Dimas Van Dijk : Dimas

3K 187 59
                                    

Aku terbangun dengan perasaan tak menentu. Merasa kehilangan sesuatu yang entah apa itu. Aku merasa perih di beberapa di wajahku dan rasanya sungguh lelah entah kenapa. Sekujur tubuhku remuk redam rasanya. Aku mencoba mengingat-ingat kenapa aku begini, namun hasilnya nihil. Aku tidak ingat apapun. Aku bangkit dan bercermin. Betapa terkejutnya aku mendapati diriku penuh luka lebam di sekujur tubuhku. Aku bingung bagaimana aku bisa mendapatkan luka ini. Kuputuskan untuk bertanya pada Mama,Papa atau Ivanna siapa tahu mereka tahu apa yang telah menimpaku kini.

"Dimas, syukurlah kamu tidak apa-apa. Bagaimana perasaanmu nak?" aku bingung dengan pernyataan Mama, memangnya aku kenapa?

"Bingung. Aku bingung" Kuutarakan kebingunganku pada Mama.

"Bingung? kenapa?" Mama malah balik bertanya kepadaku

"Bagaimana bisa aku terbangun dalam keadaan mengenaskan begini. Tubuhku penuh luka dan lebam, badanku rasanya remuk Ma, dan anehnya aku tidak tahu apa yang terjadi padaku" Mama nampak terkejut.

"Dimas kamu tidak ingat?" Mama semakin membuatku bingung

"Ingat apa?"- Dimas

"Kamu beberapa hari lalu ditangkap oleh anak buah Rudolf Bouwer" Dimas tidak mengingat apapun terkait hal itu

"Bagaimana bisa?"

"Kamu menyusup untuk menemui Elizabeth dan kemudian tertangkap beruntung kamu ditolong oleh Gubernur Jendral. Mama heran kepadamu Dimas, bagaimana bisa kamu mengenal Gubernur Jendral? Lalu apa yang kau pikirkan hingga menyusup kerumah Rudolf Bouwer? Kamu tahukan Rudolf membenci keluarga kita terutama dirimu Dimas?" Mama mengelengkan kepalanya

"Sungguh aku tidak ingat apa -apa Mama" Aku bingung bagaimana biasa Gubernur Jendral mengenalku?. Sungguh aku tidak mengenal Gubernur Jendral.  Aneh

"Sepertinya kamu perlu istirahat Dimas. Pergi mandi kemudian sarapan setelahnya kau boleh istirahat" Aku menganggukkan kepalaku dan melesat pergi kekamarku

***

Sudah berhari-hari setelah kejadian aku terbangun dengan keadaan aneh pagi itu. Aku sudah mulai menjalani hari-hariku seperti biasa. Luka-lukaku lebih baik kini, beberap lebam telah menghilang sepenuhnya. Namun ingatanku akan hari itu tidak pernah kembali. Perasaan kehilangan juga terus merayapi hatiku. Rasa rindu akan sesuatu yang tidak aku ketahui menhantuiku. Aku melupakan sesuatu tapi apa?. Hingga suara ketukan pintu membuyaran lamunanku

"Tuan... ini saya" ucap salah satu Bedinde

"Masuk" kuperintahkan dia masuk

"Maaf tuan, saya menemukan ini di saku kemeja tuan saat hendak mencuci, saya pikir itu penting bagi tuan karena disana tertera nama tuan beserta alamat" Bedinde itu menyerahkan sebuah kertas yang terlipat rapi. Sebuah surat yang belum dia baca seingatnya, barangkali surat ini bisa menjadi petunjuk

"Terima kasih" Bedinde itu undur diri

Kubuka surat itu, nama dan alamatku memang tertera disana

Kepada Dimas Van Dijk

Di Bandoeng,

Hai Dimas, kuharap kau belum melupakanku seperti kata Tuan Van Loen

Tuan Van Loen? Gubernur Jendral?

Jikapun kamu melupakanku, tak apa-apa... tapi kuharap tidak. Bagaimana keadaanmu,kuharap kau tidak mengalami luka serius akibat siksaan anak buah Rudolf Bouwer kemarin. Well aku tidak tahu kau surat ini sampai ketanganmu atau tidak, mengingat konsekuensi yang kuterima saat memilih menyelamatkanmu adalah dilupakan semua orang termasuk kau. Yang terjadi pasti kamu lupa kepadaku dan lupa aku telah memberimu surat kepadamu hari itu. Tapi Dimas aku percaya kepada takdir yang akan menuntun kita. Aku percaya kau akan menemukan dan membaca surat  ini

Dimas Van DijkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang