Felix meninggalkan rooftop rumah sakit tak lama kemudian. It felt awfully cold and lonely up there without Hyunjin. Ia berjalan dengan hati-hati, mencoba menghindari semua eksistensi hidup di rumah sakit dan pertanyaan ikut campur mereka.
Sementara itu, dalam kepalanya pertanyaan-pertanyaan berputar menjadi satu. Apakah hubungannya dan Hyunjin akan memiliki masa depan? Apakah Hyunjin akan kembali? Apa yang harus ia lakukan untuk menyelamatkan masa depan mereka?
Di pagi hari, Woojin memojokkannya di ruang ganti. Shift Felix berakhir setengah jam lalu, dan ia sedang bersiap-siap untuk pulang ketika ia melihat sosok Woojin dan ia hanya bisa mengerang kesal.
"Apa kau tidak pulang?"
"No, an emergency happened."
"Hyung, tidak bisakah kau memberiku waktu untuk membangun argumenku? Aku perlu mencari alasan yang bagus jika aku berhadapan denganmu."
"Aku sudah memberimu sepanjang malam," Woojin menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki, seperti dengan melakukan hal itu dia bisa lebih memahami situasi yang dihadapi Felix.
"Aku perlu lebih banyak waktu," Felix merengek.
"Aku akan mengantarmu pulang, kita sarapan dalam perjalanan. You can tell me everything about it then," kata Woojin lalu berjalan keluar dari ruang ganti. "Wait for me in the lobby."
Mereka meninggalkan rumah sakit sepuluh menit kemudian, menggunakan mobil Woojin. Dalam perjalanan mereka berhenti di sebuah cafe. Felix memesan secangkir americano dan chicken sandwich untuk dirinya sendiri.
"Jadi?" tuntut Woojin.
"Apa yang ingin kau ketahui?" Felix berbicara tanpa menelan makanannya lebih dulu. Semoga Woojin merasa jijik dan mengusirnya pergi.
"Why is our fucking national intelligent agency looking for your boyfriend? Apa dia seorang kriminal?"
"Tidak," Felix menjawab dengan cepat.
Ketika Hyunjin membunuh orang ia melakukannya atas perintah pemerintah yang berarti ia bekerja di sisi hukum. Dan setelah berhenti dia tidak membunuh orang lagi selain penyerang Felix dan polisi sendiri berpendapat bahwa hal itu adalah upaya perlindungan diri.
"Lalu apa masalah pacarmu dan badan intelijen negara ini? Who is he? What’s his job?"
Felix mulai merasa kesal ketika seseorang menarik kursi dan menyelinap diantara mereka. "Kuharap aku tidak menginterupsi sesuatu."
"Jeongin!" seru Felix terkejut. "Bukankah kau harusnya ada di Eropa? Bukankah kau harusnya bersembunyi bersama Prince?"
"Dia harus bersembunyi, aku tidak," koreksi Jeongin. "Lagipula aku harus bicara denganmu dan membereskan kekacauan yang terjadi."
"Kita bisa bicara nanti," kata Felix, melirik Woojin sekilas untuk mengetahui bagaimana reaksi hyung-nya itu dengan kehadiran Jeongin. Anehnya Woojin terlihat biasa saja.
"It's okay," Jeongin melambaikan tangannya dan mengalihkan perhatiannya pada Woojin. "He can stay, listen, and even ask questions."
"Kau yakin?" Felix menggigit bibirnya.
"Thank you," potong Woojin sebelum ia bisa mengatakan apapun lagi. "Karena aku punya beberapa pertanyaan untukmu, melihat kau sepertinya terlibat hubungan berbahaya antara adikku dan pacar misteriusnya."
Jeongin mengangkat alisnya bingung, dan Felix tidak bisa menyalahkannya karena Woojin jarang sekali menyebut Felix adiknya, jadi kali ini dia sepertinya benar-benar khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
whole life story || hyunlix
FanfictionFelix mempertaruhkan karirnya untuk menyelamatkan seorang pria misterius yang terluka parah, tapi kemudian ia sadar tindakan spontannya sebagai seorang dokter itu membawa konsekuensi jangka panjang bagi moral dan hatinya. © dreamchatter Start : 03/0...