>6<

308 31 2
                                    

   Di dalam ruang lab yang sebelumnya.

  "Apa kau ingin minum sesuatu? " James yag berniat keluar dari ruangan berbalik ke arah kasur pasien.

   Boboiboy yang duduk di samping kasur sambil memegang tangan Fang hanya mengangguk pelan. "Apapun boleh.".

   "Kau yakin?Baiklah kalau begitu" James mendelikkan bahu sesaat sebelum akhirnya kembali berbalik keluar dari ruangan "Aku hanya sebentar. Selama aku pergi jangan keluar dari ruangan ini apalagi membiarkan siapapun masuk. Kau mengerti?".

   " Aku mengerti. Terima kasih.".

   Sebelum benar-benar keluar dari ruangan, James menatap Boboiboy degan tatapan tak terbaca.

    Ia merasa sedikit sedih melihat betapa lemahnya Fang sekarang, dan melihat teman dekat Fang menjadi suram menambah kesedihan di dalam hatinya. Kedua bocah itu jauh lebih muda dari pada dirinya.

   Ia tak tahu apa saja yang keduanya sudah lalui bersama. Ia dengar keduanya cukup dekat seperti saudara, namun juga sering bertengkar seperti musuh bebuyutan.

   Yang ia tahu jelas, Kapten Kaizo sudah sangat mempercayai Boboiboy hingga membiarkan bocah itu beserta teman-temannya datang kesini dan ikut membantu adiknya.

    Pertanyaannya, apakah bantuan itu akan berhasil, atau mungkin hanya akan menambah kesulitan mereka semua. Ia sendiri tak tahu. Yang bisa mereka lakukan kini hanyalah berdoa, memastikan segalanya berjalan cukup normal selama mungkin dan menunggu dewi Fortuna menghampiri mereka dan mengakhiri malapetaka ini.

   Pintu ruang lab tertutup secara perlahan dan menyisahkan kedua pemuda itu di dalam.

    Boboiboy yang awalnya menunduk kini menengadahkan wajahnya dan menatap wajah Fang yang pucat memutih. Tangannya terus menggenggam tangan Fang yang terlihat sedikit mengecil semenjak pertemuan terakhir mereka setelah misi yang besar itu.

   Sekali-kali ia memainkan jari-jari Fang dan merengut.

   "Hei.." Boboiboy memijit jari-jari Fang dan menatap lekat wajah pemuda itu. "Sampai kapan kau mau di dalam keadaan seperti ini? Bukalah matamu.".

   Tak ada respon, yang menjadi penanda bahwa Fang mungkin mendengarkannya hanyalah deru nafasnya yang teratur dan dadanya yang begerak naik dan turun megikuti ritme nafasnya.

   "Padahal sudah lama kita tidak bertemu, Dan waktu saatnya tiba kau malah dalam keadaan seperti ini. Kau tampak menyedihkan, apa kau tahu itu?." masih tak ada respon. boboiboy pun menggigit bibirnya ketika ia merasakan badannya bergetar kecil karena terdapat guncangan tak enak di dalam dirinya yang membuat perutnya serasa berputar. "Yang lain mengkhawaitrkanmu dasar bodoh. Setidaknya sadarlah sebentar jadi kami bisa meyakinkan diri kami kalau kau baik-baik saja.".

   Tak ada respon, seperti yang sudah-sudah. Boboiboy semakin mengeratkan pegangan tangannya dan menunduk dalam.

   Ingatan akan persahabatan mereka dulu terngiang di kepala dan membuat hatinya terasa berat, ingin menangis tapi yang ia rasakan hanyalah sesak. Sensasi menyiksa yang ingin ia akhiri ini terasa mempermainkannya.

   Ia ingat mimpi-mimpi buruk yang terus ia alami beberapa hari belakangan ini. Mimpi buruk yang menjadi teror di setiap tidurnya. Ia terus meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua itu hanya bunga tidur dan tidak akan ada hal buruk yang terjadi.

    Tapi, tak ia sangka bahwa ia akan menghadapi situasi yang sama mengerikannya.

   Pip..pip...

   Boboiboy merasakan jam tangannya bergetar. Tak lama kemudian, sebuah layar biru tipis muncul di atas pergelangan tangannya. Sebuah layar komunikasi antara dirinya dan teman-temannya.

SomniumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang