Sepanjang perjalanan menuju pulang Kasha hanya bisa menangis tersedu-sedu, rasanya sakit sekali jika mengingat saat Def membentak diri nya dengan kasar.
Padahal selama ini Def yang Kasha kenal,ia tidak pernah kasar seperti ini padanya paling hanya dingin dan datar pada Kasha.
Air mata Kasha tidak henti-henti nya bercucuran,isak tangis Kasha pun memburu, beberapa kali Kasha menyapu air mata nya yang berada di area pipi.
"Kasha!" tiba-tiba terdengar suara laki-laki yang memanggil nya dari arah belakang, Kasha pikir itu Def, tapi itu tidak mungkin karena Def masih marah dan kecewa padanya, mana mungkin ia mau mengejar seseorang yang sudah membuat mama nya pergi, selamanya.
Kasha terpaksa menghentikan langkah nya ,ia menoleh kebelakang ingin melihat siapa laki-laki yang sudah memanggil namanya. Dan benar, itu bukan Def melainkan Rangga teman nya Def.
Kasha melanjutkan langkah nya setelah tahu bahwa yang memanggilnya itu Rangga bukan Def.
Baginya Rangga tidaklah penting untuk Kasha, yang terpenting sekarang ia harus pulang dan masuk ke kamar, menangis sejadi-jadinya disana.
Kasha tahu maksud Rangga yang mengejarnya, Rangga hanya mau mengasihani dirinya, menghibur nya agar Kasha tidak sedih lagi.
Tetapi Kasha tidak butuh belas kasihan siapapun, Bahkan Kasha tidak butuh dihibur oleh siapa pun, kecuali Def bisa memaafkan nya.
Kasha mempercepat langkahnya, namun langkah Kasha kalah cepat dengan Rangga yang berlari mengejar nya.
Rangga menarik lengan Kasha yang membuat Kasha terpaksa menghentikan langkah kakinya.
"Mau apa?" ucap Kasha datar, pandangan Kasha pun lurus kedepan tidak menoleh sedikit pun ke arah Rangga yang berada tepat di sampingnya.
"Gue anter pulang ya, gue yang bawa lo kesini dan gue juga yang harus bawa lo pulang"
"Gaperlu gue bisa sendiri, makasih" Kasha melepas cengkraman tangan Rangga yang berada di pergelangan tanggannya dan langsung melaju pergi meninggalkan Rangga.
Namun Rangga tidak akan diam sebelum Kasha mau di antar pulang oleh nya.
Rangga kembali mengejar Kasha dan menarik lengannya. Lagi-lagi Kasha harus menghentikan langkahnya.
"Tapi Sha, keadaan lo itu-" sebelum Rangga melanjutkan bicaranya, Kasha sudah memotongnya terlebih dahulu.
"Iya gue tau keadaan gue lagi kacau sekarang, jadi gue harap lo gausah bujuk gue buat pulang sama lo" Kasha melepaskan kembali tangan Rangga yang berada di lengannya, setelah itu Kasha melangkah kan kaki nya dengan cepat.
Rangga harus mengalah saat ini, ia tahu pasti berat untuk Kasha menerima semua perkataan kasar dari Def.
Sekarang Rangga hanya bisa melihat tubuh Kasha yang menjauh, semakin jauh dan jauh.
"ga nyangka gue sama lo Def, lo bisa bikin cewe segokil dan seunik Kasha sampe sedih kaya gini" batin Rangga.
"Kalo Def bisa kasar sama lo, gue bakal bikin lo bahagia sama gue Sha"
×××
"Aghhhhh!!!" teriak Def sambil mengacak-acak frustasi rambutnya, sekarang rumah Def telah sepi setelah acara pemakaman Revalina berlalu para pelayat pun sudah pulang kerumah nya masing-masing.Tinggal lah Def seorang diri sekarang, dengan rumah yang besar dipenuhi dengan kenangan Revalina didalamnya.
Sudah berapa butir tetes air mata yang telah Def keluarkan untuk Revalina, matanya sekarang membengkak, wajah nya muram dan lemas akibat Def selama menjaga mama nya dirumah sakit dan sampai mamanya di makamkan di peristirahatan terakhir nya, ia belum sempat memakan sesuap nasi pun,apalagi waktu untuk tertidur. Tetapi ia tidak peduli dengan keadaanya. Ia pikir Revalina akan baik-baik saja, namun takdir berkata lain.
BRUKKKKK!!!PRAKKKKKK!!
Def membanting semua benda yang ada di meja rias ruang tamu nya. Seperti foto nya bersama papa dan mama nya saat Def masih kecil, foto masa kecil nya, vas bunga, dan foto nya bersama seorang yang telah tiada di dunia ini.
Ia tidak memperdulikan keadaan rumah nya yang seperti kapal pecah sekarang, ia hanya ingin mama nya kembali hidup bersamanya saat ini dan selamanya.
Def menyenderkan tubuhnya pada satu lemari yang berdiri tegak, lemari yang berisi piagam, piala dan sertifikat kecerdasan nya.
Perlahan Def lemas, menurunkan tubuhnya ke lantai untuk duduk disana. Lutut nya di tegakkan, tangan nya di lipat di atasnya serta kepala Def di letakkan disana dengan keadaan menatap kebawah.
Ia meratapi dirinya sekarang, apa jadinya hidup Def kedepan jika sekarang ia sendirian.
Perlahan Def mulai menutup kedua matanya, akibat tangisan berhari-hari dan kelelahan menyebabkan Def tertidur dengan keadaan duduk di bawah lemari besar.
×××"Kasha, makan dulu yuk sayang" Anggun berdiri tepat di depan pintu kamar Kasha. Saat ia pulang tidak ada satu katapun yang di keluarkan oleh Kasha, hanya diam dan membisu dengan tatapan nya yang kosong dan matanya yang sembab di sebabkan tangisan yang terlalu lama.
Anggun mengerti keadaan Kasha saat ini, namun jika Kasha kekeh dengan keadaannya ia bisa saja sakit.
Toktoktok!!
"Kasha buka dong, mama udah pegel loh pegangin piring"
Krekkkk
"Akhirnya" batin Anggun.
Kasha hanya membuka pintu untuk mama nya, ia kasihan pada Anggun karena sudah susah payah membuat nya makanan dan berdiri di depan pintu kamarnya.
Setelah membuka kan pintu untuk Anggun, Kasha kembali menuju ke arah jendela yang kacanya terbuka lebar, ia menatap kosong ke depan. Anggun yang melihat anak kesayangan nya seperti itu sangat lah khawatir, pasti ada yang terjadi pada hari itu, hari dimana Kasha mendatangi rumah Def untuk membela sungkawa.
"Sha" tegur Anggun, Anggun pikir sebaiknya Kasha harus di ajak bicara secara halus agar dia bisa bercerita pelan-pelan.
Namun usaha Anggun gagal,teguran nya tidak di sahuti oleh Kasha, tetapi Anggun tidak akan berhenti menegur Kasha hingga anaknya mau berbicara lagi.
"Kalo Kasha ada masalah Kasha boleh cerita ke mama, apa guna nya mama di hidup kamu kalo kamu ga bisa anggap mama kaya sahabat curhat kamu" ucap Anggun kembali sambil merunduk.
Hati Kasha mulai tersentuh. Kasha menengok ke arah belakang, ke arah sang mama.
Air mata Kasha mulai turun, sebutir demi sebutir.
Dan
Deras.
Kasha berlari ke arah kasur ke tempat Anggun duduk disana, Kasha langsung memeluk Anggun erat-erat sambil terisak tangis nya.
"Aku penghancur segala nya ma!!!" ucap Kasha sambil terisak derasnya tangisan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matematika
Teen FictionMenjadi gadis ceria yang penuh humor ga gampang buat Kasha. Banyak luka, sedih, tangis yang tertutupi oleh senyum cerianya. Ditambah lagi dengan orang yang selama ini di percayai nya telah pergi, hanya karena masalah lelaki tak berujung. Tapi sem...