HEA 33

1.4K 102 1
                                    

"Udah setengah sembilan, mending kita berangkat sekarang. Takutnya macet," ajak Ayah.

"Iya. Bener kata Ayah, bentar ya, Qila mau ambil koper sama barang- barang Qila di kamar,"ucapku.

"Yang ngambil koper sama barang- barang biar Ayah aja, lagian koper kamu pasti berat, kan?" balas Ayah.

"Iya sih, ya, berat banget malah!" ucapku sambil nyengir.

Ayah langsung ke atas bersama Aira untuk ngambil koper dan barang- barang sedangkan aku membantu bunda membereskan meja makan dan manggil Ana yang lagi main di ruang main.

Ayah dan Aira sudah turun membawa koper dan barang- barangku, aku langsung pamit sama bunda. Setelah pamit langsung aja aku berangkat, ke Airport dianterin sama Ayah dan Aira. Tidak lama kemudian kita sampe di Airport, Kak Anggrek, Mas Dimas sama Angel udah sampai di Airport, kita langsung nyamperin mereka.

"Udah lama, Kak, Mas?" tanyaku.

"Nggak kok, kita juga baru nyampe," ucap kak Anggrek.

"Udah semua, kan? Masuk, yuk!" ajakku.

"Sebentar. Kita tunggu satu orang lagi," ujar kak Anggrek.

"Siapa kak?"

"Nanti juga kamu tau!"

Tidak lama kemudian ada seorang cowok yang menghampiri kami.

"Maaf kak gue telat, tadi soalnya macet banget," ujar cowok itu.

Deg! kok kayaknya Aku kenal deh sama suara itu,  langsung  aku menengok ke belakang. Dan bener gue kenal siapa cowok itu, cowok itu adalah Adit. Aku menyeringitkan keningku, karena bingung. Kenapa iba-tiba Adit bisa ikut bersama mereka ke Paris? Kak Angrek juga sama sekali tidak mrmberitahukan hal ini. Ada

"Papa ikut ke Paris?" tanya Ana langsung memeluk Adit.

"Iya, Papa ikut," jawab Adit.

"Kata mama, papa lagi sibuk jadi nggak bisa ikut ke Paris," ucap Ana polos.

Adit tersenyum dan menggendong Ana. "Papa udah nggak sibuk kok, jadi kita bisa liburan bareng- bareng," jawab  Adit.

"Hmm. Kalo ada papanya aja, lupa sama Mama," gumanku yang masih didengar oleh yang lainnya.

"Kok, kamu bisa ikut? Gimana ceritanya?!" tanyaku penasaran.

"Ngobrolnya nanti aja. Jetnya udah sampai tuh, mending kita langsung naik jet," ajak Mas Dimas.

"Hah? Naik jet?" ucapku dan Adit barengan.

"Iya, naik jet," ucap Mas Dimas.

"Bukannya kita harusnya naik pesawat, kok jadi naik jet?" tanyaku.

"Iya. Awalnya mau naik pesawat, tapi Mas Dimas ngusulin buat naik jet pribadinya Mas Dimas," jawab kak Anggrek.

"Mas Dimas punya jet pribadi?" tanyaku sama Adit barengan.

Sumpah aku nggak tau kalo Mas Dimas punya jet pribadi, dan juga nggak nyangka banget berarti Mas Dimas kaya banget ya.

"Kok malah ngobrol, ayo kita masuk ke jet!'' ucap Mas Dimas.

Kita langsung ke jet pribadi Mas Dimas, Sumpah jetnya keren banget, dan mewah banget.

Aku, Adit dan Ana duduk dikabin yang berbeda dengan kabin Kak Anggrek dan keluarganya, gue langsung tanya kenapa Adit bisa ikut ke Paris.

"Kenapa kamu kok, bisa ikut ke Paris?" tanyaku.

"Kamu nggak suka kalau aku ikut?" tanya Adit.

"Bukan gitu maksud aku!" ucapku.

"Aku ikut karena nggak tega, masa kamu cuma berdua sama Ana doang, nanti gimana kalo kamu ikut lomba, Ana sama siapa?" ujarnya.

"Kan aku berlima sama Kak Anggrek, mas Dimas, Angel, dan Ana jadi nggak cuma berdua," jelasku.

"Mereka juga pengen quality time bareng keluarga, masa Ana sama kamu ikut?" ucapnya.

Bener juga sih yang dibilang Adit, mereka pasti pengen quality time sekeluarga.

***

Aqila Pov

Aku sudah 10 hari ikut MKR. MKR sendiri adalah singkatan dari My Kitchen Rules yang merupakan sebuah kompetisi memasak Internasional di Paris dengan terlaksananya beberapa season. Dan hari ini adalah pengumuman pemenang. Aku tidak begitu berharap akan menang.

Soalnya, aku tahu kemampuanku masih kurang. Dan lawanku semua jago. Jadi, aku agak pesimis. Tapi, walaupun aku tidak menang, aku tetap bangga karena bisa mengikuti kompetisi masak ini.

Tidak semua orang bisa mengikuti kompetisi ini. Dari 10.000 pendaftar, Juri hanya memilih 20 orang. Dan aku bisa masuk di sini tanpa seleksi.

Kenapa? Itu karena dulu aku pernah mengikuti kompetisi saat SMP. Tetapi bukan MKR. Dan alhamdulillah, aku menang. Jadi, tanpa harus diseleksi, mereka sudah tahu kemampuanku dan langsung menghubungi Kak Anggrek, selaku manager dan Kakak angkatku.

Sekarang adalah waktu untuk pengumuman pemenang MKR. Karena MKR diikuti oleh berbagai negara, jadi kompetisi ini menggunakan bahasa inggris. Secara, bahasa inggris itu bahasa internasional.

"Let's announce who is the champions one, two, three..." ucap Chef Alden selaku MC di MKR.

"The third winner is... Chef Anita!" ucap Chef Alden yang langsung disambut riuh tepuk tangan.

Aku pun langsung menghampiri Chef Anita untuk mengucapkan selamat. Di luar kompetisi, kita adalah sepasang teman. Namun, dalam kompetisi, kita adalah rival untuk mendapatkan gelar juara.

"Congratulation, Chef Anita. You are the champion three. And your great," pujiku.

"Thanks, Chef Aqila."

"Your welcome, Chef Anita," ucapku.

Kita berdua berdua berpelukan, selayaknya adik dan Kakaknya. Dia adalah peserta dari Singapore. Sebenarnya ia juga bisa sedikit berbahasa melayu, tetapi karena di Paris, jadi lebih enak jika menggunakan bahasa inggris.

Umur Chef Anita terpaut 4 tahun denganku. Dia juga sudah menikah. Dalam kompetisi, aku adalah peserta termuda karena rata-rata umur mereka sekitar 20 tahun ke atas.

"The second winner is... Chef Steve," ucap Chef Alden mengumumkan nama sang juara kedua.

Menurutku, Chef Steve memang cocok menjadi juara 2. Karena ia memang Chef handal. Ia berasal dari Amerika, dan di sana ia terkenal dengan Chef profesional.

Juara 3 dan 2 telah disebutkan dan aku tidak mendapatkan juara. Berharap menjadi juara tentu saja iya. Namin, sepertinya tidak mungkin. Apalagi sainganku banyak yang lebih jago jago.

"Now, the moment we are waiting for to know who is the first winner,"

Jangan lupa vomment

Happy Ever After Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang