorang terluka karenanya.

" Maafkan aku Daniel " guman Alisya dan segera menyeka air matanya.

***

Sebulan setelah kejadian itu, dimana Daniel menyatakan persaannya pada Alisya, mereka berdua jarang sekali bertegur. Shereen yang melihat itu pun geram dibuatnya. Hingga suatu hari

" Pokoknya kita bertiga harus kumpul bareng lagi , nanti sepulang kelas " ucap Shereen tegas

" Tapi Reen.. " ucapan Alisya terpotong

" Ga ada tapi tapian. Udah gedek lihat kalian berdua " Shereen mengucapkam itu dengan sebal

" Oke, sekalian ada yang mau gue omongin sama kalian berdua " kini giliran Daniel yang menyahut

Mau tak mau Alisya hanya pasrah.

Dan, sampailah mereka pada kedai kopi.

" Ini siapa yang mau ngomong dulu, gue atau lo Niel " tanya Shereen

" Lho aja duluan Reen " jawab Daniel

" Oke, sebenarnya kalian berdua kenapa sih diem dieman terus. Gedek gue lihatnya. Biasanya juga bercanda ini kenapa malah kayak orang ga kenal " ucap Shereen dengan sedikit emosi

Sastra dan Angka ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang