#17 Masa SMA

2.4K 74 0
                                    

"Sebelum berangkat menaiki puncak, alangkah baiknya kita membaca doa terlebih dahulu" ucap Fahmi memimpin doa "Berdoa dalam hati mulai" lanjut nya menundukan kepala.

Kini mereka sedang berada di basecamp yang terletak di desa Patak Banteng untuk melakukan registrasi pendakian.

Mereka berangkat sesudah shalat subuh dengan menggunakan engkle, jalur pendakian Gunung Prau via Patak Banteng relatif lebih singkat dan lebih sering dilewati oleh para pendaki.

"Berdoa tak pernah selesai" ucap Fahmi mengangkat kepala nya, diikuti oleh Erlan dan teman teman.

Fahmi diangkat sebagai leader dari kelompoknya, mereka mengangkat Fahmi sebagai leader dengan alasan hanya Fahmi lah yang sudah banyak pengalaman diantara mereka.

Setelah melakukan registrasi pendakian dan berdoa, pendakian Gunung Prau dimulai dengan berjalan menyusuri perkampungan penduduk sekita 500 meter sebelum melalui jalur bebatuan menanjak.

Fahmi sebagai leader memimpin di depan bersama Fahsya adik nya, dan dibelakang nya ada Kinanti dan Dion, Anna dan Riza, Sheril dan Ahsan, Aresya dan Erlan. Pormasi yang sempurna, berjumlah genap. Banyak mitos tentang mereka yang mendaki berjumlah ganjil.

Erlan yang posisinya di belakang bertugas sebagai Sweeper (penyapu), berjaga jaga takut ada yang tertinggal, dan membantu yang dibelakang.

"Guys kita udah sampe di Pos 1, dan kita istirahat disini dulu. Minum secukup nya ya, jangan minum berlebihan ya Can" seru Fahmi kemudian diangguki oleh anggota kelompoknya, mereka duduk dan menurunkan carrier milik masing masing.

"Iya Ifam, gabakalan kok. Makasih loh udah perhatian" ketus Ahsan dan Fahmi hanya tertawa

Ditengah-tengah tawanya, ia melihat pemandangan yang pilu dan membuat tawanya hambar. Bukan, bukan penampakan yang ia lihat, karena hari ini masih siang malah bisa dibilang masih pagi.

Ya, Fahmi melihat Aresya yang sedang minum dan dibantu oleh Erlan. Menyesakkan memang. Harusnya ia menolak ikut saat Fahsya mengajak nya, tapi Fahmi bersikekeh untuk tetap ikut. Alasan apalagi kalau bukan karena ingin bertemu Aresya. Meskipun Fahsya telah memperingati nya, tapi ya gitu. Memang sifatnya keras kepala, dan ini lah resiko nya.

Pos 1 Sikut Dewo, berupa gubuk kecil yang menjadi batas antara jalur Makadam dengan jalur Tanah Padat.

"Udah istirahat nya?" tanya Fahmi diangguki semua "Mari kita lanjut" lanjut nya dengan semangat

"Lanjut!" di sahuti oleh Kaum hawa dengan semangat, tapi tidak dengan Aresya, ia hanya tersenyum simpul.

"Nanti kalau ada yang capek, bilang aja ya. Jangan maksain" ujar Fahsya dibarisan depan

"Oke Fahsya" sahut Ahsan dibelakang dengan mengacungkan jempolnya

Setelah meninggalkan Pos 1, mereka berbincang dengan orang yang disamping masing masing. Bertujuan biar ga kerasa gitu.

Dari Pos 1 berbelok ke kiri untuk menuju Pos 2, jalur pendakian Gunung Prau masih berupa tanah padat berdebu dan menanjak berbentuk tangga. Akan dijumpai beberapa gubuk/warung disekitar jalur pendakian sebelum masuk ke kawasan hutan.

"Udah dzuhur, mending kita shalat dulu" usul Fahsya

"Iya, disana ada mushala kok" ucap Fahmi menunjuk salah satu gubuk dengan dagu nya, diangguki oleh yang lainnya "Shalat nya gantian ya, cowok dulu dan cewek jagain barang"

"Oke siap" sahut Kinanti

Di mushala juga mereka bertemu dengan pendaki lain yang berasal dari luar pulau jawa, katanya sih dari Sulawesi, kota Makassar. Salah satu wanita berbincang dengan Aresya, menceritakan pengalaman muncak nya. Bahwa perjalanan ini adalah perjalanan yang ke 4 kali untuk ke Gunung Prau, Wow jauh jauh dari Makassar. Sudah banyak gunung yang ia daki. Alasannya untuk mendaki kembali ke Prau, katanya View Gunung 3S (Slamet, Sumbing dan Sindoro) yang membuatnya ketagihan.

Masa SMA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang