0.5

2.5K 504 115
                                    

Merah dan hitam. Hanya itu yang bisa ia lihat. Merah dari darah yang terciprat kemana-mana dan hitam dari sepasang netra yang menyebabkan banjir darah itu.

Felix tersentak bangun dan seketika ia berhadapan dengan sepasang netra yang sama. Sepasang netra yang menghantui mimpinya.

Ia tertawa karena ia berpikir ia sedang bermimpi di dalam mimpi. Ia tidak sering mengalami hal seperti ini.

Tapi kemudian tawanya tersangkut di tenggorokan ketika ia sadar bahwa ia tidak sedang bermimpi. Tidak, karena ia bisa merasakan sakit kepala mulai menusuk tengkoraknya. Tidak, karena ia bisa merasakan rasa sakit yang kuat dan terus menerus dari bahu dan perutnya. Ia bahkan bisa mencium aroma khas rumah sakit.

Tapi hal ini tidak mungkin nyata, karena didepannya adalah pria dari malam itu - atau pria dari bulan lalu, bisa dibilang. Sosok yang telah ia selamatkan dari kematian, juga sosok yang menyelamatkannya dari kematian.

Hal yang pertama muncul di otak Felix adalah ia harus lari - atau teriak - tapi tubuhnya lumpuh karena ketakutan. Jujur saja, sebesar apapun keinginannya bertemu sosok didepannya ini, dan sebanyak apapun rasa penasaran yang ia miliki, pria ini menakutkan.

Pria ini adalah orang yang sama yang menghilang dari rumah sakit setelah mengalami operasi karena luka tembak dan luka tusuk. Dia adalah pria yang sama yang menghajar seseorang dengan tubuh dua kali lipat lebih besar darinya. Dia adalah pria yang sama yang mengorok leher orang lain tanpa ampun. Dia adalah pria yang melakukan semua itu dan kemudian bisa melenggang bebas tanpa bukti. Felix wasn’t even sure if this man was a human at all.

"I found you," pria itu tersenyum, dan itu adalah hal paling mengerikan yang pernah didengar dan dilihat Felix. Ia tersentak mundur, mencoba menjauh dari sosok yang saat ini duduk di tempat tidurnya.

"Ya Tuhan," pria itu dengan cepat mengangkat tangannya. "Apakah aku membuatmu takut? Maksudku bukan 'i found you' seperti itu. Aku tidak akan menyakitimu."

Felix masih tidak bisa menemukan suaranya. Ia pikir ia harus menekan tombol darurat dan memanggil perawat, jadi Felix membiarkan tangan kanannya bergerak di bawah selimut untuk meraih tombol darurat. Pria itu entah bagaimana menyadarinya dan dengan cepat meraih tangan Felix, secara efektif menghentikan setiap gerakannya.

Felix akan menjerit hingga Chan terbangun dari makamnya jika ia bisa, tetapi ia tidak melakukannya karena secara mengejutkan sentuhan pria itu sangat gentle, bukan sentuhan kasar bernada ancaman seperti yang ia pikirkan. Juga, tangannya hangat, mungkin sosok didepannya ini memang manusia.

"Jangan membuat keributan di malam hari, aku hanya datang untuk mengembalikan ini," pria itu mengambil sesuatu dari sakunya dengan tangannya yang lain.

Sebuah cincin - cincin Chan hyung-nya, ia menyadari. Bagaimana pria itu bisa memilikinya? Felix selalu menyimpan cincin itu di tasnya, tidak pernah memakainya karena pekerjaannya sebagai dokter.

"Aku menemukan ini tadi malam, aku tidak yakin apakah cincin ini milikmu atau milik pria itu, jadi kupikir kenapa tidak kucari tahu. And then I found you here."

Pria itu memainkan cincin Felix, mengamatinya dengan seksama. Felix, disisi lain, sedang mengamati pria itu. Bagaimana dia bisa muncul disamping tempat tidur Felix, tidak lebih dari lima puluh sentimeter darinya, Felix sama sekali tidak tahu. Rasanya nyata. Ia bisa melihat memar dan luka dari sebulan lalu sudah mulai memudar, and it added to his overall beauty.

"Is this yours?" pria itu tiba-tiba mengangkat pandangannya dan menatap Felix. Felix mengangguk, masih tidak dapat menemukan suaranya untuk menjawab.

whole life story || hyunlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang