"Aku sedang mengurus hal penting di perbatasan, aku ingin kau yang melanjutkannya." kata Delvin serius dengan tangan bertaut.
"Apakah kau yang menculik rakyat miskin dari jalanan?"
Mendengar itu, lelaki dengan rambut yang tak seklimis biasanya itu malah tertawa, "Aku hanya membantu menyingkirkan kotoran yang merusak pemandangan. Bagaimana? Jalanan menjadi bersih kan?" ucapnya bangga seolah ia telah melakukan hal yang patut mendapat penghargaan. Kemudian ia memindai wajah Alden, mencoba menebak apakah anaknya itu berpikiran hal yang sama atau tidak karena ia hanya diam dengan ekspresi tak terbaca.
"Ya, kau benar." balas Alden singkat setelah jeda beberapa lama.
Delvin mengangguk, "Kau bisa menjadi penerusku jika kau berhasil melakukan satu tugasmu. Kau tahu itu kan?" dengan tatapan mengintimidasi, ia berkata dengan nada mengancam.
"Ya, aku tahu." jawab Alden lagi tanpa minat.
BRAK!
Gebrakan itu membuat Alden terkesiap di tempat. Delvin mengerutkan keningnya marah mendengar nada setengah hati Alden yang seolah tengah menghina ancamannya, "Jangan remehkan rencanaku! Aku bermurah hati padamu selama ini, tapi tidak akan lagi! Aku membutuhkan bukti untuk menjatuhkan Ellano agar aku bisa memimpin proyek ini seutuhnya. Dan gadis itu, dia adalah kartu AS yang akan membuka jalanku." katanya sambil menunjuk-nunjuk Alden dengan bola mata yang hampir melompat dari tempatnya.
Alden hanya bergeming, sesungguhnya ini adalah hal terbaik yang bisa ia lakukan sekarang. Pukulan ataupun barang akan mendarat di tubuhnya jika ia menjawab dengan kalimat yang tak sesuai dengan ekspektasi ayahnya. Dan masalahnya, ia tak pernah tahu jawaban macam apa yang bisa memuaskan ayahnya itu. Itulah pelajaran berharga yang ia dapatkan setelah dihajar seumur hidupnya.
Rumor tentang Ellano telah menjadi legenda yang diketahui siapapun, tentang ia yang menjadikan anaknya sebagai objek penelitian, atau juga anaknya memang keceradasan buatan, sampai yang paling tak masuk akal, ia mendarat di dunia berbeda, menikah dan memiliki anak. Ditambah lagi dengan anaknya itu selalu menggunakan sarung tangan kulit di negara tropis seperti Indonesia, hal itu hanya menambah rasa penasaran. Seumur hidup mereka, sepertinya kisah keluarga itu akan tetap menjadi santapan nikmat bagi mereka penggemar cerita konspirasi.
Masalahnya, tak ada satupun yang berhasil membuktikan konspirasi itu. Padahal jawaban manapun yang benar, Ellano takkan diuntungkan sedikitpun. Ia hanya akan menuai kontroversi lagi, dan pada akhirnya harus keluar dari proyek ini. Dengan begitu, Delvin sang investor utama akan turun mengambil alih segala yang berurusan dengan proyek ini, lalu ia bisa menjalankan rencana besarnya. Betapa strategi yang indah, namun membuatnya kesal karena terlalu lama tercapai.
"Sebenarnya ada hal yang ingin kusampaikan." Dengan segenap keberanian yang ia memiliki, Alden akhirnya berhasil membuka pembicaraan atas hal yang mengganggunya sedari tadi. "Seseorang telah mengundurkan diri dari proyek ini."
"Apa?" Delvin yang tadi emosinya baru mereda menatap Alden dengan tatapan mematikan.
"Raline. Ia telah pergi dari proyek ini."
Delvin mendecih tak percaya, lalu ia tertawa dengan sangat mengerikan seolah tengah membangkitkan jiwa iblis yang terpendam dalam dirinya. Alden hanya menunduk, ada satu hal lagi yang akan terjadi. Laki-laki itu mulai mengacak mejanya dan menghancurkan apapun yang ada di depannya sambil mengerang dengan wajah memerah. Barang terlempar ke sana sini, pecah, hancur dan mengenai Alden. Tapi seolah telah profesional menghadapi situasi ini, Alden bahkan tak berkedip saat benda tumpul itu mendarat di dahinya dan menyebabkan darah segar mengalir dari sana. Ia hanya menanti di tempat, hingga iblis di hadapannya menjadi tenang. Kejadian yang terus terjadi dan membuatnya sangat muak pada semua ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darlene - Bumi Dan Helora
FantasíaCurrent Fav Quotes : "Di hadapan cinta yang berlalu cepat seperti angin, aku mengubur harapan untuk mendekap cintanya. Sehingga ia tak perlu tahu, bahwa selamat tinggal ini berarti ... aku mencintainya." ●●●●●● Ini adalah...