1

1.2K 68 15
                                    

Bulu mata lentik itu tertutup rapat. Menyembunyikan kecantikan manik ruby didalamnya. Hingga usapan lembut di pipi penuhnya yang memerah membuat bulu mata itu mulai terbuka.

Dan sajian di hadapannya saat ini adalah salah satu hal yang selalu ia syukuri pada Tuhan.

"Hola, mi Amor."

Gadis itu melenguh kecil, namun bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman indah ketika mendengar sapaan itu.

"Cepat bangun dan pindah sebelum mereka mengetahuinya."

Ringisan muncul di wajahnya saat menyadari hal tersebut. Mau tak mau ia harus segera bangkit sebelum ada yang mengetahui lagi-lagi dirinya menyelinap ke kamar pria ini.

Sebelum benar-benar meninggalkan kamar bernuansa monochrom tersebut, gadis bersurai kecokelatan itu mencuri sebuah kecupan kecil.

"See you A."

Yang justru dibalas dengan kekehan kecil saat melihat tingkah gadis manis itu. Matanya tetap mengunci pergerakan sang gadis hingga pintu kamarnya tertutup rapat memakan banyangnya. Bayang gadis kecilnya.

'Ya, gadis kecilku.' batinnya.

Hingga sebuah suara interupsi dari luar kamarnya membuat tawa kecil muncul begitu saja dari sela bibirnya. Ia menduga pasti wanita itu lagi-lagi memergoki gadis itu lagi.

Ia segera bangkit dan melangkahkan kakinya keluar kamar. Jika dirinya tidak bertindak cepat, gadis tersebut jelas akan terkena masalah.

"Hello, ma Moitie." sapanya ketika melihat seorang wanita yang tengah berkacak pinggang dihadapan gadis manisnya tadi.

Sedang sosok yang disapa hanya memutar jengah bola matanya.

"Jangan memulai pertengkaran di pagi hari, A."

Mendengarnya, justru pria yang disebut A tadi tertawa lebar, "C'mon, Adhite. Aku hanya menyapamu."

Bukan Aphrodite jika tidak marah ketika seorang Ares di hadapannya, "Mengapa Athena keluar dari kamar mu?!" sungut Aphrodite.

Manik bulatnya menatap tajam kepada keduanya, menuntut sebuah penjelasan. Membuat Athena yang sedari tadi terdiam meringis kecil saat menatap wajah wanita itu. Terlebih tatapan tajamnya seakan-akan siap menghunusnya.

Sedang Ares yang juga berada disana hanya berdiri bersedekap menatap Athena. Berlagak seakan ia tengah menikmati pertengkaran kecil itu, beserta raut pasrah gadis kecilnya, Athena-nya.

Melirik pada wajah santai Ares justru semakin membuat batin Athena komat kamit. Ares memang sialan. Mau tak mau ia sendiri bukan yang harus menyelesaikan keributan ini?

"Bisa ku jelaskan Adhite," ucapnya pelan. Jarinya mulai bergerak tak beraturan. Khas Athena saat dilanda kepanikan.

"Dengan senang hati akan ku dengarkan!"

Lagi-lagi Athena meringis kecil saat mendapati kemarahan muncul di wajah cantik sang kakak perempuannya.

Dan Ares yang melihatnya hanya tersenyum senang. Entah mengapa wajah Athena saat ini benar-benar menggemaskan menurutnya.

"Em, sebelumnya aku minta maaf padamu. Jadi sebenarn—"

"Athena semalam tidur dikamarku, –lagi." potong Ares cepat. Wajahnya masih menampakkan raut yang teramat tenang. Seakan kata yang baru saja meluncur dari bibirnya bukan merupakan perkara yang besar.

BACK TO YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang