🍒2

75 11 0
                                    

   ●●●

Setelah seminggu lalu bertemu dengan sosok Zadath di lapangan, kuping Alesha rasanya ingin copot sekali. Karena topik yang teman temannya ceritakan itu hanya tentang Zadath, Zadath dan Zadath.Di tambah lagi seantero sekolah sepertinya sudah mengenal sosok cowok tinggi itu, walaupun dengar-dengar Zadath juga adalah anggota Laskar yang notabenenya semua anggotanya adalah kumpulan para pangeran, tetapi tetap tidak membuat seorang Alesha ingin bergerak ke hati lain selain Edgar, angkuh memang. Tetapi mau gimana lagi kalau hati lebih memilih orang yang sudah jelas-jelas menyakitinya selama ini, mau menantang dengan logika pun susah kalau memang sudah sayang.

Kini sosok mungil itu sedang duduk di bangku panjang lapangan, tepatnya di bawah pohon cemara yang rindang. Netra indah miliknya tidak lepas dari pandangan cowok yang akhir-akhir ini namanya begitu familiar untuk  di dengar olehnya.

Di hari kamis ini adalah pelajaran olahraga kelasnya dan kelas Zadath, kebetulan dua hari lalu pak Addan sudah bisa mengajar lagi, jadi kemungkinan kelas Alesha sudah dapat berolahraga kembali di lapangan. Praktek, bukan teori lagi seperti beberapa minggu lalu di karenakan pak addan belum juga pulih.

"Ayo lembar basketnya!"
"Oper-oper!"
"Argh gimana sih lo!"

Lapangan ramai dengan para pria yang sedang tanding basket, sedangkan para wanita mereka menyibukan waktu untuk menyemangati kelas nya masing masing. Kebetulan di hari kamis ini kelas 12.Mipa2 dan 12.Bahasa3 sama-sama jam pelajaran olahraga dengan guru yang berbeda, di karenakan pak fahrul menyuruh kedua kelas itu bertanding basket, keadaan lapangan sebesar ini sudah sampai mengalahkan tribun di Stadion dengan teriakan teriakan yang di keluarkan oleh para wanita itu menggema di seantero lapangan.

"Ayo semangat ipa2!" seru cewek-cewek anak Mipa2 dengan histeris,

"Semangat Zadath, ayoo pasti ipa2 bisaa menang!" teriakan yang tak mau kalah kencang dari anak cewek bahasa3

"Apaan sih si cabe, teriak kaya gitu gak malu apa! Belum aja gue jambak tuh usus nya!" kesal Zalfa dengan wajah seperti ingin membunuh mangsanya sekarang juga.

"Biarin aja sih Zal, mereka ini kok jadi lo yang sewot sih. Ohh gue tau nih karna si Zadath ya?" ucap Alesha membuat Zalfa tertawa kencang.

Lucy yang terganggu dengan suara tawa Zalfa, kini menoleh ke samping memandang Zalfa dan Alesha dengan sinis.

"Diem sat lagi seru nih. Lo gak usah ketawa ketiwi gitu deh. Ganggu aja lo!"  teriak nya. Ia sedang asik nonton basket di lapangan, tapi terganggu karna Alesha dan Zalfa tertawa.

"Yeu sewot aja lo!" ucap Alesha sinis kepada Lucy sebelum ia pergi meninggalkan lapangan

Zalfa membalas tatapan tajam Lucy "Lo sih Cy ah ngambek kan dia jadinya!" Zalfa membentak Lucy dengan tatapan sinis.

Alesha bukan ngambek karena Lucy sebenarnya, tetapi ia teringat sesuatu. Karena dirinya adalah wakil sekretaris, membuatnya harus rela-rela pergi ke kelas sekarang juga untuk mencari absensi yang nantinya akan di berikan kepada pak addan untuk di isi setelah pelajaran olahraga selesai.

○○○

Sekarang Alesha sendiri di kelas. Ia sibuk mencari absensi, padahal sudah ia cari sejak sebelum bell masuk pelajaran pertama,tetapi tetap saja tidak ada di kelas absensinya.ia sudah memeriksa meja guru, lemari, kolong meja siswa, bahkan di dalam tas Alesha sendiri pun sama sekali tidak ada.

Thursday SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang