Dibukanya gorden yang langsung mendapatkan pancaran sinar matahari, pagi ini matahari benar-benar bersinar sangat terik. Kemudian taehyung mulai memakai jas—nya, setelah itu berjalan menghampiri yoona yang sepertinya baru saja bangun dari tidurnya. Semalam taehyung yang tidur disini, sedangkan ibunya pulang kerumah karena ayahnya akan segera pulang.
"Kau sudah bangun?" Jelas-jelas itu adalah pertanyaan yang sudah ada jawabannya, namun taehyung hanya basa–basi mencairkan suasana karena kemarin–kemarin ia selalu marah dengan yoona. Mengingat saat ia membentak yoona, entah mengapa taehyung merasa bersalah. Dan memikirkan bagaimana jika yoora sampai tahu, atau sebenarnya yoora melihat apa yang dilakukannya pada yoona. Siapa tahu saja, bukankah orang–orang selalu percaya bahwa sebenarnya orang yang koma bisa melihat kegiatan sehari–hari kita.
Dengan mata masih setengah tertutup, yoona mengangguk. Menguap kembali sembari mengucek matanya. Setelah merasa nyawanya sudah terkumpul kembali, barulah yoona dapat dengan jelas melihat sang ayah yang saat ini sedang menyiapkan makan untuk sarapan yoona. "dimana ibu?" ia baru menyadari ternyata dikamar ini hanya ada dirinya dan sang ayah.
Pergerakan lengan taehyung terhenti, menghela nafas ketika lagi–lagi yoora membahas gadis itu. Taehyung berdiri dihadapan yoona. "kau sungguh ingin bertemu ibumu?" Tanyanya, dan berniat akan menemukan yoona dengan ibu sebenarnya.
Yoona mengangguk dengan polosnya, berharap sang ayah akan benar-benar menemukannya dengan hana. "Semalam ibu berjanji akan tetap disini, ayah." Kemudian ia mempoutkan bibirnya, merasa kesal karena sang ibu membohonginya.
Taehyung menggendong yoona dengan gerakan tiba-tiba, membuat yoona melebarkan kedua matanya. "Ayah akan membawaku pada ibu." Dengan perlahan taehyung berjalan sembari mendorong tiang infus yoona, membawa yoona keluar dari dalam ruangan untuk menuju kearah kamar yoora istrinya.
Memang rumah sakit yoona dirawat sama dengan rumah sakit yoora, karena rumah sakit besar terdekat hanyalah rumah sakit milik kakak iparnya ini. Setelah berada didepan ruangan yoora, taehyung berhenti sejenak. Berpikir apakah menunjukkan yoora kepada yoona salah atau tidak, karena ia takut jika yoona mengetahui penyebab ibunya seperti saat ini—koma karena taehyung pasti yoona akan membencinya. Walaupun ibu yoora sudah berkali–kali menjelaskan pada taehyung, bahwa yoona tidak akan mengerti.
Melihat sang ayah terdiam didepan ruangan yang yoona sendiri tidak tahu siapa didalamnya. "Ayah!" Serunya dan sang ayah langsung tersadar dari lamunannya.
"Kenapa?" Tanya taehyung khawatir yoona mengalami kesakitan atau terjadi sesuatu, karena sedari tadi ia malah melamun.
"Kenapa diam? Dan dimana ibu? Ayah bilang akan menemukan—ku dengannya." Ujar yoona menoleh kekanan dan kekiri berniat mencari keberadaan ibunya.
Taehyung menghela nafas, setelah itu ia mengusap pipi yoona agar anak gadisnya tersebut mau menatapnya. "Berjanji kepada ayah, setelah ini jangan membenci ayah." Jari kelingking taehyung terangkat didepan wajah yoona, menunggu dengan setia sang anak mengikat jari kelingkingnya juga.
"Membenci? Untuk apa aku berjanji tentang itu." Bahkan saat ini yoona tidak mengerti mengapa sang ayah tiba–tiba berkata seperti itu, jelas–jelas ayahnya pasti sudah tahu bahwa sebenarnya ia sudah membencinya sejak hari dimana ia dimarahi dan dibentak.
Taehyung menggerakkan jari kelingkingnya, kemudian ber–aegyo membuat yoona terkekeh. "Ahh, cepat ikat jari kelingkingku dengan cari kelingkingmu. Berjanjilah pada ayahmu yang tampan ini." Pertama kalinya taehyung melihat yoona yang tertawa karenanya, sungguh membuat hatinya menghangat.
Yoona segera mengikat jari kelingkingnya, seolah–olah ia benar–benar berjanji bahwa ia tidak akan membenci sang ayah. "Janji!" Ucapnya masih dengan terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny 운명 || Kth
Fiksi Penggemarkim Taehyung seorang ceo perusahaan terkenal di Korea. ia sudah memiliki seorang istri dan anak, namun nasib sial menimpa selama 5 tahun terakhir ini. istrinya mengalami koma selama 5 tahun, terbaring lemah karna sebuah kecelakaan parah yang menimpa...