Heri dan Sonia terlena di atas permadani. Heri mencium tangan Sonia.
"Aku bersumpah akan bertanggung jawab dan menikahimu, apapun yang terjadi," bisik Heri.
Sonia hanya tersenyum dan menunduk malu. Sonia tidak punya pilihan lain. Sonia tidak pernah pacaran dan tidak tahu bahayanya berhubungan badan di luar nikah akan membuatnya dosa dan bisa hamil.
Sonia dan Heri selalu bertemu dengan sembunyi-sembunyi. Akhirnya Sonia mulai telat datang bulan. Heri sangat senang mendengar Sonia hamil dan ingin cepat melamarnya.
Nose mencurigai Sonia yang sering keluar dari rumah. Diam-diam Nose mengikuti Sonia. Nose sangat yakin Sonia akan bertemu dengan Heri. Nose sangat geram ketika melihat Sonia masuk ke rumah Heri, Nose langsung masuk dan memaki Heri.
"Oh, jadi seperti ini kalian berselingkuh di belakangku?" Teriak Nose.
"Ibu?!" Teriak Sonia.
"Heh, pria pengecut! Berani sekali kamu menyuruh putriku datang ke rumahmu!"
"Nos, tolong... Aku mencintai Sonia, tolong izinkan aku menikahi Sonia, apalagi dia hamil Nos, aku ingin melamar anakmu," ucap Heri.
Sonia merasa heran melihat Heri hanya menyebut nama Nose, bukan menyebut ibu. Nose mendengar Sonia dihamili Heri, langsung melepas sandal selop dan memukulkannya ke kepala Heri.
"Brengsek kamu! Sudah memacari ibunya, sekarang kamu menghamili Sonia, kurang ajar!" Teriak Nose.
"Nos, hubungan kita sudah berakhir, aku benar-benar mencintai Sonia, tolong izinkan aku menikahinya," pinta Heri.
"Dengarkan aku pria brengsek! Awalnya kamu hanya aku suruh pura-pura menjadi kekasih Sonia, supaya tidak ada satu pun yang mencurigai hubungan kita, tapi sekarang aku sudah tahu, kamu pria mata keranjang dan licik!" Bentak Nose.
Pertengkaran Heri dan Nose disaksikan Sonia. Tubuh Sonia gemetar mendengar Heri pernah menjalin kasih dengan ibunya. Air mata Sonia tumpah. Sonia lari keluar dari rumah Heri.***
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacarku Pacar Ibuku Part I #Wattys2019
Não FicçãoUntuk Dewasa 18++ KISAH NYATA!! NO PLAGIAT NO SHARE Cinta segitiga antara anak dan ibu. Perjalanan hidup yang pedih sampai adanya kematian. Semua nasib dan takdir tak lepas dari garis tangan dari Allah Ta'ala.