○ Prolog ○

841 53 3
                                    

   Matahari bersinar terang hari ini,sama seperti hari-hari sebelumnya. Seluruh kota tampak beraktivitas seperti biasanya. Berbagai suara terdengar mengisi hari bersamaan dengan suara  burung-burung yang terbang mencari pohon untuk dihinggapi.

   Seorang pemuda tampak berjalan santai disepanjang jalan setapak. Jaket oranye tuanya tampak tertarik sedikit resletingnya. Kedua  tangannya masuk kedalam saku celananya sementara mulutnya tetap mengemut permen yang tadi sempat dibelinya di perjalanan.

  Beberapa orang yang bertemu dengannya menyapanya dengan ramah, dan tentu saja dia membalasnya dengan senyuman. Tas yang tersanding di sebelah bahunya tampak tak mengganggu pergerakannya walaupun sempat terayun dan menabrak sisi tubuhnya berkali-kali.

   Tak lama ia berjalan,akhirnya dirinya telah sampai di tempat tujuannya. Terlihat sebuah gazebo yang mempunyai meja bar melingkar dan beberapa tempat duduk yang telah terisi. Di meja bar gazebo itu tampak beberapa alat seperti cangkir berwarna krim dan beberapa kaleng coklat dan saset coklat dan juga alat-alat untuk membuat coklat panas lainnya disana.

  Kedai Tok Aba.

  Setelah menghela nafas dan tersenyum, pemuda itu kini melangkah cepat mendekati gazebo itu. Tampak teman-temannya yang mengisi kursi menyadari keberadaannya dan menoleh. Bahkan pria tua yang tengah mengelap meja bar itupun tak luput atas kedatangannya.

  "Kenapa kau lama sekali?" Tanya pemuda gembul di kursi paling ujung ,menatapnya dengan dahi berkerut "Kau tahu tidak, kami sudah menunggumu disini sedari tadi?".

  Pemuda yang baru datang tadi meletakkan tasnya dan terkekeh. Permennya yang sudah habis membuat nafas yang keluar dari mulutnya beraroma seperti Mint yang segar . "Maaf, tadi aku ketinggalan sesuatu.".

  "Hayo...apa kau mendapatkan hukuman karena tidak mengerjakan PR lagi?" Gadis yang duduk di sampingnya tampak menggelengkan kepalanya tak percaya.

  Pemuda itu terkejut bagaikan disambar petir. Ia heran bagaimana teman-temannya ini bisa tahu akan hal itu, padahal selain dirinya dan Mr.Izal-guru Matematikanya-tidak ada tahu perihal 'hukuman mengerjakan lima soal hingga tuntas' itu. Apakah ada orang lain yang sempat melihatnya dihukum saat itu ya?.

   "Ishhh...kau tak boleh seperti ini terus Boboiboy..."sahut gadis lainnya yang memakai jilbab berwarna putih "Kita sudah SMA, kau harus mulai belajar lebih giat lagi. Perasaanku nilai Matematikamu tak pernah naik sejak SD.".

  Seperti dugaannya, gadis bernama Ying dan Yaya  ini pasti akan mengomelinya panjang lebar jika dirinya mendapatkan hukuman seperti ini. Tapi, mau gimana lagi coba? Dia tak pernah pandai dalam masalah hitung-hitungan seperti itu. Melihat soalnya saja selalu membuat kepalanya serasa mau pecah. Memang, apalah daya dirinya yang hanya anak IPS dihadapan dua anak nomor satu di kelas IPA.

  "Sudah..sudah.." ucap seorang pria tua yang kini menyodorkan secangkir coklat pada pemuda yang dipanggil Boboiboy tadi "Nih..kamu minum dulu.".

   Melihat kepekaan sang datuk, Boboiboy tersenyum hangat dan meminum coklat buatan datuk yang memang sudah terkenal di saentreo kota ini. Coklatnya yang lembut dan lezat terasa sangat pas di mulutnya dan membuat pikirannya rileks. Beberapa tahun ini memang menjadi kehidupan yang damai bagi pemuda berumur 16 tahun itu.

  "Ehh...Gopal, kau tak pulang dulu kerumah ya?" Boboiboy bertanya pada  pemuda gempal yang tampak sibuk memakan kripik kentangnya. Ia baru sadar kalau pemuda gembul itu masih memakai seragamnya,kecuali dasinya yang sudah dilepas dan dimasukkan kedalam tas.

  Pemuda gempal yang bernama Gopal itupun menelan makanannya dan menggeleng pelan dan mulai menjelaskan "Ayahku sedang pergi bekerja, dan aku lupa membawa kunci cadangan. Aku tak bisa masuk kerumah karena ayahku mengunci semua pintu.".

SomniumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang