Tugas Sejarah

961 32 10
                                    

Hari ini bukan hari yang bahagia untuk Nirina. Turun dari jembatan penyeberangan, dia sudah mendapatkan kesialan Senin. Bayangkan saja, rok putihnya terciprat genangan air karna ulah anak SD yang berlari melintasinya, dan membuat air bekas hujan menyiprat kesana kemari, dan tentunya ke rok Nirina.

Ia bahkan rela mengurung diri di kamar mandi, selama upacara bendera berlangsung. Bukan, ia bukannya malas mengikuti upacara yang rutin di adakan setiap hari Senin di semua sekolah di Indonesia, terutama di SMA Dermaga 2.

Tangannya sibuk mengetik pesan LINE kepada Titania, teman satu kelas yang sekarang sedang tidak masuk karna sakit.

Nirina: Sialan tau gak! Rok gue kotor dalam hitungan detik!

Titania: Please, bukan sekali ini lo ngalamin hal itu, tiga minggu yang lalu lo keserempet motor dan terjerembap di genangan air juga, kan? Lol.

Nirina: -___- don't reminding me about that dafuq moment please...

Nirina: Lo sih enak! Gak masuk! Rese lo!

Titania: My finger was so sorry :*

Ya, pokoknya begitulah isi chat mereka yang di isi dengan hal-hal sepele dan konyol.

Nirina sendiri bingung kenapa dirinya bisa sekonyol itu bila berdekatan dengan Titania. Meski mereka baru kenal selama setengah tahun ini, tapi mereka sudah seperti anak kembar. Titania yang jago di bidang hitung-hitungan, sedangkan Nirina yang jago di bidang logika, membuat mereka jadi duet maut di bidang pelajaran.

Alasan lain dari Nirina masuk ke jurusan IPS juga karna Titania-selain karna dirinya juga mau menerusi bidang sastra-Titania yang bercita-cita sebagai ahli ekonomi, membuatnya bertemu dengan Nirina di 11 IPS 1.

Ya, meski beberapa kali mereka cekcok karna urusan sepele, tapi mereka tetap berteman sangat sangat baik.

Terdengar suara riuh redam para murid yang sepertinya mulai membubarkan diri karna upacara sudah selesai. Nirina keluar dari kamar mandi dan bergegas menuju kelasnya meski dengan tangan yang memegangi rok panjangnya yang terkena cipratan air keruh berwarna cokelat itu.

Tak lama dari ia duduk di bangkunya, berbondong-bondong warga 11 IPS 1 masuk ke kelas dan duduk di tempatnya masing-masing. Beberapa dari mereka ada yang mengecek ponsel masing-masing, ada juga yang sekedar duduk dan mengademkan diri.

"Bu Kisa!" seorang anak lelaki berlari masuk ke dalam sambil menggebrak beberapa meja di depan.

Memang terdengar ketukan halus dari sepatu pantopel yang melangkah mendekat ke kelas. Buru-buru Nirina dan yang lainnya menyiapkan buku paket, lks, dan buku catatan sejarah.

"Pagi anak-anak!"

Seorang wanita paruh baya dengan kepala yang di tutupi kerudung berwarna biru gelap, masuk. Tangan kanannya memegang tas Furla cokelat dan di tangan yang kirinya ia mendekap tiga tumpuk buku biografi seseorang yang entah siapa.

"Pagi, bu!" jawab anak-anak serempak, lalu kelas kembali hening.

Bu Kisa membuka lembar pertama dari buku yang ia bawa, buku berwarna putih dengan cover halus, dan sudah sedikit robek di bagian bawah.

"Buka halaman 14!" perintahnya di ikuti para murid tanpa terkecuali.

Nirina merasa semakin sial hari ini, karna ia harus duduk di barisan paling depan sendiran, dan menghadapi Bu Kisa-si penanya dadakan-yang tentunya membuat Nirina tak nyaman.

Ia buka lembar demi lembar sampai akhirnya terbukalah halaman 14. Bu Kisa bermaksud melanjutkan pelajaran kemarin yang sempat tertunda karna waktu istirahat sudah datang.

Magique MirrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang