Darlene - 2. Ledakan (2)

246 17 1
                                    

Pulang.. Tidak pulang.. Pulang.. Tidak pulang

Elena duduk di kursi panjang taman bermain di depan sekolahnya sembari berpikir apakah ia harus pulang sekarang atau tidak. Ayahnya tak akan berada di rumah jam segini, dan ia sangat tidak menyukai perasaan sepi dan sunyi dari rumah yang tak ada yang menyambutnya itu.

Ia mengangkat kepalanya dan melihat anak-anak lainnya dijemput oleh ibu atau ayah mereka. Angin musim gugur yang membelai rambutnya membuat sebuah perasaan aneh yang membawa air matanya keluar. Ia tidak bersedih, ia hanya merasakan kekosongan yang ia harap bisa terisi dengan kehangatan yang tidak pernah ia miliki.

Tatapan selamat datang hangat yang diberikan oleh orangtua kepada anaknya, lalu suara perhatian yang menanyakan apa saja yang mereka kerjakan di sekolah hari ini. Elena mengusap air matanya dan menundukkan kepalanya lagi. Ia kembali mengetuk-ngetukkan kakinya ke tanah, hingga ia menyadari cahaya samar mulai muncul dari tangan kanannya

Elena mengangkat tangannya tersebut dan berulang kali mengerjapkan mata. Ia bertanya-bertanya apa yang salah dengan matanya saat ini. Cahaya violet samar yang berkedip-kedip. Cahaya itu semakin lama semakin tampak dan membuat Elena terkesiap dan berdiri dari duduknya. Tak lama, cahaya dengan warna yang samajuga muncul di tangan kirinya. Elena membelalakan matanya. Dan..

'Duuar...'

Sebuah bus dua tingkat menabrak mobil-mobil orangtua yang tengah menjemput anaknya. Membuat keluarga-keluarga yang belum sempat memasuki mobil terpental ke pinggir jalan, dan yang berada di dalam mobil terdorong kedepan sebelum akhirnya tertimpa bus yang tergelincir.

Elena membuka mata perlahan. Ia tidak dapat melihat apa-apa kecuali asap serta cahaya violet dari tangannya yang bersinar bagaikan lampu pijar. Lalu ketika asap itu sedikit menghilang, ia dapat melihat pemandangan mengerikan yang terjadi di baliknya.

Kecelakaan besar terjadi di depan matanya. Bus yang terbalik menimpa mobil, keluarga yang terpental sampai ke dekat tempat duduknya dan orang-orang yang terluka dan berlumuran darah. Mereka berteriak, meringis dan memeluk erat anak atau istri mereka. Apakah mereka menangisi keluarga mereka atau menangis atas rasa sakit yang mereka rasakan? Elena tak mengerti dan hanya bisa terdiam dengan tubuh yang gemetar ketakutan.

Lalu tanpa ia sadari, cahaya itu menjalar ke lengan, kaki, dan seluruh tubuhnya. Orang-orang yang tadinya meringis kesakitan menatap kejadian itu sambil membelalakan mata. Bahkan di antara kabut tebal, cahaya itu dapat terlihat jelas.

Tubuh kecil Elena terangkat ke udara, dengan sinar yang semakin lama semakin terang hingga membuat orang-orang di sekitarnya merasa silau dan tak percaya dengan pemandangan yang terjadi di depan mereka.

Sebuah adegan yang hanya mereka tertawakan di Film fantasy, sebuah sihir yang tak pernah bisa mereka percaya, atau ungkapan lain yang tak pernah masuk akal bagi mereka. Selagi mereka berpikir apa yang tengah terjadi dan melupakan apa yang mereka rasakan, gadis kecil dengan tubuh bersinar yang melayang di hadapan mereka membuka matanya.

Tanpa memberi kesempatan mereka untuk lebih terkejut lagi, cahaya violet seolah meledak dari tubuh gadis kecil itu, menyelimuti seluruh kawasan disekitarnya dan orang-orang yang terluka yang saat ini tengah refleks memejamkan mata. Lalu beberapa detik kemudian... luka mereka tersembuhkan.

Ini bukan sihir yang mereka tak pernah percaya, dan juga bukan adegan fiktif dalam film fantasy. Tapi setiap orang dari mereka tetap memikirkan apa yang tengah terjadi sebelum berpikir untuk berterimakasih, lalu selanjutnya, mereka merasa ngeri.

Tubuh kecil Elena turun perlahan, dan cahaya violet yang menyilaukan perlahan meredup dari tubuhnya. Seperkian detik yang tidak lazim bagi mereka yang ada di sana, tapi bagi Elena, seperkian detik itu tak pernah terjadi. Ia hanya menatap tangannya sambil tersenyum puas, merasa bahwa apa yang terjadi pada kedua tangannya barusan hanyalah sebuah ilusi menakutkan lainnya.

Tapi ia merasakan perasaan mengganjal, seperti tengah diperhatikan oleh banyak orang. Elena mengangkat kepalanya dan melihat sekitar. Orang-orang menatapnya sambil membelalakan mata ketakutan. Dan saat tatapannya bertemu dengan seorang perempuan yang tadi terpental ke dekatnya, perempuan tersebut memeluk putrinya erat-erat.

Elena yang heran melempar tatapan ke sekelilingnya, dan setiap matanya bertemu dengan seseorang, orang tersebut langsung memeluk anak dan istrinya. Elena tak mengerti apa yang terjadi. Dan rasanya ia ingin sekali menangis saat ini.

Lalu ia melihat Laura berdiri di dekat bus yang terbalik. Melihat temannya tersebut baik-baik saja. Elena tersenyum lebar dan ingin menghampirinya. Tapi Laura memasang ekspresi takut seperti yang orang-orang lain berikan dan berjalan mundur menjauhi Elena.

Elena ingin menghampirinya. Ia ingin berjalan ke arah Laura. Tapi pandangannya semakin kabur dan tubuhnya terasa berat. Bayangan Laura yang ketakutan terlihat samar. Para orangtua yang menatapnya dengan wajah ketakutan sambil memeluk keluarga mereka pun perlahan menghilang.

Dan dalam sekejap, semuanya lenyap.

Setelah kejadian ini...

Setelah detik ini...

Ia menghabiskan hidupnya dengan bersembunyi.

Dan berharap bisa kembali.

Darlene - Bumi Dan HeloraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang