Ruangan lab yang sebelumnya sangat lapang dan dipenuhi manusia sibuk itu kini telah berganti menjadi gudang penyimpanan manusia.
Para pegawai tak dapat datang lagi untuk bekerja karena proyek yang dibekukan, dan juga wartawan yang akan menyerbu mereka seperti hewan buas di pintu luar.
Manusia-manusia ini adalah rakyat yang disekap oleh Delvin di gedung perbatasan. Clara dan Ellano tengah berusaha membuat mereka sadar dan mengendalikan nanonot yang ada di tubuh mereka karena master pengendali masih berada di tangan Delvin yang tengah menghilang.
Tubuh mereka dipajang dalam tabung-tabung agar tetap dalam kondisi baik dan memiliki energi karena mereka tak makan sama sekali. Mata mereka terbuka, tapi tak menatap ke mana-mana. Keadaan mereka masih sama seperti saat ditemukan tiga hari yang lalu, kecuali luka dan memar yang telah tersembuhkan dengan sempurna.
Zoe sedari tadi telah terbang mengitari 250 manusia yang hidup tapi mati itu, tapi tak kunjung menemukan apapun. Dan pada akhirnya, ia kembali ke depan sebuah tabung tempat seorang wanita dengan memasang wajah sedih.
"Apakah ini ibumu?" Tanya Eric yang berada di belakangnya.
"Iya, dia cantik sepertiku, kan?" Pertanyaan yang diucapkan dengan penuh kepercayaan diri sembari menempelkan wajahnya pada kaca itu membuat Nico dan Eric tergelak dan sukses mendapat tatapan sinis dari Zoe dengan bibir yang dimajukan. Kenapa mereka tak bisa sekali saja mengakui kenyataan?
Lalu tawa mereka surut karena sesuatu kembali terlintas dipikiran mereka. Kenangan mengerikan menyelamatkan Alden dan menyelinapkannya ke dalam ruangan Elena. Secara ajaib mereka lolos dari dua monster yang entah siapa yang lebih mengerikan.
"Tadi itu hampir saja, kan? Bagaimana jika tadi Ellano tahu bahwa kita membiarkan laki-laki itu masuk ruang rawat?" Baik, ia memutuskan Ellano lebih mengerikan. Orang pendiam akan selalu lebih mengerikan ketika amarah mereka meledak.
"Kau kira ia tak tahu?"
"Tentu- DIA TAHUU?"
Clara yang tiba-tiba datang membuat tak hanya Nico, tapi mereka semua terkesiap. Bukan karena ia tiba-tiba datang. Tapi kabar yang dibawanya. Bahwa Ellano tahu bahwa Alden berada di sana.
"Elena." Perempuan itu mengucapkan kode pada smartwatchnya dan layar hologram besar segera menunjukkan cctv dari setiap sisi ruangan di mana Elena berada.
Mata Eric tertuju pada penampakan dua laki-laki yang sepertinya tengah berseteru di dekat pintu. Clara benar, Ellano tahu. Apa yang akan terjadi pada mereka sekarang?
"Apakah laki-laki itu akan diusir?" Tanyanya.
"Tidak." Balas perempuan itu santai sembari menutup kembali layar hologramnya.
Eric tak bisa menerima kenyataan itu. Maksudnya, walau ia juga ingin semuanya aman. Tapi bukankah aneh jika Alden tak diusir. Mereka yang tak melakukan apa-apa saja tak boleh masuk. "Kenapa? Laki-laki itu anak penipu, dan dia sendiri juga menipu."
Clara menoleh ke arah Eric dan dibanding semua alasan yang berada di akal mereka, perempuan itu menjawab, "Karena Ellano tahu, perpisahan itu sendiri sudah sangat menyakitkan, tidak mengucap kata selamat tinggal akan membuat luka semakin tak tersembuhkan." Pikirannya tak sepenuhnya berada di sana ketika ia menjawabnya. Sorot matanya mengawang, memikirkan suatu hal yang lain. Andai saja Eric tak menggunakan kekuatannya untuk menyelamatkan Alden tadi, ia akan dapat membaca apa yang perempuan itu pikirkan saat ini.
"Dia membiarkan mereka mengakhirinya, takdir terkutuk yang tercipta karena keinginan ayah mereka." Sambungnya, yang ketiga orang itu tak bisa pahami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darlene - Bumi Dan Helora
FantasyCurrent Fav Quotes : "Di hadapan cinta yang berlalu cepat seperti angin, aku mengubur harapan untuk mendekap cintanya. Sehingga ia tak perlu tahu, bahwa selamat tinggal ini berarti ... aku mencintainya." ●●●●●● Ini adalah...