1.5

1.7K 392 85
                                    

"Ini sangat aneh. Aku menelepon semua temanku yang bekerja di bidang hukum, tapi tidak ada seorangpun yang mengenal Yang Jeongin," lapor Jisung ketika mereka sedang makan malam di ruang istirahat.

"Tapi aku bisa merekomendasikan pengacara lain. She’s my friend, I can personally vouch for her character and capability. Do you want her contact?"

"Sure," jawab Felix. Ia akan memberikannya pada nyonya Kang nanti. Seorang pengacara pasti tahu apa yang harus dilakukan untuk membantu suami nyonya Kang. Ia juga sudah meminta seseorang dari bagian psikiatri untuk memberi nyonya Kang konseling. Semoga segala hal berjalan lancar untuk mereka bertiga.

Konsentrasi Felix terpecah menjadi dua arah. Disatu sisi ia khawatir pada nyonya Kang, tapi disisi lain ia tidak bisa mengenyahkan Prince dari kepalanya. Sementara ia bisa memikirkan berbagai hal untuk membantu nyonya Kang, ia tidak bisa memikirkan satupun cara untuk memperbaiki hubungannya dengan Prince. Ia bahkan tidak tahu bagaimana cara menemukan agen rahasia itu. No phone number, no address, not even real name.

Felix memutar pastanya berulang-ulang, sama sekali tidak nafsu makan. "Sung," panggilnya. "Do you think you can find another person for me?"

Tapi setelah dipikir-pikir lagi, jika Jisung tidak bisa menemukan Yang Jeongin, maka kemungkinannya untuk dapat menemukan Prince adalah nol.

"Siapa?" kali ini Seungmin yang bertanya.

"Lupakan saja," ia melambaikan tangan.

"Serius, Lix. Kau menyembunyikan banyak hal, kau tahu itu? Beri aku alasan masuk akal mengapa kami tidak boleh tahu tentang Yang Jeongin ini padahal dia jelas-jelas melakukan sesuatu padamu kemarin malam?"

"What can I tell you about him if I know nothing about him?" jawab Felix.

"At least you can tell us what you two did yesterday!" kata Seungmin kesal.

"Dr. Lee," Jaemin memotong pembicaraan mereka dari pintu. "Seseorang mencarimu di lobi."

Felix menatap ke arah residen itu, merasa seperti seseorang telah menuangkan seember air dingin padanya. Mungkinkah itu Prince? Ia bergegas berdiri, mengabaikan kedua sahabatnya yang nampak penasaran.

"Dia bukan orang yang sama dengan yang kemarin," Jaemin memberitahu.

"Apa?" tanya Felix. Jadi bukan Prince, ia menelan kekecewaan. Seungmin dan Jisung kembali menyamankan posisi duduk mereka, tiba-tiba menjadi tidak tertarik dengan siapa yang mencari Felix. Na Jaemin, residennya yang berhati dingin hanya mengangkat bahu.

"I’ve told you the message, I’m off now," katanya sembari berjalan pergi.

Ia berjalan menuju lobi sembari menebak siapa yang mencarinya jika bukan Prince. Mungkinkah Prince menyamar? Tapi itu tidak masuk akal. Prince mungkin memang bisa menyamar, tapi mengapa dia melakukannya?

He would never in a lifetime guess that it was Yang Jeongin. Si pengacara masih nampak tampan seperti ketika pertama mereka bertemu, ia bisa melihat bagaimana pasien dan perawat wanita saling berbisik dan terkikik.

Namun, tidak ada senyum ramah yang biasa terpampang di wajahnya. Matanya dingin, dan dia melipat tangannya di depan dada. Dia seperti sedang kesal karena sesuatu. Tidak, dia sedang marah karena sesuatu. Dia menoleh kearah Felix seolah dia tahu bahwa Felix akan datang tanpa perlu melihat. Mereka terdiam selama beberapa saat, menunggu lawan bicaranya membuka mulut terlebih dahulu.

"Hi, Jeongin. What makes you come here?" Felix bertanya karena ia sadar tamunya itu tidak akan bicara lebih dulu.

"Let’s go outside," kata Jeongin tiba-tiba. Nada bicaranya sedingin es.

whole life story || hyunlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang