"Kenapa kau tak pernah berhenti mengecewakanku, hah?"
Itulah sambutan pertama yang gadis itu dengar sejak ia memasuki ruangan ini. Sekarang ia berdiri di depan meja yang menampilkan data dirinya sebagai pegawai Anders Tech. di layar hologram, dan Prof. Nanta yang duduk membelakangi meja itu.
Kenapa tak sekalian saja kau katakan lewat telepon jika memang tak mau melihat wajahku? Benaknya.
"Kau berkunjung karena tengah berlibur? Hah!" Ia mendengus tak percaya. Prof. Nanta membalikan kursinya, membuat Raline yang tadi menatap belakang kepala ayahnya itu menundukkan kepala untuk menutupi tatapan matanya yang bergetar.
"Kau membohongiku selama tiga tahun!" Ayahnya mulai meninggikan suara.
"Jika tak bisa seperti kakakmu, seharusnya kau tak melakukan apapun, tapi apa? Proyek Megavol Nanobot?" Prof. Nanta tertawa, seolah ia baru mendengar cerita terlucu di dunia. Tapi untuk Raline, ayahnya semakin terlihat menakutkan.
"Aku menghubungi Ellano dan dia berkata kau tak pernah terlibat dalam proyek ini. Apa yang ada di kepalamu, hah?! Kebohongan apa lagi yang kau rencanakan?!"
Hatinya semakin menciut, dan kepalanya semakin menyatu ke dada. Ia berharap bisa menghilang dari tempat ini, dan jauh lebih baik jika ia bisa menghilang dari muka bumi. Ayahnya selalu berhasil membuat gadis yang percaya diri ini memikirkan hal-hal seperti itu.
"Delvin sekarang tengah menghilang dan kemungkinan besar dialah yang menculik rakyat miskin dari jalan. Apakah kau bekerja dengannya?! Kau membantunya menjalankan rencana busuknya, kan?!" Suara ayahnya semakin meninggi, membuat Raline memejamkan matanya.
Prof. Nanta menyangga tubuh dengan kedua kepalannya di atas meja, ia menundukkan kepala, mencoba mengatur nafasnya yang tersengal, "Bagaimana bisa aku memiliki anak sepertimu?"
Raline menatap nanar ke arah lantai. Ia harap dapat membela diri saat ini, tapi ia tak berada dalam posisi di mana ia pantas membantah. Belum genap seminggu ia mengunjungi kantor ayahnya dan berkata bahwa dia baru pulang dari Cambridge karna libur musim panas. Ayahnya benar. Betapa ia tak punya malu karena mengatakan kebohongan seperti itu. Semuanya benar. Ia tahu dia salah, tapi ...
"Haruskah kau mengatakan kalimat itu di depanku?" kalimat itu mengalir begitu saja dari bibirnya mengiringi hatinya yang terluka.
Brak!
Prof. Nanta memukul meja di hadapannya dengan keras, membuat gadis itu terpejam dan airmata yang tertahan di kelopak matanya jatuh bebas ke lantai.
"Oleh karena itu ... kenapa kau mengecewakanku?" Ucapnya dengan suara tertahan.
Raline memberanikan diri mengangkat kepala dan menatap ayahnya intens, "'Apa yang aku lakukan', 'Apakah benar aku melakukannya', 'Kenapa aku melakukannya' Tak bisakah kau membiarkanku menjelaskan? Ayah selalu begitu, selalu menjatuhkanku dan tak pernah mencoba memahamiku."
Ketakutan di hatinya mulai menghilang, dan jiwanya yang terluka digantikan dengan amarah, "Benar, aku bekerja untuk Delvin dan bukan untuk Prof. Ellano, aku akui itu. Tapi ..." Kalimatnya tercekat ditenggorokan, ia menelan ludahnya, dengan tangan terkepal erat, ia melanjutkan kalimatnya.
" ... Aku juga tidak tahu bahwa itu proyek yang berbeda dengan proyek yang kudengar di tv, mereka berada di perusahaan yang sama, sehingga aku mengira itu proyek yang sama. Aku terlibat proyek itu dari awal, dan baru tahu bahwa aku bekerja untuk rencana busuk yang Delvin buat." Ia mencoba membaca ekpresi ayahnya, yang hanya diam dengan ekspresi mengeras. Airmatanya terjatuh lagi tak ketara, tapi bukan karena ketakutan melainkan kekecewaan. Tatapan itu, kau tak percaya padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darlene - Bumi Dan Helora
FantasyCurrent Fav Quotes : "Di hadapan cinta yang berlalu cepat seperti angin, aku mengubur harapan untuk mendekap cintanya. Sehingga ia tak perlu tahu, bahwa selamat tinggal ini berarti ... aku mencintainya." ●●●●●● Ini adalah...