22

174 52 15
                                    

Penyerangan brutal itu memakan korban jiwa. Para penjaga mansion besar bergaya victoria tersebut banyak yang merenggang nyawa. Tak sedikit dari mereka selamat dengan luka yang cukup serius.

Seorang pria tampan dengan kemeja putih yang telah berganti warna menjadi kemerahan akibat serangan tersebut, terlihat mencoba berdiri untuk menemukan sisa harapannya.

Istri dan putra sulungnya masih berada dalam mansion besar itu. Sedang ia tak tahu apakah di dalam sana terdapat penjagaan atau tidak.

Kakinya melangkah terseok menaiki setiap anak tangga. Tangan kanannya menggenggam sebuah laras pendek, dengan tangan kiri yang berusaha kuat menopang tubuhnya.

Bahu kanannya bersarang tiga anak peluru sekaligus. Namun ia harus tetap berusaha mencapai atas untuk menemukan keluarganya.

"Mr. Randal?"

Merasa namanya diserukan oleh seseorang, ia berhenti dan menoleh kebelakang. Ia menemukan pria kepercayaannya di sana.

"Jack. Apakah telah kondusif?"

Pria yang dipanggil Jack itu segera menaiki tangga untuk membantu sang Tuan untuk meneruskan jalannya. Ia menyangga sebelah tangan sang Tuan yang tidak terkena peluru.

"Tentu. Situasi telah kondusif."

Jack melihat sang Tuan mengangguk faham, "Laporkan pada ku setelah kau membereskan kekacauan ini."

Setelah keduanya sampai di atas, pria tersebut mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru. Banyak anak buahnya yang tewas tertembak akibat insiden penyerangan ini. Dan hal tersebut semakin membuat jantungnya berpacu lebih cepat. Bagaimana kondisi istri dan putra sulungnya?

Tak menunggu lama, dengan tetap dibantu oleh Jack, ia segera melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Ia yakin jika istri dan anaknya tengah meringkuk ketakutan akibat insiden ini.

Ketika pintu kamar tersebut terbuka, ia tak menemukan sosok yang ia cari di dalamnya. Hatinya semakin kacau akibat hal ini. Namun sekuat tenaga ia masih mencoba mengais keyakinannya untuk mereka.

"Jack, cari mereka sekarang juga!"

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Jack berjalan mundur dan membungkukkan badannya –sebagai tanda penghormatan– sebelum benar-benar pergi untuk menjalankan perintah sang Tuan.

Pria berwajah tegas tersebut berjalan tertatih menuju ranjang besar yang terlihat berantakan.

Tatapannya berubah menjadi sendu ketika matanya menangkap beberapa bercak darah pada bedcover kesayangan sang istri.

"Kau dimana, honey?"

Ia bangun untuk mencari kesekeliling kamarnya. Bibirnya berulangkali menyerukan nama sang istri, berharap akan mendapat feedback.

Ketika kakinya berjalan menelusuri walk-in closet deretan miliknya, ia menemukan sebuah kertas yang tampak sengaja diperlihatkan di saku jas kesayangannya.

Tubuhnya menegang ketika ia mendapati tulisan yang ia kenal di sana.

———————————————————
Dear My love,

Randal, jangan salahkan siapapun akan hal ini. Jangan mencoba untuk membalas apapun setelah ini. Aku telah berulangkali mengatakan, dendam ini tidak akan usai jika kau tak mengakhirinya. Cobalah untuk mengerti akan takdir yang telah Tuhan gariskan.

Aku tidak meninggalkan mu, sayang. Aku pergi sebentar agar kau bisa memikirkan ulang semuanya. Jangan mencariku, karena aku yang akan kembali padamu. Maaf aku membawa Alec bersama ku. Aku hanya tidak menginginkan kau menjadikannya seperti mu.

BACK TO YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang