Bab 17 : Bersedih

6.1K 243 5
                                    

BISMILAHIRAHMANIROHIM

وَلَا تَهِنُوْا وَ لَا تَحْزَنُوْا وَاَ نْتُمُ الْاَعْلَوْنَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
wa laa tahinuu wa laa tahzanuu wa antumul-a'launa ing kuntum mu'miniin

"Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang yang beriman."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 139)

🐇🐇🐇

Ali kebingungan pasalnya Hulya belum mau berbicara dengan nya sedari tadi. Bahkan Hulya tak menemani Ali makan, dia hanya sibuk dengan buku yang dibacanya. Dan ketika ditanya jawaban nya 'hmm, ya, ga tau, terserah'

Memang siapa yang tak marah ataupun kesal jika suami mu kerja merantau tapi untuk pulang sebulan sekali saja tak sempat? Hulya merasakan hal itu, ya kali dia harus jadi wanita berstatus istri tapi suami hilang bak di telan bumi.

Ketika Ashar menjelang, Hulya mandi dan bersiap siap sholat berjama'ah Ashar di masjid dengan santriah yang lain. Dia sedang menggandeng mukena dan sejadah nya dengan wajah yang masem banget.

Syifa melihat Hulya berjalan sesekali menghentakan kecil kakinya dengan wajah masam. Dia fikir, mungkin Hulya sedang ada masalah. Lalu dia mendekati gadis itu..

"Assalamu'alaikum ukhti" salam Syifa

"Wa'alaikumsalam" jawab Hulya

"Setelah sholat Ashar, seperti biasa kita ngaji ya ukhti"

"Iya"

"Besok ada kajian dari Ustadz Malik, kamu mau ikut kan?"

"Boleh"

Jawaban dari Hulya sangat singkat, tak seperti biasanya yang selalu bertanya dan banyak berceloteh.

Mereka masuk kedalam masjid dan langsung menunaikan ibadah sholat Ashar.

***

Hulya sedang berada di asrama putri, lebih tepatnya di kamar Syifa dengan santriwati yang lain nya. Dia duduk dengan Syifa di bawah beralaskan karpet.

Mereka mulai mengaji, semakin hari Hulya semakin lancar membaca Al Qur'an, dan insya Allah tajwid nya Hulya bisa.

"Sadaqallahul adzim" ucap mereka

Setelah membaca Al Qur'an tadi mereka terdiam sejenak. Dan Syifa menutup Al Qur'an nya dan menaruh nya kembali di atas meja.

"Ukhti, saya mau keluar sebentar yah" ucap Syifa

"Iya, aku tunggu disini dulu" jawab Hulya

Lalu Syifa keluar kamar, tinggalah Hulya sendiri disana. Santriwati yang lain sedang mengaji di kelas atau didalam masjid. Hulya mengedarkan pandangan nya. Dia berdiri dan melihat lihat meja belajar Syifa.

Rata rata terdiri kita, buku fiqih, Al Qur'an dan masih banyak lagi. Syifa bukan pelajar lagi, dia sudah lulus dan nyantri disini. Dia hanya pesantren disini dan memperdalam ilmu agamanya.

Hulya yang tipikal orang penasaran, dia mengorek kecil tempatnya, dan sesekali melihat barang kecil milik Syifa. Dia melihat buku Novel Islami, Hulya tertarik untuk melihatnya. Lalu dia buka secara cepat. Membaca sinopsis novel tersebut..

Ketika dia membuka halaman pertama novel tersebut... Hulya mati kata, karna coretan tinta itu seakan membakar hatinya.

Tak mau berlama lama melihatnya segera dia tutup bukunya dan dikembalikan ketempat semula. Hulya segera mengambil perlengkapan Sholatnya tadi dan segera keluar dari kamar tersebut.

Syifa melihat Hulya jalan terburu buru, bahkan saat melewati dirinya saja Hulya tak berkata apapun hanya wajah datar sembari memeluk mukenanya.

Dia bertanya tanya ada apa dengan Hulya?

Sedangkan disisi lain, Ali melihat Hulya berjalan dengan air mata yang sudah mengenang dipelupuk matanya. Gadis itu sepertinya masih menggingat masalah tadi siang.

Ali ingin bertanya pada Hulya, tapi takut para santri atau santriwati salah paham dengan nya. Menggingat pernikahan Ali dan Hulya diadakan di Jakarta dan secara tertutup. Membuat para santriah tidak yang tahu pernikahan Ali dan sebagian pihak pesantren tidak tahu rupa sang istri Ali.

Ketika Hulya sampai dirumah, dia segera kekamar dan duduk ditepi ranjang nya. Dia mencoba meredakan amarah dan juga tangisan nya yang belum keluar.

Ceklek

Pintu kamar terbuka dan disana Ali berdiri didepan pintu dengan wajah khawatir. Dia masuk kedalam kamar dan menutup pintu kembali. Dia mendekat kearah Hulya dan duduk disampingnya.

Ali menggengam tangan Hulya dan mencoba berbicara baik baik ada apa dengannya.

"Kenapa? Cerita sama mas"

Hulya menghempaskan tangan Ali dia mencoba untuk tidak berhadapan dengan pria itu.

"Maafin aku kalau aku punya salah sama kamu dek" ucap Ali

Hulya memutar bola matanya malas, kesalahan pria ini tidak pantas untuk dimaafkan.

"Lihat aku dek"

Ali memegang lengan Hulya supaya tubuhnya berhadapan dengan nya. Tapi Hulya bergitu keras bahkan menyetakan tangan Ali dari lengan nya.

"Jauh jauh deh dari gue, bersik tau gak. Gue mau tidur, ngantuk!" Ucap Hulya judes

Kembali lagi dia menjadi Hulya dahulu, beginilah. Jika wanita itu marah pasti akan muncul kata kasarnya...

Hulya merebahkan tubuhnya dan membelakangi Ali. Sedangkan sang suami hanya menghela nafas dan memperbaiki letak selimut Hulya setelah itu keluar dari kamar mereka.

Sebenarnya Hulya tak benar benar tidur dia hanya memejamkan matanya saja, dan menunggu Ali keluar dan membiarkan nya menyendiri dulu. Hari ini dia benar benar dibuat emosi....

Belum masalah Ali yang akan kerja merantau ke Jakarta, dan kemungkinan tidak akan mengunjunginya. Siapa sih seorang istri yang mau seperti ini.. bisa bisa Ali nikah lagi jika Hulya memperbolehkan Ali ke Jakarta tanpa dirinya.

Hulya melihat jam di dinding kamarnya menunjukan pukul 17.48 sebentar lagi adzan magrib. Segera Hulya bangkit dari ranjang dan kekamar mandi untuk mengambil air wudhu.

Selesai Wudhu Hulya menggelar sejadah, dia memutuskan untuk sholat di kamarnya saja. Biasnya magrib begini ramai santri keluar selesai mengaji dan besrsiap untuk sholat magrib.

***

Selesai Ali mengajar para santri dia segera pulang kerumah. Hari sudah menunjukan pukul 10.00 biasanya dia memang selesai mengajar jam segini.

Ketika dia masuk kedalam rumah, sudah sepi umi dan abinya pun sudah tertidur. Ali berjalan kekamarnya dan mendapati Hulya yang sedang bersender di kepala ranjang dengan ponsel yang berada ditangan nya.

Ali melepas baju koko nya dan menggantinya dengan kaos biasa. Lalu dia merebahkan dirinya disamping Hulya.

Sedangkan wanita itu tak sedikitpun menoleh kearah suaminya. Dia tak berbicara apapun dan hanya fokus dengan ponselnya.

"Sampai kapan kamu mau mengabaikan ku dek?" Tanya Ali

Hulya tak mengubris pertanyaan Ali dia masih saja pura pura sok sibuk dengan ponselnya, tapi pikiran nya sudah melayang tentang kejadian siang.

"Kamu marah saya tinggal kerja untuk waktu yang lama?" Tanya Ali

Hulya mendenggus pelan

"Jawab saya dek. Apa kamu--" ucapanya terpotong

"Kalau mau kerja yaudah sana. Siapa yang ngelarang.." jawab Hulya ketus

"Dek dengarkan aku dulu... bukan nya aku tak ingin membawa mu pergi bersamaku. Tapi aku ingin kamu belajar untuk mencari ilmu disini" jelas Ali

"Ya ya terserah" jawab Hulya cuek bebek

TBC

Ana Uhhibukka Fillah, Istriku [TAMAT] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang