4

257 54 7
                                    

"Kau yakin tidak ingin dipanggilkan dokter?" Athena menatap kakak perempuannya serius.

Pasalnya, sejak beberapa hari ini Aphrodite selalu mengalami mual. Yang berakhir hanya mengeluarkan cairan bening. Dan anehnya, hanya di pagi hari saja.

Aphrodite menggeleng pelan, "No, I'm okay, babe."

Lalu pandangannya beralih pada Ares yang sedari tadi berdiri di belakang tubuh Athena.

"Kemarilah." Aphrodite menepuk pelan ranjang di sampingnya, "Temani aku tidur sebentar saja."

Melihatnya, Ares hanya mengangkat sebelah alisnya. Sedang Athena menunjukkan wajah tak percayanya.

"Kau berbicara dengan ku?" tanya Ares memastikan.

Aphrodite mengangguk, "Tentu. Siapa lagi jika bukan dirimu." ia menyingkap lebar selimut di sampingnya. "Cepat! Sebelum Jun datang dan memonopoli mu lagi."

Mau tak mau Ares merebahkan tubuhnya di samping sang kembaran. "Lalu, apa lagi?"

Aphrodite beralih pada Athena yang masih terbengong tak percaya, "Mommy dan daddy pergi dalam waktu yang bisa dibilang lama. Kau yang juga akan pergi sepekan kedepan dengan Senna,"

Kemudian pandangannya beralih pada lelaki di sampingnya, "Dan kau Ares, dengan seenaknya mengizinkan Athena pergi begitu saja. Jadi kau yang akan menerima akibatnya!"

Ares mendelik ke arah Aphrodite, "Wait, mereka yang berbuat mengapa aku yang dihukum?!"

Aphrodite merangkum pelan rahang tegas dihadapannya, ia kecup pelan bibir tipis itu. "Karna kau seorang Ares Jhonathan."

Ares mendengus pelan, merasa tidak berdaya di hadapan adik-adiknya "Alasan macam apa itu." gerutu Ares.

Athena yang sedari tadi melihat interaksi kakak kembarnya, hanya tersenyum lebar. Ia begitu bahagia memiliki mereka berdua.

Ares, Dewa Perang-nya. Lelaki yang tidak akan berfikir dua kali untuk menjadikan dirinya perisai untuk melindungi adik-adiknya.

Juga, Aphrodite, Dewi Cantik-nya. Gadis yang bahkan rela dinomor dua kan oleh Ares, hanya untuk melihat Athena bahagia.

"Baiklah, bersenang-senanglah." Athena bangkit dan mengecup pelan kedua pipi Aphrodite. Lalu berlari memutari ranjang besar Aphrodite untuk sampai di hadapan Ares,

"Jangan buat dia marah, atau kau terima akibatnya." dengan gerakan cepat dan lembut, ia mengecup pelan bibir Ares.

"Ah– jaga Jun untuk ku." Ucapnya lagi, dan di angguki oleh kedua kakaknya.

"Ingat, hubungi aku jika kau merasa tidak enak ba–"

"Tidak enak badan, merasa tidak nyaman dengan orang-orang di sekitar ku, dan dalam kondisi darurat." ucap Athena cepat. "C'mon A, kau bahkan mengatakannya setiap hari."

Ares hanya mengangkat bahunya acuh, "Dial nomor satu,"

"Ya~" Athena berteriak malas dan berjalan keluar kamar meninggalkan keduanya.

Sepeninggal Athena, Aphrodite memandang Ares dengan pandangan memohon.

"Apa lagi?" tanya Ares dengan nada yang menunjukkan bahwa ia sedang malas berdebat ataupun berurusan dengan wanita di hadapannya.

"Peluk dan usap rambut ku hingga aku tertidur." ucap Aphrodite polos.

Ares yang mendengarnya hanya memandang tak percaya kembaranya, "Ada yang salah dengan kepala mu?"

BACK TO YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang