Boston, Massachusetts
Desember, 2006Maggie Russell tidak pernah tahu kapan waktu yang tepat untuk menghubungi adiknya, Kate. Sejak siang tadi, Maggie telah menghubungi Kate setidaknya tiga kali dan panggilannya hanya dijawab oleh pesan suara. Malam ini menjadi kali keempat Maggie menghubungi adiknya dan ketika nada deringnya tidak juga tersambung, Maggie merasa kesal.
Sembari menyiapkan coke dan kentang siap saji yang dibelinya dalam perjalanan pulang, Maggie mencoba berkali-kali untuk menghubungi adiknya. Meski telepon itu pada akhirnya akan tersambung oleh pesan suara yang terdengar: ini Kate. Hubungi aku nanti. Aku sedang sibuk atau mungkin.. aku tidak ingin bicara denganmu - Maggie tetap mencoba lagi dan lagi.
Tapi, itu bukan kali pertama Kate mengabaikan panggilan Maggie. Setelah bertahun-tahun Kate mengabaikan Maggie, dan Maggie tidak punya cara yang tepat untuk memperbaiki hubungan mereka. Maggie hanya melakukan apa yang perlu dilakukan oleh seorang kakak, ibu, sekaligus ayah untuk Kate. Nyatanya, ia hanya bisa memperburuk keadaan. Bukan hanya karena Maggie tidak bisa menahan temperamennya saat berhadapan dengan Kate, melainkan juga karena Kate berpikir kalau Maggie tidak cukup baik untuk menjadi ibu pengganti untuknya.
"Berhentilah berpikir kalau kau adalah ibu! Kau bukan dia!"
Ucapan itu rasanya masih terpatri dalam benak Maggie hingga sekarang. Saat usianya dua belas tahun dan usia Kate lima tahun, ibu mereka Gladys Russell meninggal akibat tumor yang menyerang otaknya. Maggie tahu kalau saat itu Kate masih terlalu kecil dan adiknya membutuhkan sosok seorang ibu.
Sebagai seorang kakak, Maggie melakukan yang terbaik untuk Kate. Ia melakukan apa yang bisa dilakukannya untuk memperbaiki keadaan. Ayahnya Bill Russell, tidak mau ambil pusing. Pria itu telah disibukkan dengan pekerjaannya mengelola bisnis penyewaan rumah Russell Housetown, yang teah menyita hampir seluruh waktunya. Bill tidak punya waktu untuk membesarkan putrinya dan memilih untuk menyerahkan tugas itu pada adik perempuannya. Yang dilakukan Bill hanya memastikan Maggie mendapat fasilitas pendidikan terbaik dan mempersiapkannya sebagai pewaris Russell Housetown.
Maggie dibesarkan dengan kecukupan materil dan pendidikan yang tinggi. Ia tumbuh sebagai wanita cerdas tanpa kompromi. Sejauh yang Maggie tahu, ia tidak pernah merasa kekurangan, kecuali dalam satu hal: tempramennya yang sulit untuk dikendalikan.
Kate menyebutnya wanita dengan tempramen tinggi yang otoriter. Semakin Maggie tumbuh dewasa, semakin ia merasa kalau darah Bill mengalir dalam darahnya. Dan sikapnya yang demkian semakin menjadi-jadi setelah kematian Bill tiga tahun yang lalu.
Maggie yang saat itu tidak memiliki kesiapan cukup untuk memimpin Russell Housetown tiba-tiba menjadi mimpi buruk bagi seluruh pegawainya. Tidak sedikit dari mereka yang tidak menyukai Maggie dan Maggie benci mengetahui kalau pegawainya berbisik di belakang dan membicarakan hal-hal buruk tentang bagaimana ia mengubah Russell Housetown menjadi penjara yang mengerikan.
Pernah sesekali Maggie mengunjungi psikiater dan mengadakan konseling khusus untuk mengatasi bukan hanya masalahnya dengan pekerjaannya tapi juga masalahnya dengan Kate. Hasilnya tidak begitu baik. Maggie berhenti melakukan konseling di minggu kedua dan ia lebih sering membatalkan janji temu konseling itu ketimbang menghadirinya. Semua itu karena Maggie tidak bisa beranjak lebih dari lima menit dari kursinya hanya untuk menghirup udara segar. Seisi kepalanya sudah dipenuhi oleh masalah tanpa perlu ditambah lagi.
Pernah sesekali Maggie melihat Kate berkunjung dan mengalami pembicaraan yang hangat dengan pegawainya. Kate wanita yang manis, Maggie tidak bisa menyalahkan hal itu. Adiknya suka berbicara bahkan dengan orang-orang yang baru dikenalnya. Semua tentang Kate terlalu sempurna. Adiknya mewarisi paras cantik Gladys Russell dengan kulit putih tak bercela, rambut pirang dan bola mata berwarna biru terang yang tampak memesona. Saat Maggie berjalan di samping Kate ia akan melihat beberapa pria menatap mereka, tapi Maggie tahu kalau tatapan itu tidak dikhususkan untuknya. Kate juga telah melibatkan diri dengan banyak pria diusianya yang ke lima belas tahun. Tidak ada yang aneh dengan itu: Kate menarik, pandai, suka bersosialisasi dan yang terpenting ia bukan seorang wanita dengan tempramen tinggi yang otoriter dan membosankan.
![](https://img.wattpad.com/cover/184204571-288-k697675.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Boston Highway (seri ke-1) PULCHRITUDE
Mystery / ThrillerBoston, Massachusetts, digemparkan oleh penemuan dua korban pembunuhan yang diletakkan dalam peti mayat dengan kondisi yang siap untuk dikuburkan. Setiap korban memiliki ciri identik yang sama: muda, atraktif, berambut pirang dan memiliki warna mata...