Bab 29

455 55 1
                                    

Boston, Massachusetts
November, 2006

Ted duduk di tepi ranjang sembari memandangi wajah cantik tak bercela dari gadis polos berambut pirang yang terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang. Selama sepersekian detik, Ted merasakan area kejantanannya berdenyut-denyut hebat saat ia memandangi wajah cantik Jane Darlene Holly-nya. Wajah itu tidak pernah berubah, dan setiap kali ia membayangkannya, Ted akan teringat kata-kata Bobby: satu saja tidak cukup untuk kita berdua. Dia mati, tapi dia hidup kembali. Lagi dan lagi.

Perhatian Ted tersita begitu ia menangkap gerakan lembut bulu mata Holly. Ted menunggu wanita itu sadar seperti seorang anak yang berharap mendapatkan balon. Namun, semangatnya sirna begitu mendapati Holly tidak juga terbangun dari tidurnya.

Ayo.. bangunlah cantik! Bangun dan lihat aku!

Ted nyaris menggumamkan kata-katanya, tapi ia menahan kalimat itu di ujung lidah karena khawatir kalau suaranya akan mengganggu tidur Holly yang nyaman.

Ketika Ted bergerak bangkit dari tempatnya, ia memandangi wajah pucat itu lebih detail. Bulu matanya yang lentik, juga bibir merah kecilnya yang tampak mengundang. Holly kelihatan lebih cantik dan lebih rapuh hari ini. Pakaian lusuh penuh noda membalut tubuh Holly yang kelihatan lebih kurus dari biasanya, sementara ada sejumlah luka baret di kakinya. Dan tangannya yang kecil,  lemah di atas perutnya. Ted menggenggam tangan itu dan memandangi luka memerah pada punggung tangannya. Semacam bekas luka pukulan. Siapa yang berani memukul Holly?

Menunduk, Ted membawa tangan itu lebih dekat ke mulutnya kemudian meninggalkan kecupan ringan di sana.

Ahh.. Holly-ku.

Inilah akhir dari pencarian Ted. Holly yang satu ini adalah Holly-nya yang paling cantik. Bob akan iri. Tapi Ted tidak berencana untuk memberitahu Bob sampai tugasnya tuntas. Ted harus membawa jasad Holly yang lain ke rumah seorang pendeta, memohon restu dan do'anya sebelum dikuburkan. Itulah yang pantas didapatkan Holly yang manis: sebuah acara pemakaman yang indah dan wanita itu akan menjadi milik Ted di surga.

Satu nyawa tidak bisa menjadi milik dua orang. Harus ada yang berkorban. Harus ada yang dikorbankan.

Ted meletakkan tangan Holly kembali ke tempatnya dengan hati-hati sebelum ia bergerak ke arah pintu untuk menyelesaikan tugasnya yang tertunda. Ia sudah tidak sabar untuk mengantar Holly ke surga.

...

Kate membuka kelopak matanya begitu mendengar suara pintu yang digeser hingga tertutup. Semuanya terlihat gelap, kecuali karena cahaya redup dari sinar lampu tidur yang diletakkan di dekat ranjangnya. Oh Tuhanku.. di mana ia sekarang?

Kate berusaha untuk mengatur nafasnya dan tidak panik. Sejumlah pertanyaan berkelebat dalam otaknya: dimana ia berada? Sudah berapa lama ia di sana? Apa yang terjadi padanya?

Ingatan itu baru kembali setelah beberapa detik. Bayangan ketika Kate melihat sebuah toyota hitam yang berjalan ke arahnya. Toyota itu kemudian berkendara melewatinya. Kate pikir kalau satu masalah baru saja pergi. Nyatanya tidak. Ia sempat merasakan ketika seseorang melangkah di belakangnya, tapi suara langkah itu diredam oleh suara bising dari arus sungai yang mengalir deras di bawah jembatan. Setidaknya sampai seseorang menekankan kain berbau menyengat ke mulut dan hidungnya. Aromanya terasa menusuk sehingga Kate mengalami kesulitan bernafas. Kate berusaha melawan pria itu. Tapi ia begitu lemah sedang pria yang berdiri di belakangnya dua kali lebih besar dari Kate. Sampai aroma tajam dari obat bius merasukinya dan kesadaran Kate perlahan ditarik menjauh dari tubuhnya.

Astaga..

Kate merasakan serangan panik begitu menyadari kalau seseorang tengah menculiknya. Masalah Javier baru saja usai dan sekarang ia dihadapi oleh bajingan lain yang menginginkan Kate menderita. Apa yang akan dilakukan pria itu padanya? Apa ia merupakan anak buah Javier yang lain? Siapa pria ini? Kenapa pria itu mengecup tangannya dengan lembut? Apa ia seorang pemerkosa?

Boston Highway (seri ke-1) PULCHRITUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang