"Aku penghancur segala nya ma!!!" ucap Kasha sambil terisak derasnya tangisan.
Anggun mengelus pucuk rambut Kasha, mencoba untuk menenangkan putri nya.
"Penghancur apa? cerita pelan-pelan ke mama"
"Def mah, Def masih marah sama Kasha. Kasha gabisa ma kalo Def masih marah sama Kasha, Kasha jadi di hantui dengan rasa bersalah" ucap Kasha tetap di iringi dengan isak tangis.
"Ini semua udah takdir Sha, Tuhan udah ngatur semua kepergian ini. Dan kalau masalah Def, ia mungkin masih marah pada saat ini tetapi itu hanya bersifat sementara kok, biar dia tenang dulu ya agar pikiran nya bisa fresh" Anggun mengangkat kepala Kasha yang tergeletak di bahunya, Anggun tersenyum untuk meyakinkan Kasha.
"Tapi kalau Def begini terus gimana ma?" tanya Kasha sambil mengusap bekas-bekas air mata yang ada di area pipinya.
"Marah itu sifatnya sementara sayang, Def gaakan selamanya begini kok, percaya sama mama" kembali Anggun meyakinkan putrinya.
"Jangan sedih lagi oke? Bad girls kok lemah" ledek Anggun untuk membuat Kasha tertawa, namun bukannya tertawa Kasha langsung cemberut, menekuk bibirnya kebawah.
"Mama ihh!!!"
"Bercanda kok, yauda makan dulu ini anak bandel" kembali Anggun meledek Kasha sambil mencolek hidung mungil nan mancung milik Kasha.
"Suapin"
"Dasar manja"
Mendengar itu Kasha hanya bisa tersenyum melihat posisi nya saat ini. Ternyata masih ada yang peduli dengan nya, disaat Sesyil menjauh, Def menghindar. Tetapi mamanya lah yang selalu ada untuk Kasha.
×××"Eh mau tau ga, gue denger-denger Kasha penyebab nyokap nya Def meninggal? Bener ga si?" ucap Shila biang gosip di sekolah, untungnya tidak satu kelas dengan Kasha.
"Ah gosip aja lu masih pagi ni" balas Karin, teman nya Shila.
"Apaansi bukan gosip, fakta ni"
"Nah ini dia ni si cewe tengil yang bisanya cuma bikin orang lain rugi" celetuk Shila saat tidak sengaja Kasha lewat di depannya.
Seketika Kasha langsung menghentikan laju langkah nya, karena ia merasa dirinya sedang di omongkan. Karena pada saat itu hanya ia lah yang lewat depan Shila.
"Maksud lo?" tanya Kasha.
"Yailah pake nanya segala, lo kan yang buat nyokap nya Def meninggal? Emang dasar lo itu pembawa sial!" Shila mengencangkan suaranya sampai-sampai murid-murid yang berada di area koridor langsung meneloh ke sumber suara.
"Gausah sotau lo"
"Gue ga sotau ya sorry, gue ngomong sesuai fakta! lo nya aja gamau ngaku, dasar PEMBUNUH!
JLEBBB!!!
PEMBUNUH
PEMBUNUH
PEMBUNUH
Kata-kata itu sekarang terngiang-ngiang di telinga Kasha.
Dia bukan pembunuh, dia bukan penyebab dari meninggal nya mama Def. Bukan
Kasha bungkam, tidak tahu lagi ingin membalas omongan laknat yang di keluarkan oleh Shila.
"Kenapa lo diem sekarang?! bener kan apa kata gue? ya jelas bener lah, ya kan PEMBUNUH" ucap Shila kembali dengan menekan kata-kata pembunuh untuk memperjelas.
"Siapa yang bilang dia pembunuh?" tiba-tiba suara lelaki terdengar.
Dekat sekali dari telinga Kasha, dia berada di belakang Kasha seperti nya karena Kasha bisa merasakan ada seseorang yang berdiri di belakangnya.
Spontan Kasha menoleh ke belakang dan melihat siapa laki-laki tersebut.
Dan benar saja
Itu Def.
Kasha tercengang, bibir nya sedikit terbuka, matanya melotot lebar-lebar, yang barusan ia dengar itu seperti mimpi, Def membelanya.
Berbagai pertanyaan hinggap di otak Kasha, Apa maksud Def membelanya? Bukankah Def masih marah kepadanya?
"Def, kenapa lo belain dia? Dia itu yang ngebuat nyokap lo-
Def segera menghampiri Shila dan membungkap bibir Shila dengan telapak tangannya, padahal Shila belum menuntaskan bicaranya.
"Mending sebelum lo ngomong lo sikat gigi dulu da, mulut lo bau kamper" ucap Def membuat Shila merasa malu, pipi yang sebelumnya merah sekarang menjadi tambah merah seperti di tampar bolak balik.
Shila langsung berlari meninggalkan Karin yang tersisa disana, mungkin Shila merasa malu bukannya di bela oleh Def malah di permalukan di depan orang yang ingin ia permalukan.
Tak lama Karin pun langsung meninggalkan Def dan Kasha.
Kasha masih saja terus menatap wajah Def, tidak bisa di bayangan kan olehnya mengapa Def bisa membelanya seperti tadi.
"Hai"
Sapaan itu, hangat sekali di dengar di telinga ku Def.
Kasha tetap tidak berkedip melihat Def, jangan kan berkedip. Ia pun tidak bisa memalingkan wajahnya sedikit pun dari Def.
Def mengibaskan telapak tangan nya di depan mata Kasha, membuat Kasha berkedip beberapa kali.
"Eeehh eh kenapa Def?" ucap Kasha merasa gugup.
"Lu kenapa? Kaya baru pertama kali liat cowo ganteng aja" ucap Def dengan geratan gigi putih dan terukir senyumnya.
Senyum itu masih indah ku pandang Def.
"Pansi pede da lu" ketus Kasha mencoba menormalkan sikap nya di depan Def,agar tidak terlihat bahwa ia sedang gugup di depan Def.
Def kembali menyimpulkan senyum lebar di wajahnya, membuat Kasha ikut-ikutan senyum karena merasa senang saat ini.
Dag-dig-dug ...
Bunyi jantung Kasha saat ini, tidak bisa di hentikan hentakan jantung ini, tetap saja mendebar-debar saat pertama kali mendengar suara nya.
Suara laki-laki yang kemarin membentak nya namun sekarang membelanya.
Apa maksud semua ini Def?
Apa mungkin dia sudah memafkan ku?
Atau ada tipu muslihat yang kau rencana kan?
Beribu pertanyaan yang hinggap di otak Kasha, dan tidak bisa satupun Kasha menjawab pertanyaan tersebut.
"Biarkan aku bahagia denganmu walau hanya sehari "~
KAMU SEDANG MEMBACA
Matematika
Teen FictionMenjadi gadis ceria yang penuh humor ga gampang buat Kasha. Banyak luka, sedih, tangis yang tertutupi oleh senyum cerianya. Ditambah lagi dengan orang yang selama ini di percayai nya telah pergi, hanya karena masalah lelaki tak berujung. Tapi sem...