Bab 22

596 68 4
                                    

Boston, Massachusetts
November, 2006

Maggie keluar dari wal-mart siang itu setelah mendapatkan minuman dingin kesukaannya. Ia berjalan dengan cepat untuk sampai di dalam mobil. Begitu sampai di kursi kemudi, Maggie mengempaskan semua barang-barang bawaannya di kursi penumpang kemudian menyandarkan tubuh sembari menghela nafas panjang.

Tangannya terjulur untuk menyalakan radio. Maggie memilih saluran yang biasa di dengarnya. Segera setelah menemukan saluran itu, ia kembali bersandar dan berusaha menenangkan pikirannya yang kalut.

Hari itu tidak berbeda dari hari-hari sebelumnya. Semua berjalan dengan cepat. Hari yang sibuk di tengah pikirannya yang terbagi antara penyidikan Kate juga masalah Russell Housetown yang tak berkesudahan. Harry, seorang tangan kanan yang telah bekerja bersama Maggie selama dua tahun belakangan menghubungi Maggie satu jam yang lalu dan mengatakan kalau pertemuannya dengan investor baru akan berlangsung beberapa jam lagi.

Maggie mengeluh, bukannya kesal tapi di saat-saat terburuknya, ia tidak berharap untuk menghadiri pertemuan apapun. Karena itu ia meminta Harry untuk mengatur ulang jadwal pertemuan itu. Harry menyetujuinya dengan mudah tapi Jared telah memprotes tindakan Maggie. Laki-laki itu memutuskan untuk menemui investor secara sepihak.

Kekesalan Maggie semakin memuncak begitu Jared mengirim sebuah pesan bertuliskan: Jangan khawatir. Semua sudah kubereskan.
Seolah Maggie tidak tahu bagaimana cara untuk membereskan hal itu. Jared kelewat batas.

Berhenti bersikap bodoh! Dia hanya ingin membuatmu kesal. Lagipula, ambisinya hanya satu: menyingkirkan pemilik Russell Housetown yang asli.
Sebaiknya kau mengambil tindakan sebelum dia mendahuluimu lebih jauh.

Pecat saja dia!

Tidak, tidak semudah itu.

Semua pemikiran itu bergelimang dalam otak Maggie sepanjang perjalanan dari kantornya hingga sampai di wal-mart. Maggie akhirnya memutuskan untuk membeli soda dingin rasa lemon kesukaannya. Ia berharap minuman itu mampu mendinginkan pikirannya. Nyatanya tidak ada yang benar-benar bisa mendinginkan pikiran Maggie selain kabar ditemukan Kate sampai padanya.

Berpikir untuk menyudahi keluhan itu, ia segera menstarter mobil dan membawa camaro-nya bergerak meninggalkan area wal-mart. Setelah lima belas menit berkendara, Maggie sampai di pusat Women's Heritage Trail. Jalanan di sekitarnya telah dipadati oleh sejumlah kendaraan dan para pejalan kaki yang berlalu lalang. Lampu merah dari rambu lalu lintas itu menyala tepat di depan camaro-nya. Maggie segera memperlambat laju berkendara hingga mobilnya berhenti tepat di belakang garis pembatas.

Lampu merah itu menyala berbarengan dengan rambu hijau bagi para pejalan kaki yang hendak menyebrang. Maggie memfokuskan pandangannya pada dua orang pejalan kaki pertama yang menyebrang. Tiga orang lainnya menyusul di belakang. Semuanya tampak tergesa-gesa. Hingga seorang pria yang mengenakan pakaian sutra tebal berwarna kecoklatan menyita perhatian Maggie seutuhnya.

Pria itu berambut pirang dan memiliki wajah gemuk yang khas. Maggie segera mengenalinya sebagai Walter. Maggie duduk di kursinya dengan tegang. Matanya kedua matanya terus mengawasi Walter. Pria itu sedang menuju sesuatu yang menunggu di depannya. Tepat di seberang jalan, seorang wanita muda, cantik, berpakaian minim, melambai ke arah Walter. Walter berjalan ke arah wanita itu dengan cepat. Ia tersenyum dan menyambut wanitanya dengan ciuman di bibir. Maggie mendengus saat melihatnya. Hingga kedua pasangan itu pergi dengan saling bergandengan tangan menuju ke jalur lain.

Segera setelah rambu hijau menyala, Maggie mengarahkan camaro-nya untuk mengikuti kemana pasangan itu pergi. Langkah Walter membawa Maggie ke sebuah gang sempit yang di himpit oleh beberapa bangunan tua. Maggie perlahan menghentikan camaro-nya. Ia menurunkan kaca mobil dan memandang ketika Walter menggandeng wanita itu hingga sampai di sana.

Boston Highway (seri ke-1) PULCHRITUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang