Dimas Van Dijk: Time Travel Atau...? Edisi Revisi

5.8K 181 9
                                    

Aku mengerjapkan mataku demi menghalau cahaya yang sangat menyilaukan mataku. Aku berada disebuah ruangan serba putih. Di ruangan ini hanya ada beberapa barang saja dan menurutku err... sedikit kuno. Firasatku mengatakan ini rumah sakit tetapi satu hal yang menganjal pikiranku. Dimana rumah sakit ini? seingatku tidak ada rumah sakit yang bergaya Vintage-Seperti yang ku pikir- di kota Bandung. Samar samar kudengar suara orang yang sedang berbincang heboh di luar ruanganku.

"Maaf nyonya tapi putri anda mengalami benturan yang cukup keras yang menyebabkannya belum sadar hingga saat ini. Dan kemungkinan besar dia akan lupa ingatan Nyonya ketika sadar nanti seperti yang saya katakan sebelum sebelumnya" Kata seseorang yang kuyakini sebagai dokter

"T-tapi d-di-dia akan sadarkan?" Eh suara wanita, yang pasti bukan Mama. Ah iya Noni Belanda itu lagi. Dia menangis sesegukan

"Mohon maaf Nyonya, kami telah melakukan yang terbaik untuk Nona tapi kami di rumah sakit ini banyak kekurangan peralatan dan akhir akhir ini banyak sekali yang mengidap penyakit serius yang lebih membutuhkan alat pernapasan. Kami benar benar menyesal dan dengan berat hati kami harus menyampaikan berita buruk ini, sudah 2 bulan Nona Valeri tidak bangun Nyonya. Kami terpaksa melepaskan alat pernapasan Nona Valeri banyak pasien membutuhkannya dan kami juga tengah kekurangan tempat untuk merawat pasien serius. Sesuai peraturan yang berlaku di rumah sakit ini kami terpaksa melakukannya" Aku terbelalak kaget, 2 belum bangun dan akan mati? kejam sekali. Aku nyaris mati hari ini. Syukur di detik detik terakhir dia terbangun jika tidak sudah dapat dipastikan dia tidak akan bangun bangun lagi

"APA MAKSUDMU?! TIDAK!. KAU TIDAK BISA MELAKUKANNYA KEPADA VALERIKU. SUAMIKU GUBERNUR JENDERAL DISINI, KALIAN TIDAK BISA MELAKUKAN ITU PADA PUTRI GUBERNUR JENDERAL !!!KALIAN AKAN MEMBUNUHNYA!!! KALIAN MAU MEMBUNUH PUTRIKU... Will katakan sesuatu Will, kumohon katakan sesuatu... mereka mau mengambil putri kita satu satunya will..." Nyonya belanda itu histeris. Sepertinya ia menghalangi dokter itu masuk

"Kumohon...kau tidak bisa melakukan itu pada valeri, Will bantu aku, Jangan biarkan mereka mengambil Valeri... Jangan diam saja will, Valeri kita akan diambil" Dia berujar lirih pada seseorang. Wanita itu menangis histeris. Ibu mana yang tidak sedih ditinggal terlebih dahulu oleh anaknya. Hal paling menyedihkan bagi orangtua adalah mendatangi pemakaman anaknya sendiri. Hatinya sakit dan dia kecewa, suaminya tidak mendukung sama sekali dan terkesan pasrah saat para dokter hendak membunuh permatanya. Putri satu satunya yang paling dicintanya. Apalagi putrinya masih memiliki kesempatan hidup. Mengapa mereka tega membunuh putrinya. Tubuhnya merosot didepan pintu rawat anaknya

"Sudahlah Anna tolong hentikan, kau menyakiti dirimu, biarkan mereka melakukan tugasnya kita tidak bisa berbuat apa apa... Pikirkan Valeri tidak akan kesakitan lagi setelah ini" laki-laki itu berusaha menenangkan istrinya. Meraihnya kedalam pelukan, walaupun Anna masih meronta dipelukan suaminya itu.

"Kumohon... Hiks... Valeri" dia kecewa pada dirinya yang tidak berguna, dia tidak bisa melindungi putrinya. Dia kecewa suaminya tidak berbuat apa apa dan terkesan pasrah. Dia benci menjadi wanita lemah yang bahkan hanya dapat menyaksikan putrinya menjemput ajal di depan mata, tanpa bisa melakukan apa apa. Hal inilah yang menjadi momok menakutkan baginya setelah sekian lama putrinya tidak sadarkan diri. Dia selalu menghindari topik ini tapi sepertinya hari ini datang juga kepada Valerinya, gadis kecilnya yang manis dan penurut.

BRAKK

Pintu itu terbanting keras, aku yang saat itu sudah duduk diatas kasurpun terkejut mendengarnya. Dua orang laki-laki dan seorang perempuan berdiri di depan ruangan. Satu laki-laki tengah memeluk wanita dan satunya membuka pintu mereka membeku melihatku yang tengah duduk dikasur. Kami sama sama terdiam sebentar hingga kemudian aku menyengir dan mengaruk bagian belakang kepalaku yang tidak terasa gatal. Nampak seperti seorang pencuri yang tertangkap basah.

Dimas Van DijkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang