Micho Dyanan Anggara atau yang biasa di sapa Icho asik tiduran di kasurnya sambil menonton kedua orang yang sedang bermain game ps dikamarnya. Lelaki itu bukan tidak mau bergabung tapi entah kenapa dia sedang ingin malas-malasan hari ini. Icho tipe orang yang kalem dan jarang bicara sama seperti sang pappy walau tidak seketus Geli, tapi tetap saja terlihat dingin. Satu hal yang jarang diketahui orang, walau hampir seluruhnya
"Lo pada percaya gak akan cinta sejati?" tanya Javier pada kedua sahabatnya. Entahlah alasan apa Javier bertanya seperti itu.
Javier sedari kecil selalu bermain dengan mereka bahkah kadang Javier menginap di salah satu rumah keduanya. Tentu saja kedua orang tua dari Icho dan Hasan sendiri tidak pernah merasa diropotkan, mereka sangat baik pada Javier. Bukan tanpa alasan anak lelaki itu menginap pikirannya menganggap percuma dirumah kalau orang tuanya tidak ada dan kalaupun ada mereka hanya akan beradu mulut. Berbeda sekali dengan keluarga sahabat-sahabatnya yang terkesan harmonis. Kadang dia berfikir, kenapa tuhan tidak menakdirkannya menjadi anak mommy Icho atau mamah Hasan? Tapi ya sudah, setidaknya kedua orang tuanya masih ingat dengan Javier dengan cara mengirim uang saku tiap bulannya. Walau yang dia butuhkan adalah seorang sosok bukan fasilitas.
"Menurut gua sih ada, buktinya mamah dan papah seperti itu. Lo semua pada tau kan kisah cinta emak bapak gua." Javier mengangguk lain halnya dengan Icho yang masih diam.
"Kalau menurut Kak Icho gimana, cinta sejati itu ada apa tidak?" tanya Hasan kepadanya. Adik sepupunya sekaligus sahabatnya.
Icho terdiam, "Gak tau. Kata Mommy, kitakan masih kecil gak boleh mikir-mikirin soal cinta."
"Kecil? Hello kita udah SMA kali!" kata Javier.
"Iya, tunggu aja nanti. Kalau saatnya tiba kalian akan tau cinta sejati gua bagaimana," balas Icho santai. Walau seperti itu, pikirannya selalu berputar menanyakan hal tersebut dan mencari jawaban tentang. Apa itu cinta sejati dan bagaimana mendapatkannya?
@@@
4 tahun kemudian...
Tiga orang mahasiwa sedang asik menikmati jajanan mereka di kantin. Orang-orang terdengar membisikan sesuatu tentang mereka, tentu saja ketiganya peka dengan apa yang dibicarakan mereka. apalagi kalau bukan tentang kekerenan serta ketampanan ketiganya.
"Kalian masih ingat tidak soal pertanyaan waktu itu?" tanya salah satunya memecah keheningan.
Keduanya menoleh dan mengerutkan dahi, "Pertanyaan apa?" tanya mereka bersamaan.
"Yaelah kayak lagi padus aja bareng! Itu loh, pertanyaan empat tahun yang lalu," jawabnya santai.
"Eh anying, gua kira pertanyaan yang mana!" kata Javier menyemburkan minumannya.
Ya, ketiga orang itu adalah Icho, Hasan, dan Javier. Sebenarnya Hasan 1 tahun dibawah keduanya begitu juga angkatan sekolah tetapi tetap saja, ketiganya sering bersama walau sempau terpisah selama 1 tahun. Tapi ya, namanya juga udah kayak anjing dan majikannya tentu saja akan setia bersama.
"Inget gak?!" tanya Icho sewot.
"Ya mana gua inget!"
"Emangnya pertanyaan gimana, Kak?"
Icho mengaduk-ngadur minumannya seraya berfikir. Jujur, dia takut ditertawakan oleh keduanya apalagi oppini yang akan dia keluarkan setelah ini.
"Cinta sejati," cicitnya pelan.
Keduanya tentu saja mendengar menatap Icho serius. Icho yang merasa dilihati seperti itu mulai risih.
"Apaan dah, lo berdua liatinnya kayak tukang cabul tau gak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Owh? Hai, Tante!
Romance%Note; ada 21+, Ada humornya, bukan fiksi penggemar %Lanjutan anaknya cerita dari "Om Tetangga!" Micho namanya, baguskan? Lelaki kalem dengan pikiran super aneh. Ya, semenjak dirinya mengklaim bahwa jodohnya akan dicari "lewat remasan maut didada" m...