HEA 25

1.5K 95 2
                                    

Shara pov

Gue udah bebas dari penjara sebulan lalu, sekarang gue lagi dekat sama Dika. Dika umurnya lebih tua dari gue, tetapi nggak papa dia masih tetap ganteng. Selain ganteng, Dika juga kaya. Ya, gue emang cari cowok kaya biar bisa gue manfaatin uangnya.
Gue nggak pernah bener-bener cinta sama cowok yang jadi pacar gue, karena gue nerima cinta mereka biar mereka bisa belanjain apa yang gue mau.
Dulu juga pacaran sama Adit juga gue nggak pernah cinta, sama Dika pun sama, gue nggak cinta sama dia.

Sekarang gue lagi di rumah si Aqila, gue kesini karena diajak sama Dika. Sebenernya sih, males ikut ke sini, tetapi gue ikut karena gue punya rencana buat ngancurin Aqila dan Adit. Gue dendam banget gara-gara mereka gue harus masuk penjara, gue harus balas dendam ke mereka semua. Gue juga baru tau kalo Aqila adalah adik angkat Dika, tapi nggak papa gue bisa ngancurin Aqila lewat Dika.

Gue liat makanan buat tamu baru dateng, gue punya ide buat nyabotase makanan itu. Gue nunggu di meja makan  yang lagi sepi, saat udah sepi gue bakalan ngelakuin rencana gue. Gue punya rencana yang sangat bagus, rencana buat ngancurin pesta Aqila. Gue liat mereka nyanyi bahagia banget, rasanya gue pengen cepat-cepat ngancurin kebahagian mereka.

"Gue nggak bakal biarin kalian hidup bahagia!" desisku.

Gue liat kayaknya Dika mau nyamperin gue, dan bener apa yang gue bilang Dika beneran nyamperin gue. "Sayang, kamu mau aku ambilin apa?" tanya Dika saat sudah ada di depan gue.

"Aku mau minum deh, yang," jawabku manja.

Dika langsug mengambilkan gue minum, setelah mengambil minum untuk gue, Dika langsung menghampiri gue lagi.

"Nih yanv, minumnya," ucap Dika sambil memberikan minuman padaku.

"Makasih ya, yang!"

"Iya, sama-sama." ucap Dika.

Gue langsung minum minuman yang diambilin Dika, Dika pamit mau ke keluarganya lagi.

Dika langsung pergi dari hadapan gue, gue liat meja makan udah sepi. Dan sekarang waktunya gue ngelakuin rencana jahat gue, gue langsung menghampiri meja makan. Sekarang gue udah sampe di meja makan, gue keluarin obat pencahar. Ya, obat pencahar itu buat mereka sakit perut, gue pengen bikin pesta Aqila ancur karena semua orang bakal sakit perut setelah makan makanan ini.

Saat gue mau menuangkan obat itu kedalam panci soup, tangan gue ada yang megang.

"Lo mau masukin apa ke panci soup?" tanya seorang gadis menggagalkan rencanaku.

"Gue nggak masukin apa-apa kok," elakku.

Gadis itu merebut obat pencahar dariku.

"Ini apaan?" tanyanya menunjukan obat pencahar itu.

"Itu vitamin gue!" ucapku berbohong.

"Vitamin apa?" tanyanya. Dih, nih cewek kepo banget sih!

"Vitamin ya, vitamin. Buat kesehatan gue!"

"Vitamin apa obat pencahar?" tanyanya penuh selidik.

"Vitaminlah!" ucapku.

"Ini tuh, obat pencahar, lo sengajakan mau masukin obat pencahar ke panci soup biar semua orang sakit perut dan pesta Aqila hancur. Itu kan, yang lo mau?" bentaknya.

Iya gue mau pesta Aqila ancur. Itu rasanya pengen gue bilang tapi gue nggak mau bilang. Kan, bunuh diri namanya.

"Apaan sih, lo nuduh aja, gue nggak bakalan ngelakuin itu!" elakku.

"Halah! Boong aja lo, ini udah ada buktinya juga!" ucapnya marah-marah.

Tiba-tiba Adit dan Aqila menghampiri gue dan gadis itu, dia bertanya apa yang terjadi sama gue dan gadis itu.

"Lo kenapa Rea? Kok ribut sama dia!" tanya Aqila.

Jadi gadis itu namanya Rea, Rea itu pasti sahabat Aqila.

"Ini Qil, mantannya Adit mau ngancurin pesta lo!" adunya. Mati gue!

"Maksud lo, apa?" tanya Adit.

"Dia mau masukin obat pencahar ke panci soup," jawab Rea.

"Yang bener, Re?" tanya Adit.

"Iya, nih buktinya!" ucap Rea sambil menunjukan obat pencahar ke Adit. Abis gue!

"Gue nggak nyangka lo ternyata nggak berubah, gue kira lo bebas dari penjara bakalan berubah, ternyata nggak sama sekali!" ucap Adit.

"Lo salah paham, gue nggak ngelakuin apa-apa kok,x elakku. Gue nggak mungkin diam kan?

"Ini udah ada buktinya masih aja ngelak, dasar ya, lo itu cewek nggak bener!" bentak cewek yang bernama Rea itu.

Semua orang tiba-tiba berkumpul, mereka semua menghampiri kami. Gue jadi panas dingin.

"Ada apa ini, kenapa ribut?" tanya lelaki paruh baya menghampiri kami.

"Ini, yah, cewek ini mau masukin obat pencahar ke panci soup," jelas Rea.

"Nggak Om, dia bohong!" elakku.

"Rea nggak bohong Yah, ini Rea punya bukti!" ucap Rea sambil menyerahkan obat pencahar ke lelaki tua itu.

"Ini bener obat pencahar, kamu mau ngerusak pesta anak saya?" tanya om itu.

Ternyata om itu ayahnya Aqila.
"Nggak, om!" elakku

"Itu buktinya, masih aja ngelak!" marah Rea.

"Kamu sebaiknya pergi dari rumah saya, dari pada kamu mau ngancurin pesta saya!" usir om itu.

Oke, gue langsung pergi dari rumah Aqila, sial rencana gue gagal. Gue harus ngerencain sesuatu, buat ngancuri  kehidupan Aqila, Adit dan keluarganya.

Jangan lupa vomment

Happy Ever After Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang