Skandal itu akhirnya meledak, walaupun tidak secara tidak proporsional. Felix dipanggil ke kantor Woojin untuk ketiga kalinya dalam 24 jam sebelum pertemuan dengan dewan direksi, dimana mereka mendiskusikan argumen yang akan mereka sampaikan.
Felix bahkan tidak dapat mengingat detail pertemuan dewan karena hal itu masih merupakan skenario yang tidak nyata di kepalanya, tetapi ia dapat mengingat penjelasannya tentang apa yang terjadi semalam, kata demi kata.
Woojin fought for him, hard. Walaupun sebelumnya sosok yang lebih tua itu menghujaninya dengan badai omelan, dia sebenarnya memohon pada dewan direksi untuk membiarkan Felix tinggal. Woojin berhasil - dia sangat baik dalam mempersuasi orang lain, tetapi alasan utama mengapa mereka membiarkan Felix tinggal adalah karena Felix memiliki pembenaran etis untuk apa yang ia lakukan. Mereka membiarkan Felix tinggal, tetapi Woojin mengingatkannya bahwa ia tidak akan bisa mengharapkan dana riset (jika suatu saat ia memutuskan menjalankannya).
Felix harus berbicara sendiri dalam konferensi pers - yang lagi-lagi tidak bisa ia ingat dengan baik kecuali bagian flash menyilaukan dan lensa kamera wartawan (jumlah mereka banyak sekali, jauh lebih banyak daripada yang pernah dilihat Felix dalam satu tempat).
Rumah sakit menyembunyikan fakta dari publik bahwa lelaki misterius itu menghilang, tetapi tentu saja netizen tahu bagaimana mencari mayat dari bau darah.
Selama satu minggu penuh, negara ini berduka atas meninggalnya pemimpin yang mereka cintai. Media memuat kolom sepanjang minggu tentang tragedi itu, kegagalan rumah sakit, dan pasien misterius Felix. Tentu saja foto dan nama Felix ikut terseret dalam arus berita itu, meskipun fotonya hanya menempati sudut berukuran 2×2 cm sedangkan namanya disebut beberapa kali.
Pada akhir minggu, media memutuskan bahwa berita kematian perdana menteri sudah terlalu usang dan mulai mencari korban baru yaitu presiden saat ini. Sudah menjadi rahasia umum bahwa mendiang perdana menteri akan bertarung dengan presiden saat ini untuk memperebutkan kursi presiden pada pemilihan umum tahun depan.
Disisi lain Felix mulai menerima 'surat penggemar' dari pendukung setia perdana menteri. Surat paling sopan memintanya untuk mengundurkan diri dari posisinya, sedangkan surat paling kasar menuliskan deretan hewan kebun binatang yang ditujukan padanya.
Surat-surat dengan maksud yang sama terus datang hingga bulan berikutnya, meski frekuensinya terus menurun, hingga akhirnya Felix tidak menerima surat selama seminggu berturut-turut. Ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua ini akhirnya berakhir. Ia melirik pintu ruang istirahat dokter dan mengingat kata-kata Seungmin. Lagi-lagi Kim Seungmin benar, semuanya akan berlalu dan Felix akan baik-baik saja.
Except he didn't.
*
*
*Felix selesai dengan shiftnya hari itu. Ketika Sohye datang untuk menggantikannya pada pukul sembilan tepat, ia dengan cepat mengganti pakaiannya dan mengambil tasnya. Ia berencana mandi di rumahnya sendiri, dimana airnya panas tersedia dalam jumlah tak terbatas dan ia bisa mandi selama yang diinginkannya.
Felix sedang berjalan di antara Geum-gil dan Do-gil hanya 200 meter dari rumah sakit, ketika ia ditarik secara kasar kedalam gang sempit antara Golden Pacific Building dan Daemoon Tower.
Ia berteriak, karena terkejut dan kesakitan. Siapa pun yang menariknya segera melemparkannya ke dinding dan menjebaknya di sana, tidak meninggalkan ruang untuk melarikan diri. Sosok itu menendang perut Felix, membuatnya tidak bisa melarikan diri walaupun ada kesempatan.
Penyerangnya adalah pria besar berusia akhir tiga puluhan. Dia tidak terlihat seperti penjahat, lebih seperti pekerja kantoran biasa - dengan rambut pendek dan terawat. Sosok itu mengenakan kacamata, kemeja putih, dan celana kain hitam - seolah-olah dia baru saja pulang dari kantor mengingat saat itu masih jam pulang kerja. Tetapi alih-alih tas kantor, di tangannya ada pisau, bilahnya memantulkan cahaya dari lampu jalan yang terasa begitu jauh dari tempat Felix tersungkur sekarang.
"Apa -" Felix hanya berhasil mengatakan hal itu sebelum tusukan pertama mendarat di tubuhnya. Pisau itu mengiris bahu kirinya, nyaris menebas lehernya, dan rasa sakit yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya terasa sangat menusuk.
Felix tidak pernah ditusuk - dipukul - ya, berkali-kali, juga ditampar. Ia pernah ditendang dan diinjak-injak oleh sekelompok geng remaja sampai ia mematahkan salah satu tulang rusuknya, tetapi bahkan saat itu rasa sakitnya tidak seperti ini.
Pisau itu tidak berhenti di situ, lelaki itu menariknya (ketika laki-laki itu melakukannya rasa sakit di bahu Felix meningkat berkali-kali lipat) dan membidik perutnya. Fokus Felix terbelah antara melindungi perut atau tangannya, dan akhirnya ia memutar tubuhnya. Pisau itu merobek pinggangnya, dan iq tidak bisa menahan diri untuk tidak berteriak. Let someone hear him, please. Let someone hear him.
"Kau membunuhnya," geram pria itu. Dari sudut matanya, Felix bisa melihat kesedihan di netra lelaki itu, walaupun ia tidak bisa memastikan hal itu karena matanya mengabur akibat rasa sakit.
"Siapa -" Felix terkesiap ketika pisau itu menembus dari pinggang ke perutnya. Ia bisa merasakan darah di mulutnya.
"Perdana menteri," desis pria itu tepat di depan wajah Felix. Anehnya, Felix masih memperhatikan bahwa satu-satunya aroma yang bisa dia cium adalah mint, dan bukan alkohol atau bau busuk lain yang sama kotornya. Kemeja putih pria itu bernoda merah, dan Felix samar-samar bertanya-tanya bagaimana pria itu akan pulang nanti.
Pisau ditarik lagi dan kali ini diarahkan ke dadanya. Felix memejamkan mata dan menunggu rasa sakit yang lebih parah atau mungkin kematian menghampirinya, tetapi ada suara seseorang jatuh ke tanah dan cengkeraman di dada kanan Felix melonggar. Ia membuka mata hanya untuk menyaksikan lelaki yang coba membunuhnya terkapar di tanah, seorang pria muda berusia akhir dua puluhan menginjak dadanya.
"Siapa kau?" Tanya penyerang Felix, tertegun. Pipinya memar, hidungnya berdarah. Siapa pun yang mencoba menyelamatkannya pasti memiliki kekuatan yang mengagumkan karena dia bisa menjatuhkan penyerang Felix yang berbadan jauh lebih besar hanya dengan sebuah pukulan.
Pria muda itu tidak menjawab, sebaliknya dia membungkuk ke depan. Bilah yang sebelumnya ada di tangan si penyerang kini ada di tangannya.
Hal itu terjadi begitu cepat, Felix bahkan tidak bisa mengatakan "tidak" sebelum ia melihat semburan darah dari leher penyerangnya. Ia menelan ludah dan mencoba mengatakan sesuatu, tetapi otak dan mulutnya sepertinya tidak bisa bekerja sama, ia bahkan tidak bisa merangkai sebuah silabel sederhana.
Otak Felix seketika kosong. Ia lumpuh, karena rasa takut, sakit, takjub, dan tidak percaya yang tercampur jadi satu. Felix terbiasa melihat darah, tubuh yang terpotong-potong, dan berbagai mayat yang mengerikan - dia seorang ahli bedah trauma, damn it. Tapi, melihat pembantaian tepat di depan matanya adalah hal lain, hal r sangat berbeda.
Felix bisa merasakan dirinya mulai kehilangan kesadaran. Ia tidak bisa mengerti apa pun, kecuali satu hal. Detik terakhir sebelum ia jatuh, pria itu menoleh ke arahnya dan Felix tahu mata itu, ia mengenal wajah itu.
It was his missing patient.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
whole life story || hyunlix
FanfictionFelix mempertaruhkan karirnya untuk menyelamatkan seorang pria misterius yang terluka parah, tapi kemudian ia sadar tindakan spontannya sebagai seorang dokter itu membawa konsekuensi jangka panjang bagi moral dan hatinya. © dreamchatter Start : 03/0...