Bab 24 Nose Marah Pada Yani

11.7K 341 16
                                    

          Warga berduyun-duyun datang ke rumah Bude Yani. Ketua RT menghubungi suami bude Yani agar lekas pulang. Bude Yani masih lemas saat siuman.

          Bude Yani menyuruh suaminya agar cepat mengirim kabar melalui telegram dari kantor Pos agar mengabarkan keluarganya di Cirebon.

          Nose sangat syok saat menerima tamu dari pegawai pos dan menyerahkan surat telegram berisi berita kematian Sonia. Nose dan Rika langsung menuju kampung bude Yani tanpa memberitahu orangtua Nose dan tetangganya.

          Sepanjang jalan Nose menggerutu dan menuduh bude Yani tidak bisa mengurus Sonia. Nose dan Rika berlari menuju rumah bude Yani dan menubruk jenazah yang sudah terbungkus kain kafan.

          "Nia... kenapa secepatnya ini meninggalkan Ibu... " Rintih Nose.

          Beberapa warga ikut terhanyut sedih melihat tangisan Nose dan Rika.

          "Jenazah ini harus segera dikebumikan, kasihan jika terlalu lama, sebelum magrib sebaiknya sudah di makamkan," ucap salah seorang warga.

          Nose dan Rika tidak banyak bicara, semua orang mengantarkan Sonia ke tempat pembaringan terakhir.

          Nose sangat cuek di depan bude Yani. Nose ingin cepat kembali ke Kota, tapi tidak ada kendaraan yang lewat jika sudah malam.

          "Pantas saja Sonia cepat mati! Karena keadaannya seperti ini! Miskin dan kekurangan! Sonia pasti terlantar di sini!" Gumam Nose.

          "Nos, Dari awal kamu sudah tahu keadaanku begini! Bukan aku yang menginginkan Sonia di sini, tapi kamu! Lagi pula kamu Ibu yang tega! Selama Sonia di sini kamu tidak pernah menjenguknya!" Balas bude Yani.

          "Aku malas ke sini karena rumahmu jauh di atas gunung! Andai saja ada mobil malam ini, aku sudah pulang!" Ucap Nose ketus.

          Bude Yani memilih mengalah diam dari pada berdebat dengan Nose. Rika masih berduka dan terus menangis di kamar.

          Saat semua sudah tertidur, suara jangkrik dan lolongan anjing membuat Nose terjaga. Nose tidak bisa memejamkan matanya.

          Di rumah bude Yani belum ada penerangan dari listrik. Bude Yani masih menggunakan lampu tempel.

          Udara semakin dingin, Nose gelisah dan tidak bisa tidur. Telinga Nose tiba-tiba mendengar suara Sonia dan tangisan bayi.

          "Ibu... Ibu... " Lirih suara Sonia.

         Nose terkejut dan langsung duduk, udara dingin membuatnya ingin buang air kecil. Nose menahan diri untuk ke kamar mandi karena takut.

          "Oa... oa... oa... "

          Nose kembali mendengar suara bayi tepat disebelah tembok. Napas Nose naik turun mendengar suara Sonia dan suara tangisan bayi.

          "Brakkkkkkkk!!"

          Tiba-tiba pintu kamar terbuka sendiri, lampu tiba-tiba padam tersapu angin kencang.

                          "Aaaaarrrrrrgggggghhhhhh!!"

          Nose berteriak sangat kencang ketika muncul sosok wanita dengan gaun putih membawa bayi.

                                ***

Pacarku Pacar Ibuku Part I #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang