1.7

1.7K 350 69
                                    

"Woojin mencarimu," kata Seungmin begitu Felix memasuki ruang istirahat keesokan harinya. Yang lebih muda terlihat lelah, kantong matanya punya kantong mata.

"Rough night," tanya Felix, mengambil dua buah mug dan menuju coffee maker. Ia menunggu kopinya mendidih.

"Begitulah, anehnya sembilan anak dibangsal anak-anak memutuskan untuk mengalami komplikasi di saat yang sama," keluh Seungmin. "Mengapa Woojin mencarimu?"

Seungmin pasti belum mendengar tentangnya dan Jeongin kemarin. Sepertinya si tukang gosip ketinggalan gosip, Felix diam-diam bersyukur untuk itu.

"Aku tidak tahu," ia membawa dua mug berisi kopi panas ke meja dan menawarkan salah satunya pada Seungmin, yang menerimanya dengan penuh rasa syukur. "You and Jisung are going fine?"

"Maksudmu selain fakta bahwa kami sama-sama ahli bedah dengan shift yang berbeda dalam jam kerja yang luar biasa panjang untuk menghabiskan waktu bersama? Then we’re fine. Tapi tentunya aku akan sangat mengapresiasi jika ada yang mengasihaniku dan memberi kami beberapa hari libur. And what about you?"

"About me?" Felix mengangkat alis, berpura-pura tidak tahu apa yang sedang dibicarakan Seungmin.

"Kau dan si pengacara menggemaskan," Seungmin mengerutkan keningnya. "Kau masih belum memberitahuku tentangnya, Lix. Kemarin kau tidak tampak baik-baik saja dan aku khawatir. Now, I won’t be much of a help but I really want you to tell me about him. Aku sahabatmu, aku khawatir terjadi sesuatu padamu. Bahkan jika kau ingin merahasiakan apapun hubungan yang kau miliki dengannya setidaknya beritahu aku hal basic tentang pengacara itu, like who he is and how you feel about him."

Felix menyeruput kopinya perlahan, berpikir seberapa banyak yang bisa ia beritahukan pada Seungmin.

"You don’t even know whether we’re in relationship or not."

"Tentu saja aku tahu. I'm your best friend, Lee Felix. Aku tahu kapan kau bahagia, sedih, atau marah. Belakangan ini kau terlihat bahagia, jenis kebahagiaan yang kau alami ketika kau jatuh cinta. Aku tetap diam karena kau terlihat baik-baik saja, hingga kemarin. So, I think it’s time to spill," kata Seungmin. "Apa dia menyakitimu?"

"Dia tidak menyakitiku," jawab Felix perlahan. "Aku yang menyakitinya. Kami bertengkar tapi kemarin kami sudah menyelesaikan semuanya. Jadi, kau benar-benar tidak perlu khawatir tentang hal ini lagi."

"But you should still tell me about him," tuntut Seungmin. "Seperti dia tipe orang seperti apa atau seberapa serius hubungan kalian. Jadi di firma hukum apa dia bekerja?"

"Okay, let me clear a misunderstanding first. Dia bukan pengacara seperti yang kau pikirkan. It is a different guy, dia teman si pengacara. Tapi dia benar-benar pemalu, so I can’t tell you more about him."

"A different guy?" Seungmin membulatkan matanya. "Jadi Yang Jeongin ini bukan pria yang kau kencani? Kapan kau bertemu pria lain?"

"Eumm..saat aku mengambil cuti, kau ingat? We got close during that time. Dan Jeongin mendekatiku di bar karena dia ingin mencari tahu siapa aku." Felix tidak berbohong terlalu banyak, kan?

Sebagian dari dirinya merasa bersalah karena berbohong pada Seungmin tentang Hyunjin, tapi ia tidak ingin mengambil resiko baik identitas Hyunjin yang terungkap atau Seungmin yang terlibat.

"Baiklah, sepertinya aku harus bergegas sebelum yang mulia Kim Woojin mengamuk," Felix dengan cepat menenggak kopinya hingga tak bersisa, menghindari pertanyaan lebih lanjut dari Seungmin. Untungnya, Seungmin menerima penjelasan singkat yang ia berikan dan membiarkannya pergi dengan mudah.

whole life story || hyunlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang