🍒11

4 4 0
                                    

●●●

Ke esokan harinya, seperti biasanya parkiran di SMAN Onefee ramai seperti pasar. Semua orang berlalu lalang dengan memoles senyuman andalannya masing- masing, memulai harinya dengan sebuah kebahagiaan.

Di gerbang sekolah terdapat anggota Laskar yang sedang duduk-duduk menggunakan bangku dari kelasnya yang sengaja mereka bawa ke teras pos satpam deket gerbang untuk nongkrong sambil tertawa ria melihat orang-orang yang baru datang ke sekolah satu persatu. Dengan sedikit usil kepada para cewek yang lewat, alhasil cewek-cewek yang lewat itu baper sendiri.

SMA negeri satu ferdinant ini memang mempunyai dua satpam sekaligus. Yang pertama namanya Pak Hardi yang usianya kini menginjak 54 tahun, beliau sudah mengabdi di sekolah ini sekitar 25 tahun atau bisa di sebut beliau satpam senior di sini. Sedangkan satu lagi bernama Pak Dadang, beliau berumur 35 tahun. Satpam baru di sekolah ini dan menurut seluruh murid Onefee Pak Dadang ini adalah bencana terbesar kedua setelah guru killer,  sampai-sampai mereka punya nama panggilan tersendiri untuknya.

"Heh kalian, Sana-sana cepat kembali ke kelas masing-masing. Bentar lagi bell masuk, jangan nongkrong di sini! Ini pos satpam bukan tongkrongan kalian apalagi pagi-pagi gini kalian sudah bikin keributan di sini, ketawa-ketiwi tidak jelas!mengganggu suasana saja kalian ini, SEKALI LAGI MASUK KELAS ATAU SAYA BILANG KE KEPSEK!" oceh Pak Dadang, tampaknya ia muncul dari arah dalam sekolah.

Awalnya mereka tidak ada yang mau mendengarkan ocehan pak Dadang ini, tapi karena mulut bebeknya ngoceh terus terjadilah perang bacot dengan mereka.

"Pak, sekali aja Pak, jangan bikin esmosi saya pagi-pagi." celetuk Ferdy pada Pak Dadang.

"Kalian ke kelas, SEKARANG JUGA! Saya gak mau tau!" bentak pak Dadang tak mau kalah.

"Pak, ini kan masih Pensi. Bebas dong mau di luar kelas saat bell masuk juga? Kan acaranya juga pameran bukan KBM!" ujar Firzi emosi.

"Sekarang masuk cepat atau Bapak panggilin kepsek." ujar Pak Dadang keukeuh.

"GAK POKOKNYA, KITA UDAH BETAH DUDUK DI SINI!"ucap mereka serempak membuat pak Dadang melotot tajam.

"Kalian kalau saya bi-"

Sebelum Pak Dadang melanjutkan bicaranya, Pak Hardi menepuk bahu kanannya dengan pelan,

"Pak Dadang, gak masalah kok anak-anak ada di sini. Toh hari ini bukan KBM juga, biarkan saja. Kalau Bapak kaya gitu anak- anak malah makin bandel. Tau sendiri pak, anak muda zaman sekarang kalau makin di kekang malah makin bandel dan berani sama kita, yang jadi kita yang sudah tua memang tidak boleh memanjakan dan harus tetap menegurnya.tetapi kali ini mereka tidak salah, jadi biarkan saja." Pak Hardi menasehatinya, sampai akhirnya Pak Dadang mengangguk mengerti.

"Buldog buldong!"celetuk Evan sambil geleng-geleng kepalanya, ia tak habis fikir.

"Parah lo Van, untung udah pergi orangnya ke sana!" ucap Firzi dengan nada ingin tertawa.

Memang seluruh murid di sini memanggilnya dengan sebutan Buldog, tanpa sepengetahuan orangnya alias Pak Dadang sendiri.

"Udah-udah eh, jarulid wae nya." ujar Alka sok-soan ngomong bahasa sunda.

Setelah itu mereka tertawa lagi sampai saat Zadath sedang menyimak obrolan teman-temannya dengan sedikit ketawa karena Evan lagi-lagi mereceh, tiba-tiba saja netra terang cowok itu langsung saja melihat ke arah seorang cewek imut dengan make up tipis yang ia poles seperti biasanya lewat melewati mereka. Sepertinya Alesha baru saja datang di jam yang bisa di bilang jam-jamnya murid kesiangan dan buronan Pak Dadang datang.

"Gila si Alesha makin cakep aja ya," ujar Firzi membuat semuanya menoleh ke arah Alesha. Sedangkan Alesha sendiri tidak tahu bahwa dirinya sedang di pandang oleh laskar, saking takutnya kesiangan.

Thursday SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang