Ali menatap punggung istrinya yang tertidur membelakangi dirinya. Enatah mengapa akhir akhir ini Hulya sangat sensitif dan selalu menghindari kontak mata atau berbicara dengan Ali. Dia seperti menyembunyikan sesuatu.
"3 hari lagi aku berangkat ke Jakarta dek" ucap Ali
Ali tahu Hulya belum tertidur, karna biasanya istrinya itu akan memainkan ponselnya sebentar dan setelah puas dia akan tertidur.
"Maafin mas tidak bisa mengajak kamu untuk pergi kesana. Aku hanya ingin kamu disini bersama orangtuaku dan santri lain nya disini. Kamu bisa mencari ilmu disini bersama sama dengan mereka. Aku akan mengunjungimu sesekali.." jelas Ali
Hulya terisak, entah mengapa kepergian Ali menyakitkan untuknya. Dia hanyalah pengantin yang pernikahnya baru seumur jagung dan harus ditinggal oleh suaminya merantau.
Mendengar suara isakan tangis, hati Ali semakin tak tega membiarkan Hulya disini. Ingin sekali dia mengajak Hulya bersamanya ke Jakarta. Tapi menginggat dia akan sibuk akhir akhir ini dan mungkin akan bulak balik luar kota bahkan luar negri. Tak ada waktu luang untuk Hulya dan pastinya wanita itu akan kesipian. Lagi pula Ali juga ingin Hulya belajar agama disini dengan yang lain nya.
Ali memeluk Hulya dari belakang berharap pelukan nya itu dapat mengurangi tangisan nya. Bukannya mereda, Hulya semakin menambah oktaf suara menangisnya.
Tiba tiba saja Hulya bangkit dan terduduk diatas kasur di ikuti dengan Ali. Mereka menyalakan lampu dan wajahnya saling bertatapan. Ali melihat jejak air mata di pipi Hulya.
"Mas kamu ingat apa yang kamu katakan padaku ketika aku memutuskan untuk pindah kesini?" Tanya Hulya yang sudah mulai tenang
Ali tak menjawab dia termenung dan setelah itu mendesah kecewa.
"Kamu bilang akan menjagaku ketika aku berada disini. Tapi nyatanya, kamu akan pergi meninggalkan kota ini. Lalu bagaimana cara kamu untuk menjagaku?" Tanya Hulya yang sedikit emosi
Ali menggengam tangan Hulya lalu mengecup punggung tangan itu.
"Aku tetap akan menjagamu Hulya, lewat do'a. Aku berdo'a padanya untuk menjagamu untukku" jawab Ali
Hulya menghempaskan tangan Ali dia mengedarkan pandangan nya. Hatinya begitu sakit menginggat kepergian Ali yang sangat lama...
"Kembalikan aku pada orangtuaku" ucap Hulya
"Maksud kamu? Kenapa kamu berkata seperti itu? Apa karna masalah aku akan meninggalkanmu untuk waktu waktu yang lama? Demi Allah Hulya, ini hanya sementara aku pergi bukan untuk selamanya " ucap Ali yang mulai terpancing emosi tapi dia masih mengontrol oktaf suaranya
Hulya kembali meneteskan air matanya, Ali semakin menjadi ketika melihat Hulya menangis.
"Kenapa kamu jadi marah?" Tanya Hulya
"Dek aku--"
Hulya segera merebahkan dirinya lagi dan memunggungi Ali. Tidak habis pokir Ali yang marah padanya.
***
Siang itu Hulya sedang berjalan diarea pesantren. Umi Fatimah bilang bahwa hari ini akan ada kajian. Dan oleh karna itu Hulya harus datang, dan setelah sholat zuhur mereka semua berkumpul di masjid.
Ketika Hulya sedang berjalan, dia melihat Chika yang sedang berjalan dengan baju punk nya.
"Chika" seru Hulya dari jauh
Merasa namanya dipanggil, Chika menoleh kesumber suara dan melihat Hulya yang sedang berjalan kearahnya. Chika terpekik kaget, dia belum siap untuk bertenmu dengan Hulya. Apalagi kejadian memalukan yang dia alami
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Uhhibukka Fillah, Istriku [TAMAT] ✔
SpiritualWARNING!!!⚠⚠🔞 PRIVAT ACAK!!! Baca cerita ini selagi masih ongoing, tetap kasih Vote dan Komen nya. Jika sudah End akan dihapus!!! Banyak mengandung bahasa kasar dan banyak umpatan,, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh... This is my story...