Malam itu, suasana sangat sepi sekali. Micho duduk di atas atapnya. Sekedar info, kamarnya Icho ini ada di lantai 2 kan ya, terus kayak ada atapnya gitu di balkon, atap terasnya. Nah, dia itu duduk disitu. Kebiasaannya kalau lagi galau. Tentu saja, menggalau apa lagi kalau bukan Matchanya tercinta.
Icho menghela nafas kesal, dia menjenggut rambutnya sendiri frustasi.
"Aku kangen," katanya pelan.
"Kangen siapa, Bang?" tanya sebuah suara bocah di sampingnya.
"Kangen Matcha," jawabnya masih belum sadar.
Tunggu dah, gua kan sendiri di sini? Kok, ada suara bocah sih? TUNGGU, BOCAH?!!!
Icho menegang dan menoleh kesamping, dia dapat melihat Gema adiknya—yang sama 11/12 anehnya sama dia, menatapnya dengan pandangan polosnya.
"A'a ngagetin aja tau gak!"
Gema terkekeh, "Hehehee... Abang kaget, kayak yang bisa kaget aja."
"A'a kira Abang patung pancoran kaga bisa terkejut heh?!"
"Kalau Abang patung, Abang kaga bisa gerak atuh?"
Sabar!
"Duh, Adik Abang satu ini Guanteng pisan... kenapa kamu bisa ada di sini?"
Gema tersenyum meremeh, "Tentu, Gema mah emang Ganteng, Bang. Aku kesini karena lewat sana."
Dia menunjuk balkon. Ternyata mengikuti jalannya Icho tadi.
"Aduh, lain kali jangan ikut-ikutan ke sini ya. takut jatuh, nanti Abang di marahin Mammy."
Gema mengangguk seakan mengerti, padahal dalam kepalanya dia tidak mengerti apapun yang dikatakan oleh Abangnya itu.
"Bang, A'a boleh hanya?"
"Mau nanya apa?" tanyanya tidak peduli.
"Kapan kuda bertelur," ucapnya.
Icho menoleh.
"Hah?!"
"Bercanda, emang rindu itu berat ya?"
Jleeb... kenapa harus nanya ini sih? Gak tau gue lagi galau merana apa!
"Gak, kamu tau dari mana?"
"Aku merasakannya Kak, rindu itu emang berat. Dia timpa aku, Kak. Aku kan gak kuat."
"Rindu itu gak berat, kamunya aja yang terlalu memikirkan rindu. Jadi kesannya berat."
Gema mengerutkan dahinya. Kok, gitu sih?
"Lah, Bang gimana rindu kaga berat. Dia kan beratnya badannya lima kali lipat dari dede Gemi yang enteng."
Icho menepuk kepalanya refleks. Dia baru engeh, bahwa rindu yang dibicarakan oleh Gema berbeda dengan rindu yang dipikirannya.
Emang dasar, Bocah!
"Kamu sumpa demi apapun, lucu banget sih. Gemesin, saking gemesnya pengen kakak cubit sama cabik-cabik."
Mendengar tuturan sang Kakak tertua Gema sedikit menjauh, menjaga jarak.
"Abang kejam amat. Nanti kehilangan adik paling ganteng dan lucu tau rasa Bang," ucanya sok ganteng.
Icho mendengus, lihat betapa narsisnya anak kecil ini. belum apa-apa aja udah sok kegantengan gimana kalau udah gede nanti. Satu hal yang harusnya di sampaikan pada Icho adalah dirinya tidak tau diri, padahal dia sama narsisnya dengan sang adik.
"Masih ada Gama dan Gemi," jawabnya santai.
"Heleh, si Abang Gama mah gak ada lucu-lucunya nyebelin ada. Kalau Gemi dia emang lucu, tapi gak seganteng aku kan." Gema menaik turunkan halisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Owh? Hai, Tante!
Romance%Note; ada 21+, Ada humornya, bukan fiksi penggemar %Lanjutan anaknya cerita dari "Om Tetangga!" Micho namanya, baguskan? Lelaki kalem dengan pikiran super aneh. Ya, semenjak dirinya mengklaim bahwa jodohnya akan dicari "lewat remasan maut didada" m...