Dimas Van Dijk dan Valeri Van Loen kini menjadi sahabat yang begitu dekat. Dimana ada Dimas pasti ada Valeri begitu juga sebaliknya. Mereka selalu bersama,berjalan- jalan,belajar dan saling mengunjungi rumah masing-masing. Kedua orangtua mereka juga tidak melarang persahabatan kedua anak itu. Bahkan kini keluarga Van Dijk dan Van Loen saling bersahabat pula.
Tak ada anak yang berani menganggu Dimas lagi karena ada Valeri. Valeri adalah seorang Gubernur Jenderal di Bandoeng, dia begitu dihormati dan disegani oleh anak-anak di sekolah itu. Jika mereka berani macam-macam pada Dimas mereka akan tamat di tangan seorang Valeri Van Loen.
Hal ini tentu menimbulkan kecemburuan di hati Elizabeth Brouwer gadis yang mencintai Dimas. Namun dirinya tidak seberani Valeri Van Loen untuk mendekati Dimas. Ayahnya membenci keluarga Van Dijk. Selain itu dia takut dijauhi teman-temannya jika dia berteman dengan Dimas Van Dijk. Singkat kata dia lebih perduli kata orang lain daripada kata hatinya sendiri. Api cemburu membakar hatinya melihat kedekatan orang yang dicintainya dengan gadis lain. Hatinya sakit melihat adegan itu. Dia ingin menangis.
Suatu hari saat Valeri Van Loen absen dari sekolah karena ayahnya mengajak Valeri pergi ke Batavia. Dimas duduk di bawah pohon sambil termenung sendiri. Dimas tengah mengambar sketsa wajah seseorang. Elizabeth memastikan tidak ada orang yang melihat dan dia pun penghampiri Dimas Van Dijk
"Hai" sapa Elizabeth pada Dimas.Dimas terkejut kemudian dia meremas kertas sketsanya
"Mengapa kamu meremas kertas itu, bolehkah aku melihat isinya?" Elizabeth mengambill remasan kertas itu dari tangan Dimas.
"Astaga... ini sangat bagus Dimas. Apakah ini aku?" Dia sangat senang karena sang pujaan hati ternyata mengambar sketsa dirinya
"Iya... maaf aku mengambarmu tanpa izin" Dimas Menunduk
"Tidak apa-apa...apakah kamu mau mengambarku lagi lain waktu?" Pertanyaan itu mengejutkan Dimas sekaligus memberikan angin segar kepadanya yang telah lama menyukai Elizabeth tapi dia cukup tahu diri untuk tidak mendekati gadis itu.
"Benarkah?" Dimas tak percaya
"Tentu saja" Elizabeth tersenyum kepada dimas
Sepanjang hari itu mereka menghabiskan waktu berdua. Tertawa dan bercanda bersama. Menyemai bibit cinta yang selama ini layu. Tanpa sadar Cinta merekalah yang akan membawa malapetaka di masa depan.
***
Hari ini Valeri telah kembali dari Batavia. Valeri mamilih menghabiskan liburannya bersama sahabatnya. Kini mereka sedang berjalan-jalan disekitar kebun teh. Valeri begitu menyukai teh dan Dimas mengajaknya mengunjungi perkebunan teh. Valeri dan Dimas begitu menikmati pemandangan hari ini. Dinginnya udara tidak menyurutkan niat mereka berdua untuk berjalan-jalan.
Tuan Van Loen tersenyum melihat Valeri tertawa lepas seperti itu. Banyak perubahan dalam diri seorang Valeri Van Loen semenjak ia bangun dari komanya beberapa bulan lalu. Dahulu Valeri adalah seorang gadis yang tidak banyak bicara seperti sekarang. Dia gadis yang tidak perduli akan apapun dan hanya menuruti keinginannya sendiri. Valeri terlahir sebagai seorang anak tunggal jadi merupakan hal yang wajar jika dia adalah anak yang Egois dan terkesan dingin. Tapi walaupun begitu dia tetap memiliki teman karena mereka memandang keluarga Van Loen. Kini gadis itu berbeda 180 derajat. Dia menjadi lebih banyak bicara apalagi jika dengan Dimas. Dia memang masih tidak perduli dan mementingkan dirinya saja,buktinya dia berteman dengan Dimas tanpa perduli dengan gunjingan oranglain.
Keluarganya pun mengakui perubahan sikap pewaris tunggal keluarga Van Loen itu. Dari yang tidak bisa tersentuh menjadi lebih bisa dijangkau dan menyenangkan.Mereka memang merasa Valeri adalah oranglain karena dia kini bertolak belakang dengan dirinya sebelumnya. Mereka tidak masalah jika Valeri berubah justru mereka senang anaknya berubah dan meskipun selamanya Valeri tidak mengingat kenangan masalalunya. Asalkan Valeri bahagia mereka sudah bersyukur.
"Valeri, Papa akan beristirahat di peristirahatan di sebelah sana, kalian lanjutkan jalan-jalannya. Jangan jauh-jauh dan hati-hati tersesat" Pesan Tuan Van Loen pada Valeri dan Dimas seraya beranjak ke arah tempat peristirahatan. Dimana Istrinya dan Keluarga Van Dijk berada.
"Baik Papa" Valeri melambai pada Papanya. Kemudian dia melanjutkan perjalannya. Valeri dan Dimas tiba di sebuah sungai udaranya cukup dingin tapi sungguh menyenangkan. Riak air mengalir, cuitan burung dan hembusan angin yang bertiup dan jangan lupakan kabut tipis ini. Kali ini mereka hening lebih memilih menikmati suasana.
"Valeri" Dimas memecah kesunyian itu.
"Ada apa?" Valeri menoleh pada Dimas
"Bagaimana jika aku menyukai seorang gadis?" Tanyanya pada Valeri. Valeri terkejut "Apakah Dimas menyukaiku?"- Valeri
"Eoh benarkah?"Valeri bertanya gugup
"Hmmm... Apakah aku pantas menyukai seseorang?" Dimas tertunduk
" Mengapa kamu berpikir begitu, Kamu pantas dan layak mendapatkan dan bersanding dengan orang lain. Jangan terlalu memandang rendah dirimu hanya karena sebuah nama, Dimas! siapa gadis yang tengah disukai oleh sahabatku ini?" Valeri tersenyum dan merangkul Dimas yang lebih tinggi darinya. Dimas terkekeh dan kemudian tersipu malu.
"Aku tengah dekat dengannya sekarang" Valeri makin terkejut setahunya hanya dirinyalah yang tengah dekat dengan Dimas tidak ada gadis lain. Jadi apakah benar Dimas menyukainya? pikir Valeri. Dia senang dan gugup secara bersamaan
"Siapa?" Valeri berusaha menjaga suaranya agar tidak terdengar gugup tapi gagal dia malah terbata
"Kamu tahu putri Jenderal besar Rudolf Brouwer?. Aku menyukainya" Prank. pecah sudah. valeri terkejut bukan main. Dimas menyukai oranglain, hatinya sakit dia selalu ada untuk Dimas dan sudah mencintainya jauh hari saat Dimas belum mengenalnya. Saat dirinya masih menjadi Valeri Britssen. Tapi dia cepat menguasai dirinya dan menata ekspresinya
"Putri Rudolf Brouwer?" Tanya Valeri dia merasa familier dengan nama itu. Tapi siapa?
"Hnn... Elizabeth Brouwer" Valeri Terkejut dia mematung. Elizabeth Brouwer? Dia adalah penyebab kematian dan kehancuran keluarga Dimas. Dan berujung dengan balas dendam seorang Ivanna Van Dijk.
"TIDAK! Jangan... Kumohon jangan Dimas. Jangan menyukai gadis itu carilah gadis lain" Dimas mengernyit heran
"Kenapa memangnya dengan Elizabeth Brouwer? kenapa wajahmu panik begitu?" Dia heran pada sahabatnya
"Aku punya alasan sendiri. Kamu tidak akan mengerti"Seru Valeri
"Apa?. Mengapa kamu begitu Valeri?" Tidak dia harus menghentikan Dimas agar mala petaka tidak datang pada keluarga Dimas Aku harus menghentikan Dimas bagaimanapun caranya. Saat dia masuk kemasa ini dan bertemu Dimas dia sudah bertekad agar anak itu tetap hidup dan tidak mati sia-sia begitu.
"Aku sungguh punya alasan sendiri Dimas" Valeri masih kekeuh
"kamu tidak masuk akal, kita memang bersahabat tapi kamu tidak bisa seenaknya begitu padaku" Dimas tidak terima. Tiba- tiba Valeri berjinjit dan mencium bibir Dimas. Dimas mematung
"Aku menyukaimu" Valeri kemudian berlari menjauhi Dimas. Dimas tidak percaya akan hal ini.
Semenjak kejadian itu mereka tidak saling bicara. Bahkan selama perjalanan pulang suasana begitu hening diantara mereka berdua. Keluarga mereka memang menyadarinya tapi mereka memilih untuk menutup mulut. Mereka menganggap ini hanya pertengkaran anak remaja dan akan segera selesai dalam waktu cepat.
To Be Continued

KAMU SEDANG MEMBACA
Dimas Van Dijk
FantasyDimas Van Dijk adalah seorang remaja keturunan Belanda yang hidup di Indonesia pada masa penjajahan. Seorang yang menjadi alasan balas dendam dari seorang Ivanna Van Dijk, tak begitu banyak cerita yang mengalir tentangnya. Membuatku penasaran tentan...