16

2.9K 119 9
                                    

Hasan, Javier, dan Icho kini tengah asik duduk di meja kantin kampus. Ketiganya asik dengan aktivitas masing-masing, jika Javier asik main game diponsel pintarnya maka ada Hasan sedang asik melihat permainan game Javier di ponselnya itu sambil memakan jajanan yang dibelinya.

Berbeda dengan yang disebelahnya Javier, Icho. Lelaki itu asik menatap jejeran saus sambil memakan ciki-cikinya dengan pandangan yang penuh dengan berpikir.

"Lo pada inget gak soal pertanyaan waktu itu?" tanya Icho.

"Hmm?" tanya Javier balik.

"Yang mana Kak?" Hasan ikut bertanya balik.

Icho menghela nafas.

"Soal cinta sejati." Icho menunggu keduanya bereaksi.

Keduanya terdiam dan saling pandang, sampai akhirnya suara teriakan kesal dari Javier keluar.

"Anying gue kalah!!"

"Em-emang Pertanyaan yang mana?" tanya Hasan hati-hati, dia tidak memperdulikan Javier yang masih asik marah, bahkan ponsel malang itu hampir terlempar oleh pemiliknya.

"Yang waktu lo sama Iyer main game dirumah gua, dah lama sih. Entah kenapa gue kepikiran aja."

Javier menghela nafas. "Soal percaya atau enggak cinta sejati? Itu?"

Icho mengangguk semangat.

"Iya, gue dah tau jawabannya!" katanya smengat.

Javier dan Hasan saling pandang, mereka membatin bersamaan, paling soal ngerames tete cewek lagi.

"Apa emang?"

"Gak ada!"

Keduanya melongo, "Hah?"

"Iya jawaban gua, gak ada. Cinta sejati atauapalah itu, menurut gua adalah hal yang gak berguna. Buat apa juga dicari, gak penting, apalagi melakukan hal yang gila."

Seharusnya lo bilang gitu beberapa waktu lalu Cho. Batin Javier.

"Yaelah, gue kan cuman tanya asal. Waktu itu gua lagi ada masalah sama boyok, lo tau sendiri keluarga gue edan semua. Jangan diinget dan anggap serius lah soal itu!"

"Iya gue tau, tapi entah kenapa gue kepikiran aja itu tadi."

Javier mengangguk mengerti. "Jangan kebanyakan berpikir aneh, lo inget lo baru sembuh. Gimana nanti kalau lo sakit lagi dan parahnya lo masuk RSJ, gue gak mau ah jenguknya, emoh!"

"Setan lo nyumpahin gue!"

Icho melempar Javier dengan tisu bekas orang yang ada di meja sejak mereka datang.

"Jijik bego!"

"Biarin biar virusnya nyampe ke elo, dasar bakteri!"

"Ah elo dasar amoba!"

"Lo Protista!"

"Fungi lo!"

Hasan terdiam, pikiran lelaki yang mewarisi setengah kepolosan bapaknya itu berkecambuk. Dia memikirkan apa yang baru saja terjadi, tentu saja tentang pertanyaan bodoh Icho tadi. Hasan termasuk orang yang gak mau ikut campur urusan orang lain dan juga orang yang sedikit gak percaya soal kebetulan aneh-aneh seperti itu.

Demi apapun, Hasan sangat yakin jika kejadian ini setelahnya terjadi seperti apa yang dibayangkannya, pasti, ini sudah dia tebak. Ini benar-benar seperti sebuah permainan takdir, jika seperti itu mereka memang ditakdirkan bersama.

Apapun itu, komohon semoga Kau persatukan mereka.

Senyum kecut tercipta saat pikirannya kembali berkenala kepada kata 'sulit, itu gak mungkin' tapi apapun yang terjadi dia yakin Kakak sepupu sekaligus sahabatnya ini akan mendapatkan yang terbaik. Ya dia yakin!

Owh? Hai, Tante!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang