Pagi hari saat Nose siuman, sudah ada di tempat tidur. Bude Yani dan Rika merasa heran melihat Nose tertidur di ruang tengah.
"Bu, sudah bangun? Minum teh hangatnya, ya?" Ucap Rika.
"Ini sudah pagi?" Tanya Nose.
"Iya, Bu! Kenapa Ibu tidur di ruang tengah?" Ucap Rika.
"Ah, sudahlah! Ibu tidak mau cerita, cepat kemasi barangmu dan barang milik Sonia, kita pulang sekarang juga!" Sergah Nose.
Rika menuruti perintah ibunya, walaupun hatinya masih ingin bersama bude Yani. Nose dan Rika turun dari gunung dan mencari mobil dengan tujuan ke Cirebon.
Sepanjang jalan Nose hanya diam dan tidak bicara sepatah kata. Rika masih diliputi rasa sedih dan duka ikut diam dan mengenang kembali saat-saat manis bersama Sonia.
Sampai di rumah, Nose masuk ke kamar dan mengurung diri. Rika memilih ke rumah Maya sahabatnya. Rika menceritakan tentang Sonia di depan Maya dengan derai air mata.
"Aku tidak punya Kakak lagi, aku tidak punya siapa-siapa lagi!" Isak tangis Rika pecah.
"Rika, sabarlah... mungkin Allah lebih sayang kakakmu. Dulu saat aku ditinggal ibuku, akupun merasakan sedih dan merasa tidak punya siapa-siapa. Tapi Allah mungkin punya rencana lain agar aku bisa menjadi wanita yang kuat dan bisa menjaga adik-adikku. Kamu masih punya seorang ibu, bersyukurlah... jaga ibumu dengan baik Rika... " Ucap Maya.
"Entahlah, May! Aku masih sedih dan belum bisa melupakan kakakku. Malam ini kamu temani aku ya? Kamu tidur di rumahku, ya?" bujuk Rika.
"Ya, aku izin ayahku dulu, ya?" Ucap Maya.
Nose sangat senang Maya bisa menginap di rumahnya. Nose masih trauma dengan kejadian saat di ganggu mahluk yang menghampirinya.
Maya dan Rika masih duduk di teras sambil baca buku komik Wiro Sableng. Tiba-tiba seorang tukang sate datang membawa sepiring sate ayam.
"Nok! Ini satenya sudah jadi. Sonianya mana? Mamang cari-cari tidak ada di sana, jadi Mamang antar ke sini," sapa Mamang tukang sate.
Rika bingung dan terkejut mendengar Mamang tukang sate menyebut nama kakaknya. Wajah Rika merah dan ingin marah. Rika mengira Mamang tukang sate sengaja memanfaatkan keadaan kakaknya yang sudah tiada.
"Maksud Mamang apa?! Mau ngarang cerita kalau kakakku pesan sate?" Tanya Rika ketus.
"Ngarang cerita? Tidak! Ini Sonia yang pesan! Tolong panggilkan saja Sonianya, supaya lebih jelas," jawab Mamang tukang sate.
Rika terdiam dan menahan tangisnya. Maya sudah paham siapa yang sudah menemui tukang sate ayam langganan Sonia.
"Mang, simpan saja satenya di meja, ini aku yang bayar, ya? Kakak Sonia sudah meninggal, Mang!" ucap Maya.
"Apa? Meninggal? Jadi yang pesan sate Mamang siapa? Oh, pantas saja Mamang lihat wajahnya pucat dan jalannya sangat cepat. Tidak usah bayar, Mamang ikhlas buat Sonia!" ucap Mamang tukang sate sambil bergegas jalan sangat cepat.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacarku Pacar Ibuku Part I #Wattys2019
Non-FictionUntuk Dewasa 18++ KISAH NYATA!! NO PLAGIAT NO SHARE Cinta segitiga antara anak dan ibu. Perjalanan hidup yang pedih sampai adanya kematian. Semua nasib dan takdir tak lepas dari garis tangan dari Allah Ta'ala.
