Beberapa tahun kemudian...
"Kamu pulang jam berapa tadi?" tanya seorang Pria.
Gadis yang sedang menikmati makanannya itu menoleh pada Papahnya. "Biasa Yah, nunggu Gama latihan dulu."
Lelaki yang berada di sebrang gadis itu terdiam, tangannya menggenggam erat sendok di tangannya.
"Arka kenapa?" tanya Arga di sampingnya.
Arka terdiam dan menggeleng. "Aku udah makannya," kata lelaki yang baru memasuki SMP itu lalu melangkah pergi.
Kedua orang tuanya terdiam menatap punggung anak kembarnya yang bisa dikatakan lumayan tegap untuk seumuran anak SMP. Ya, terlihat seperti anak SMA sekali, mungkin ini juga faktor tinggi dari sang Ayah.
Setelah hening beberapa saat, mereka akhirnya kembali melanjutkan makan malam. Tanpa memperdulikan pikirannya yang berkecambuk, gadis itu kembali menikmati makannya. Dia tidak mau berpikiran aneh.
@@@
"Gama, capek," keluhnya.
Gama yang memang juga merasa sedikit lelah ikut istirahat dengan gadis itu. Sebenarnya hal ini menurutnya, tidak terlalu capek. Tapi karena gadis itu merengek mulu, Gama jadi pusing sendiri dan memilih menurut saja.
Lelaki dengan tubuh tegap dan berotot itu duduk di sebelah gadis dengan pakaian olahraga serba kuning. Orang mungkin akan sedikit sakit mata melihatnya, kuning bukan sekedar kuning biasa saja, tapi kuning cerah terang. Bayangkan jika terpantul cahaya matahari. Beruntung dulu Gama sempat melarang gadis di sampingnya ini mengecat warna rambutnya dengan kuning. Kalau tidak, mungkin Gama akan sangat malu sekali dengan keadaanya saat ini.
Gadis itu menyodorkan sebuah botol minuman padanya.
"Minum, kamu haus pasti."
Gama menerimanya, kelebihan gadis ini adalah kebaikannya. Itu yang membuat seorang Gama tidak tega meninggalkannya dalam keadaan apapun. Mereka tidak pacaran, mereka itu sahabatan. Lagipula, mereka ini saudara walau tak seadarah, Gama tetap menganggap gadis penyuka kuning ini saudaranya, adiknya. Sama seperti Gemi, adik kembarnya.
"Thanks," jawab Gama.
@@@
Di sisi lain ada seorang lelaki dengan pakaian olahraga menatap keduanya dari jauh. Dia mengepalkan tangannya marah dan kesal. entahlah, dia sangat tidak menyukai pemandangan di depannya.
"Inget kita saudara, jangan berbuat aneh, Ka!" peringat saudaranya yang ikut diam di sampingnya.
Lelaki itu berdecih. "Cih masa bodo sama itu, dia bukan Kakak kandung gua," balasnya.
"Tapi Ayah dan Bunda menyayanginya, mereka akan kaget jika liat lo gini."
Lelaki itu terdiam.
"Apa salah jika mencintai? Apa salah jika jatuh cinta?"
Saudaranya itu menghela nafas.
"Cinta lo gak salah, tapi orang yang lo cintai yang salah. Ingat, dia kakak kita, walau tidak sedarah tapi dia tetap bagian dari keluarga kita."
"Bagaimana kalau gue merubahnya?"
"Maka siap-siap lu harus bisa melawan takdir, bukan cuman itu lu juga harus bisa melawan kata semua orang."
"Peduli setan sama semua orang."
Saudaranya itu bersiap melangkah pergi untuk melanjutkan olahraganya.
"Setan emang gak pernah peduli. Ya setidaknya ada satu hal lagi, Kakak sendiri mau gak sama lo," katanya lalu pergi.
Lelaki itu terdiam kembali menatap kearah dua orang di bangku sana.
"Tuhan tolong ijinkan aku memiliki yang tak boleh kumiliki," katanya pelan.
@@@
"Aku sedikit khawatir dengan Arka," kata Matcha sambil bersandar di dada bidang suaminya.
"Kenapa dengan anak bandel itu?"
"Isshh... dia anakmu tau, jangan mengatainya!"
"Oke-oke."
Matcha terdiam.
"Kenapa dengan Arka, hm?" Icho menatap manik mata istrinya.
"Arkan dan Tiramisu, mereka..."
"Aku sudah tau, aku sudah menebak sejak mereka kecil."
"Kau tak khwatir atau melarang mereka?"
Icho terdiam. "Sepertinya aku harus pertimbangkan untuk mensekolahkan si kembar keluar negri, atau..."
"Atau?"
"...mungkin menerima kisah mereka," lanjut Icho.
"Jangan bercanda Icho, mereka salah."
"Mereka tak ada hubungan darah, mereka juga tak ada hubungan sepersusuan. Sudah tidak usah memikirkannya lagi, kisah kita sampai disini kini giliran kisah yang lain bergulir, biarkan mereka menjalankan kisah mereka."
"Jadi sedih dengarnya," kata Matcha.
Icho tertawa. "Tenang saja, kalaupun kita sudah tak di sorot lagi, kita masih kebagian job kok di beberapa tempat," katanya mengedipkan matanya nakal.
"Ah, kamu benar, hihihiii... ya sudah lanjut lagi yuk," ajak Matcha.
"Lanjut apa?" tanya Icho sok polos.
"Main monopoli." Matcha menatap Icho menggoda.
"Aaahhhh..." desah Icho.
Istriku mulai nakal ternyata, tapi aku suka. Batin Pria itu.
...............................
Bagus gak ya kalau jadi Arka?? 🤣
Nah ini arga 🤔🤔🤔🤣🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
Owh? Hai, Tante!
Romance%Note; ada 21+, Ada humornya, bukan fiksi penggemar %Lanjutan anaknya cerita dari "Om Tetangga!" Micho namanya, baguskan? Lelaki kalem dengan pikiran super aneh. Ya, semenjak dirinya mengklaim bahwa jodohnya akan dicari "lewat remasan maut didada" m...