Telor dadar

2.6K 66 1
                                    

Kasha pov.

"BANGUNNNN!!!!" Suara cempreng khas emak-emak langsung membuat mataku terbuka lebar dari pejaman nya.

"Mmphhhh kenapa si ma?" Aku menyahuti nya dengan keadaan nyawa setengah sadar.

"Ini hari apa Sha? Ini hari senin! Bukannya kamu ada ujian matematika ya ?" Aku membelakan kedua mata ku hingga melotot, aku lupa kalau hari ini ada ujian matematika. Ku ambil handuk yang ada di pintu belakang kamar tidurku lalu ku berlari ke arah kamar mandi.

𓆩♡𓆪

"Aku berangkat dulu ma, aku bareng Sesyil" Dengan nafas yang memburu karena baru saja menuruni beberapa anak tangga yang lumayan panjang, aku meminta izin kepada kanjeng ratu alias Ibu ku.

"Hehhh, makan dulu atuh neng"

"Gausah ma, aku makan di sekolah aja"

"Yauda, hati-hati di jalan ya sayang" Anggun mengecup dahiku dan aku mencium tangannya sebagai arti berpamitan kepada sang Ibu.

Dengan langkah kaki yang sangat cepat, aku menuju motor Sesyil yang berada tepat di samping gerbang rumahku.

"Huhhhh, maap Syil gue lama banget tadi gue telat bangun abisnya" Ucap ku dengan suara yang mulai ngos-ngosan aku memberanikan diri meminta maaf kepada Sesyil,padahal aku tahu dia sedang kesel akibat menunggu sangat lama.

"Ah elo mah kebiasaan Sha, ga ada hari tanpa bikin gue nunggu tau ga?!" Suara kaleng rombeng keluar dari manusia cantik bermulut ember, yaitu sahabatku dari semasa embrio sampai sebesar sekarang.

"Ya maap si, abis gue tadi malem mikirin kira-kira capres mana yang menang, bapak gue apa bapak lo"

"Goblok lo kelewatan Sha, udah gece naik keburu telat gabisa ujian lo mau?

"Iya-iya nyonya Sesyil ku Chayank"

𓆩♡𓆪

"Untung ga telat lo, coba kalau telat kelar hidup lo sama Pak Yasir"

"Yaela Pak Yasir gak sekejam itu kali, lo sogok pake cinta lo bakal luluh dia sama lo hehehe" Dengan polosnya aku tertawa mengatakan itu kepada Sesyil, satu sekolah SMA Muda Bangsa tau, bahwa Pak Yasir menyukai Sesyil. Guru itu terbilang muda ditambah wajahnya yang manis terdapat lesung pipi di kedua pipi nya.

"Idih najis amit-amit gue sama guru ganjen kaya gitu, mending gue sama kambing"

"Oh gitu, iyadeh aamiin in aja gue mah"

"Ye si bambank ngapa lu aamiin in, ah yauda deh seterah lo mending sekarang ke kelas ujian bentar lagi"

Aku berjalan paling depan di koridor dengan dagu yang mendangak ke atas seperti jagoan dan muka yang lumayan di judes-judesin. Aku terbilang adik kelas yang cukup songong, banyak juga kakak kelas cewe yang gasuka dengan ku. Aku si bodoamat ya karena aku merasa apa yang harus di takuti di sekolah ini? Aku makan nasi mereka pun juga kan?

Tak sengaja mataku menangkap sosok lelaki yang aku dendami, jika melihatnya ingin ku mutilasi dan ku makan sendiri dagingnya tak kan ku bagi-bagi.

"Ish najis, ngapa pagi-pagi gini liat dakjal sih!" Gerutu ku kesal melihat sosok lelaki tersebut.

"Lah, lo kenapa Sha? Siapa yang dakjal? emang dakjal udah nyampe SMA kita?"

"Udah, noh dakjal nya!!!" Jariku menunjuk ke arah pintu kelas X-IPA, tepat si dakjal itu duduk.

MatematikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang