HEA 29

1.3K 111 3
                                    

Author POV

Di sebuah gedung tua tempat Adzana disekap, Doni serta kedua anak buahnya dirundung kepanikan karena Adzana sakit. Dari kemarin Adzana tidak mau makan dan juga minum susu.

Doni dan kedua anak buahnya juga sudah berkali-kali membujuk Adzana agar mau makan. Jika kalian menanyakan di mana Shara, dia sedang berada di kediamannya melakukan perawatan.

Doni sudah menghubungi Shara agar dia mau merawat Adzana yang sedang sakit. Namun, Shara tidak kunjung datang.

Aqila dan Adzana sakit. Sepertinya, mereka memiliki ikatan batin yang kuat walaupun tidak memiliki hubungan darah.

"Bos, gimana ini? Bayi nya sakit," ujar salah satu anak buah Doni.

"Kasih makan dan obat!" suruh Doni yang langsung dikerjakan anak buahnya.

Setelah mengambil makanan serta obat, mereka berusaha menyuapi Adzana. Namun, Adzana tidak mau makan. Dia hanya menangis terus- menerus.

Karena kewalahan menyuapi Adzana, salah satu di antara mereka memanggil Doni.

"Bos, udah dikasih makan tapi dia gak mau makan."

"Paksa aja! Daripada dia tambah sakit."

"Susah, Bos. Udah dipaksa makan tetap gak mau. Malah tangisnya semakin kencang."

Oeek... oeek... oeek... oeek...

Suara tangisan Adzana terdengar semakin kencang membuat Doni dan anak buahnya langsung masuk ke dalam kamar Adzana.

Doni mengambil Adzana dari gendongan anak buahnya yang lain. Doni menggendong Adzana dengan hati-hati. Ia memeriksa suhu tubuh Adzana dan Adzana sedang demam tinggi.

Anak buahnya mengusulkan untuk membawa Adzana ke dokter. Namun, Doni tidak setuju karena ia takut. Apalagi ia juga yakin jika penculikan Adzana sudah dilaporkan pada pihak berwajib.

"Bos, gimana kalo kita bawa bayinya periksa? Kasian kalo dia sakit."

"Gak usah ke dokter! Nanti kita malah ketahuan culik bayi ini, soalnya Aqila pasti udah lapor polisi."

"Terus gimana, Bos? Kasian dia kalo sakit dibiarin. Takut bayi nya meninggal."

"Gimana kalo dokter yang disuruh datang ke sini?" saran anak buah yang lain.

"Kalo itu gak apa! Lagian tadi udah gue telfon," ucap Doni.

Di sisi lain, Anggrek bersama suaminya datang ke rumah Aqila. Mereka baru saja mendengar jika Adzana hilang.

Anggrek langsung masuk ke dalam kamar Aqila lalu memeluk Aqila dan meminta penjelasan mengapa Adzana bisa hilang.

"Kenapa kamu gak cerita sama Kakak waktu Adzana hilang? Kalo kamu cerita, Mas Dimas pasti minta sama temannya untuk mencari Adzana dan mungkin Adzana sudah ketemu," omel Anggrek pada Aqila.

"Maaf, Kak!"

"Kamu juga, Dit! Kenapa gak menghubungi Kakak?"

"Maaf, Kak! Pikiran Adit lagi kalut banget."

Anggrek menyuruh Dimas untuk menghubungi teman serta anak buah untuk membantu mencari Adzana.

Adit menyalakan TV untuk mengusir ketegangan yang ada. Tiba-tiba, ada berita ditemukan mayat balita berumur 1 tahun. Aqila langsung shok dan pingsan.

"Ditemukan balita berusia satu tahun dengan keadaan sudah tidak bernyawa di tempat sampah, " ujar sang pembawa acara.

"Dit, balita itu bukan Adzana, kan?" tanya Aqila sebelum pingsan tadi.

"Semoga aja, balita itu bukan Adzana!" ujar Adit seraya membaringkan tubuh Aqila di kasur.

"Semoga aja, Dit." ujar Anggrek.

Tak berselang berapa lama, pembawa berita kembali memaparkan informasi.

"Menurut kabar, balita itu berjenis kelamin laki-laki."

Adit dan Anggrek bernapas lega.

"Alhamdulillah, bukan Adzana berarti."

"Iya."

Di gudang tua itu, dokter sudah datang untuk memeriksa Adzana. Dia pun memeriksa kondisi tubuh Adzana.

Dokter itu mengenali Adzana. Dokter yang ditelfon anak buah Doni ialah sahabat karib Dimas.

Ini kan, keponakan Dimas yang hilang. Jadi, mereka yang mencukik keponakan Dimas? Akan gue kasih tau alamat ini ke Dimas, batin dokter itu.

"Gimana keadaan anak saya, Dok?" tanya Doni berbohong jika Adzana adalah anaknya.

"Anak anda terkena typus. Tapi tenang, saya akan memberikan resep obat agar anak anda cepat sembuh."

Dokter itu berlalu pergi setelah memberikan resep obat pada Doni. Bersamaan dengan dokter keluar, Shara masuk ke dalam gudang itu.

Di rumah Aqila, Dimas sudah mendapat pesan singkat dari Rendra, sahabatnya sesama dokter. Mereka semua akan pergi ke tempat itu.

Sampai di sana, polisi langsung mengepung tempat itu. Aqila nekat masuk ke tempat itu melalui pintu belakang untuk mengambil Adzana. Saat bertemu Adzana, ia langsung menggendong dan membawanya keluar.

Polisi juga menangkap Doni dan kedua anak buahnya. Namun, Shara berhasil kabur. Tetapi polisi tidak tinggal diam, mereka melakukan pengejaran pada Shara.

Saat pengejaran, Shara tertabrak mobil dan tubuhnya terhempas kuat. Polisi menghampiri Shara yang sudah terkapar tak berdaya.

Dan rupanya, Shara telah tewas. Polisi segera membawa jenazah Shara ke rumah sakit untuk visum. Sedangkan Doni dan kedua anak buahnya langsung di bawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan dan dijebloskan ke penjara.

Mereka semua lega karena Adzana sudah ditemukan. Mereka lalu pulang ke rumah Aqila. Di sana, Rea, Vito, Avi dan Karen juga sudah berkumpul. Rea kembali meminta maaf dan Aqila dengan senang hati memaafkan keteledoran Rea karena Adzana juga telah kembali padanya.

Dimas kembali mendapat pesan singkat dari Rendra. Ia mengatakan bahwa Adzana terserang typus. Tak menunggu waktu lama, Dimas segera memberi tahu pada semuanya.

"Qila, dokter Rendra bilang, Adzana terkena typus."

"Adzana baik-baik aja, kan, Mas?" tanya Aqila khawatir.

Dimas mengangguk cepat, "Iya, Adzana baik-baik aja."

"Eh, merasa gak sih, kalo Aqila dan Adzana barengan sakitnya?" tanya Anggrek memecah ketegangan.

Mereka mengangguk menanggapi pertanyaan Anggrek.

"Iya, kok bisa barengan, ya?" kata Adit sambil menggaruk pelipisnya.

"Karena mereka punya ikatan batin yang kuat. Seperti anak dan ibu kandung," lanjut Anggrek.

Jngan lupa vomment

Happy Ever After Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang