>7<

306 36 2
                                    

     Di sebuah tempat yang gelap, angin terasa sangat dingin dan menusuk. Tempat itu terlihat seperti lahan tandus pada malam hari tanpa bintang. Hanya bebatuan dan pohon mati yang terlihat, dan suara langkah kaki seorang pemuda yang terdengar. Suara langkah kaki itu terdengar berat dan tergesa-gesa. 

   Di ujung sebuah lahan yang tandus, seorang pemuda bersurai gelap tampak belari sekencang yang ia bisa. nafasnya tersengal dan matanya membesar ketakutan.

  Tak lama kemudian, pemuda itu tak sengaja tersandung sebuah bongkahan batu dan tersungkur mencium tanah di bawahnya. Ia tak membuang-buang waktu untuk menghilangkan debu di pakaiannya, ia segera bangkit dan kembali berlari. tak mempedulikan tubuhnya yang terasa lelah dan sakit.

  Ia harus lari, jika ia tak lari mereka akan memakannya.

  Para kegelapan itu akan memakannya.

  "Kenapa kau masih berlari?" suara suara tiba-tiba menggema di sekelilingnya "Kau tahu kau tak akan bisa kabur dari kami, Fang!".

  "Diam..diam!" Fang berteriak di tengah larinya, ia merasakan nafasnya tersengal-sengal dan jantungnya berpacu dengan menyakitkan. "Berhenti mengejarku!".

  "Kami tidak pernah mengejarmu, kami selalu diam di tempat kami." balas suara itu lagi terdengar serak. "Memperhatikanmu berlari dalam lingkaran yang sama terus menerus.".

    Mendengar hal itu sontak Fang mengentikan gerakan larinya. Jadi, selama ini dia berlari dengan sia-siang. Ia terjebak di dalam neraka tanpa akhir ini, tak peduli seberapa jauhpun ia berlari ia hanya akan berakhir di tempat yang sama berkali-kali.

    Fang berlutut di tempatnya, menatap kosong ke lahan tandus yang terpampang sejauh matanya memandang. Rasa dinginnya angin terasa seperti ribuan jarum yang menusuk ke dalam kulit dan menembus tubuhnya.

   Ia putus asa, tak ada yang bisa ia lakukan untuk keluar dari sini.

    " Kumohon.."lirihnya tiba-tiba dengan air mata yang sudah jatuh "Bebaskan aku, keluarkan aku dari sini. Aku mohon.".

   Tak ada jawaban, suara yang sedari tadi menghantuinya tak lagi merespon dirinya. Ia menatap ke segala arah, mendapati hanya dirinya seoranglah ditempat ini. Tak ada siapapun lagi selain dirinya, ia ingin menyerah. Ia ingin menutup matanya dan mengakhiri semua ini.

    Ia ingin semua indranya mati sehingga tak ada lagi yang bisa ia rasakan. Itu lebih baik dari pada harus merasakan perasaan yang mengerikan ini menggerogoti dirinya secara perlahan.

   "Kami tak akan membiarkanmu menyerah." tiba-tiba suara itu terdengar lagi. 

   Fang terkejut, ketika tiba-tiba muncul api di sekitarnya yang berkobar dengan besarnya. Padahal tak ada apapun sebelumnya, dari mana datangnya api ini menjadi hal yang terngiang-ngiang di kepalanya. 

   Jika tadi tubuh Fang terasa menggigil dingin karena angin, sekarang tubuhnya terasa panas terbakar meski tak ada sedikitpun api yang menyentuhnya.

  " Perhatikan sekelilingmu Fang," ucap suara itu lagi "Dan katakan apa yang kau lihat.".

    Fang langsung berbalik ke belakang, dan ia tercekat ketika melihat ada tiga orang yang ia kenal tengah berada di dalam kobaran api dalam diam, membiarkan api memakan mereka secara perlahan.

    "Gopal, Ying, Yaya.." Fang langsung berlari kearah mereka secepat yang ia bisa. "Tidak! jangan!".

    Tepat sebelum ia bisa menyentuh ketiga temannya api itu melahap mereka sekaligus dan membuat mereka hilang dari pandangannya. Fang merasa hatinya terbakar emosi yang sebegitu besar hingga amarah terlihat di matanya. "Sial!" umpatnya. Tiba-tiba Fang kembali berbalik lagi memandang tempat awal dirinya berdiri.

SomniumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang